2 Minggu berlalu sudah Galaxy bersekolah di SMA Rajawali. Selama itu pula, Galaxy bergelut dengan dirinya yang kesulitan untuk berbaur dan beradaptasi. Seperti tak mengizinkan orang lain untuk mendekat, Galaxy kerap kali menghindar terhadap siapa saja yang berusaha mendekatinya.
Hal tersebut berlaku pula untuk Barsha. Setiap hari selama 2 Minggu, tak ada satu haripun Barsha absen untuk mendekati Galaxy. Namun sayang, seberapa gencarnya Barsha untuk berkenalan dengan Galaxy, tak ada satu keberuntunganpun yang berpihak padanya.
Kini Galaxy berada di sudut kantin. Kebisingan dan kegaduhan yang dihasilkan para murid menghasilkan efek gusar pada diri Galaxy, sebab cowok itu tak menyukai keramaian. Atmosfer ini terasa asing baginya, namun ia harus berusaha untuk terbiasa.
Galaxy telah menyadari sedari awal ia memasuki kantin, dirinya telah menjadi pusat perhatian. Ia tak tahu mengapa dan tak peduli juga.
Bisik-bisik yang mengarah kepada Galaxy itu tidak jauh seputar paras dan penampilannya yang terlalu mempesona. Namun selain itu, ada satu hal yang membuat Galaxy semakin menjadi hot news, yaitu berita tentang Barsha yang gencar mendekati Galaxy telah menyebar luas seantero sekolah. Hal tersebut terjadi karena Barsha Xavera adalah cewek nomor satu idaman para siswa. Jadi jangan heran jika Galaxy kini menjadi sorotan.
Galaxy menunduk, menatap bakso yang dipesannya sambil mengaduk-ngaduk makanan tersebut. Pikirannya entah berlayang ke mana, yang jelas Galaxy terlihat tak bergairah. Disela-sela itu, sebuah gelas berisi jus mangga muncul di depan baksonya. Galaxy menegadah, menatap siapa gerangan yang menyimpan jus dihadapannya.
"Bro!" Sang empu jus menyapa.
"Kenalin nama gue Aciel," Aciel mengajak Galaxy berjabat tangan.
Suasana kaku terjadi beberapa saat sebab Galaxy tak kunjung membalas jabatan tangan Aciel. Namun Aciel tak tersinggung sedikitpun, ia berusaha kembali untuk mengajak Galaxy berkenalan.
"Lo Galaxy, kan? Baru aja masuk, lo udah famous edan. Apalagi waktu Barsha deketin lo, gila makin-makin lo diomongin sama orang-orang."
Galaxy diam. Ia hanya menatap Aciel dengan tatapan datar. Apa pula cowok itu datang dengan omong kosong yang menurutnya sangat tidak penting? Persetan dengan cewek itu, Galaxy sama sekali tak peduli. Rasa sesal sedikit mengusik dirinya, sebab ia baru mengetahui fakta jika kebanyakan remaja sering menghabiskan waktu tidak penting dengan mengurusi hidup orang lain. Jadi untuk apa ia ingin kembali ke masa remaja jika orang-orang di sekeliling sepertinya tidak berkualitas?
Galaxy menjadi sedikit lupa dengan tujuan awalnya untuk menyamar sebagai siswa SMA, karena 'berbaur' adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Rasanya, menghadapi 100 orang lawan terasa lebih mudah daripada bercengkrama dengan orang lain.
"Kelas gue di sebelah kelas lo. Lo kalo ada apa-apa, ke gue aja bro, siapa tau gue bisa bantu. Gue cabut dulu," Sebenarnya Aciel masih ingin berinteraksi dengan Galaxy, namun sosok cewek yang muncul dari arah belakang Galaxy membuat Aciel mau tak mau pergi.
Setelah melihat kepergian Aciel, tiba-tiba saja kedua belah mata Galaxy ditutup oleh jemari seorang cewek.
"Tebak gue siapa?" Sang empu jari berbisik.
Kontan pemandangan tersebut menjadi sorotan. Lagi-lagi Barsha beraksi.
