Diliriknya jarum jam yang menunjukkan pukul 22.15, Barsha mendesah ringan ketika mendapati perutnya yang keroncongan meminta untuk segera diasupi makanan.
Akhirnya Barsha memutuskan untuk memesan makanan cepat saji melalui delivery order. Namun menurut Barsha, memesan sebuah makanan atau minuman hanya seorang diri saja tidak seru. Lantas Barsha bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar Zico yang terletak dipinggir kamarnya, berniat untuk mengajak sang adik bergabung memesan makanan cepat saji di restaurant 24 jam.
Tanpa mengetuk pintu, Barsha langsung saja memasuki kamar yang di dalamnya terdapat berbagai poster band rock yang menempel di setiap sisi dinding dan beberapa alat musik yang disimpan secara kondusif di bagian sudut kamar, kemudian cewek itu membaringkan tubuhnya diatas ranjang king size milik Zico. Sementara sang empu kamar tengah duduk di kursi gaming, matanya terfokus pada layar monitor yang menampilkan game online, sehingga cowok tampan itu tak menyadari kehadiran Barsha.
"Zico," panggil Barsha, tak digubris oleh sang objek.
Panggilan ketiga tak kunjung digubris, Barsha pun berdecak. Akhirnya ia menghampiri keberadaan Zico dengan membawa sebuah bantal yang kemudian dihentakannya benda tersebut terhadap kepala Zico.
"Barsha!" Zico menyentak. "Mau apa sih, Sha?! Nggak liat gue lagi ngapain?" sungguh, suatu hal yang paling Zico benci adalah diganggu oleh seseorang ketika dirinya tengah fokus bermain game.
"Pengen makan." Barsha memutar kursi yang Zico duduki hingga mereka saling berhadapan.
"Makan ya tinggal makan, bego." balas Zico ogah-ogahan.
"Ya, sama lo. Mesen Mcd yu."
"Yaudah mesen lah sana, laper gue juga."
"Okay." Barsha tersenyum penuh ketika Zico menyetujui ajakan untuk memesan makanan bersamanya. Lantas ia segera memesan berbagai macam hidangan kesukaannya dan juga kesukaan Zico melalui aplikasi pada ponselnya.
45 menit berlalu akhirnya pesanan mereka tiba. Barsha dengan antusias menghampiri kurir untuk membawa dan membayar pesanan tersebut.
Ketika Barsha hendak menutup pintu gerbang, tak sengaja matanya menangkap sosok jangkung yang tak asing bagi penglihatannya. Barsha mengamati lamat-lamat punggung tegap itu, detik-detik kemudian matanya membelalak ketika ia menyadari bahwa cowok yang baru memasuki rumah di depannya itu adalah Galaxy!
Barsha jadi teringat perkataan Bi Inah padanya yang mengatakan bahwa rumah kosong itu kini telah dihuni oleh seorang cowok tampan. Namun siapa sangka jika penghuni rumah kosong itu ialah Galaxy?
Barsha kegirangan. Bagaimana tidak, seseorang yang ia taksir ternyata tinggal di hadapan rumahnya!
Tiba-tiba saja terlintas ide cemerlang dibenaknya. Barsha menatap kresek besar yang berisikan aneka junk food, ia tersenyum puas lalu berjalan dengan angkuh menuju rumah Galaxy.
Terimakasih Tuhan karena telah membuat perutnya keroncongan. Dan terimakasih juga pada Zico karena telah mau memesan makanan bersamanya, karena jika Zico menolak ajakan itu, maka jelas Barsha tidak akan memesan makanan dan pergi ke gerbang melihat sosok Galazy. Maka dari itu Zico turut andil atas semuanya.
Barsha memijit bel rumah Galaxy sebanyak 2 kali. Tak lama, sosok yang ia nantikan muncul dari balik pintu. Barsha kira, Galaxy akan bereaksi lebih ketika ia berdiri dihadapannya. Namun nyatanya nihil, cowok itu hanya menatap Barsha tanpa minat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Teen FictionTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...