"Anjir gue takut si Galaxy kena mental," bisik-bisik seorang siswi di pojok sana.
"Kalo dia minggat dari sekolah ini, berarti itu karena si Barsha."
"Selamatkan Galaxy-ku yang tampan. Jauhkan Galaxy dari manusia titisan domba itu."
Begitulah kira-kira bisikan demi bisikan yang terlempar ketika Barsha tengah beraksi.
Barsha melepaskan tangannya yang menutupi kedua belah mata Galaxy. Kemudian tangannya beralih memeluk leher Galaxy. Sedangkan dagunya ia simpan pada bahu cowok itu, kontan aroma tubuh maskulin Galaxy dengan bebas menyeruak begitu saja ke dalam indera penciuman Barsha.
Galaxy tidak bereaksi apapun. Namun dirinya semakin yakin jika halnya Barsha memanglah cewek gila!
"Lo nggak pesen makanan, hm?" Bisik Barsha dengan nada menggoda tepat di samping telinga Galaxy.
Galaxy sedikitpun tidak tertarik dengan cewek yang tengah memeluk lehernya itu, ia menyingkirkan lengan Barsha dengan sekali hentakan, membuat Barsha mengerucutkan bibirnya. Namun setelah itu ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Galaxy.
"Kalo diliat dari muka dan postur tubuh lo, lo itu nggak cocok jadi murid SMA," ucap Barsha seraya menopang kedua belah pipinya. Matanya menatap intens pada Galaxy yang menunjukkan raut wajah tidak peduli.
"Tapi lo cocoknya jadi suami gue," lanjutnya kemudian diiringi senyuman jahil.
Galaxy diam. Tak berniat sedikitpun untuk merespon perkataan Barsha. Sorot mata yang dipancarkannya pun begitu dingin, namun itu sama sekali tak membuat nyali Barsha menciut.
"Lo kok baru muncul sekarang sih? Kenapa gak dari dulu aja gitu, pas pertama kali gue masuk ke sekolah ini. Jadi gue gak perlu repot-repot buat pacaran sama orang lain,"
"Lo tau gak? Gue itu hobby banget sama yang namanya makan. Nah, nanti kita cari makan yuk. Gue tau banyak tempat makanan yang enak-enak."
Cewek yang memakai rok span setengah paha dan kemeja seragam yang sangat pas di tubuhnya itu terus saja berceloteh mengenai berbagai macam hal yang sama sekali tak Galaxy dengar.
Salah satu pengalaman yang belum pernah Galaxy alami sebelumnya adalah berpacaran. Tak dapat dipungkiri jika Galaxy penasaran bagaimana rasanya memiliki hubungan spesial dengan lawan jenis.
Namun tentu saja perempuan yang akan dipilih untuk menjadi pacarnya kelak bukanlah Barsha.
Galaxy ingin mengejar, bukan dikejar.
Galaxy ingin berjuang untuk mendapatkan hati sang pujaan, bukan diperjuangkan.
Tak peduli jika katanya Barsha adalah siswi tercantik di SMA Rajawali ini. Karena sungguh, Galaxy sudah bertemu dengan ratusan perempuan yang sangat cantik, sehingga kecantikan bukanlah suatu hal penting baginya.
"Gal, kok lo diem aja?" tanya Barsha dengan raut wajah yang dibuat kecewa.
Galaxy bangkit dari kursinya, sekilas ia menatap Barsha, sebelum akhirnya ia melegang meninggalkan cewek yang awalnya ia kira sebagai pemilik nama Sabar itu.
Barsha tak mempersoalkan Galaxy yang tiba-tiba saja pergi. Ia hanya menatap punggung Galaxy yang perlahan menjauh diiringi senyuman merekah yang terbit di bibirnya.
Baginya, Galaxy adalah tantangan. Sifat acuh dan dinginnya membuat Barsha ingin berjuang dan menjadikan cowok itu sebagai miliknya.
Walaupun sebenarnya Barsha sendiri pun tak tahu jika perasaan yang baru saja timbul pada dirinya itu adalah perasaan suka atau hanyalah sekadar obsesi.
:::o:::
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Teen FictionTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...