Suasana malam terasa hangat, semua orang berkumpul membentuk lingkaran menyaksikan Surya bernyanyi. Cowok itu melantunkan lagu milik Bon Jovi berjudul Always, diiringi petikan gitar Gelvin. Suara yang dihasilkan Surya sangatlah merdu, hingga membuat orang-orang yang mendengarkan ikut terhanyut dalam lantunan yang dinyanyikan olehnya. Ditambah lagi api unggun yang menyala membuat atmosfir malam ini terasa sempurna.
Lagu yang dilantunkan oleh Surya sangat tepat dinyanyikan di malam ini, lantaran sebagian besar anggota ROC membawa pasangan masing-masing. Pasangan-pasangan itu saling menatap satu sama lain seraya tersenyum hangat.
And I will love you, baby, always
Ketika Surya menyanyikan reff lagu tersebut, pandangan Galaxy menyorot kepada mata Cleopatra, tatapannya sungguh intens hingga membuat hati Cleopatra sedikit bergetar.
And I'll be there forever and a day, always
I'll be there 'til the stars don't shine
'Til the heavens burst and the words don't rhyme
And I know when I die, you'll be on my mindCleopatra nampak resah, sebab pandangan Galaxy tak kunjung lepas darinya. Posisi mereka yang bersebrangan membuat Cleopatra mati kutu. Sial, mengapa bisa dirinya kembali dibuat gugup oleh Galaxy?
"And I'll love you, always." Galaxy ikut bernyanyi mengiringi suara Surya. Sejak tadi pandangannya tak pernah luput dari seorang Cleopatra.
Sementara di lain tempat, Barsha berdiam diri sambil menatap sudut kamarnya. Ia baru saja mendapat kabar bahwa Galaxy membawa Cleopatra ke acara ROC.
Barsha rasa, tak ada satupun di dunia ini yang menginginkan dirinya, ia juga merasa jika dunia membencinya. Bahkan sedari dulu, Barsha tak pernah mendapatkan apa yang benar-benar ia inginkan. Barsha hanya ingin hidupnya tentram, namun dunia seolah membenci ketika dirinya merasa tenang.
Dan sekarang, Barsha hanya menginginkan hati Galaxy untuk melengkapi jiwanya yang terasa kosong. Namun lagi-lagi, dunia tidak berpihak terhadapnya. Persetan dengan banyak lelaki yang mengincarnya, karena yang ia inginkan hanyalah Zeroun Galaxy. Mengusap-ngusap kasar permukaan wajahnya, kemudian Barsha bangkit dari posisi tidurnya.
Mungkin ini akan sulit baginya, namun ia harus berusaha menghilangkan perasaannya terhadap Galaxy. Tak ada lagi alasan baginya untuk tetap menyimpan perasaan ini. Bukannya menyerah, namun ia tahu betul, perasaan orang tidak dapat dipaksa. Seharusnya dari awal, Barsha tidak usah memaksakan kehendak.
"Halo?" Barsha bersuara setelah panggilan terhubung.
"Halo. Ada apa, Sha?" sahut seseorang di sebrang sana.
"Lo masih di rumah Ezo?"
"Iya, nih. Kenapa?"
"Gue suntuk. Mau temenin gue jalan gak?"
Seseorang itu terdiam selama beberapa saat. "Ayo, gue OTW bentar lagi,"
"Hati-hati,"
Panggilan berakhir, Barsha pun bergegas mengganti pakaiannya. Dilihatnya waktu telah menunjukan pukul 19.30, entah ke mana tujuannya, yang jelas Barsha tak ingin sendirian dikesunyian malam ini.
Waktu demi waktu berlalu, akhirnya seseorang yang Barsha tunggu pun tiba. Tak mau menunda-nunda waktu, Barsha langsung saja masuk ke dalam mobil Mercy yang dikendarai oleh Samudra.
"Mau cabut ke mana?" Samudra bertanya setelah Barsha memasang seatbelt.
"Bawa gue ke tempat yang tenang,"
Samudra nampak berpikir, sebelum akhirnya ia menancapkan pedal gas mobilnya. Samudra akan membawa Barsha ke suatu tempat yang selalu ia kunjungi ketika hal buruk mengganggu pikirannya.
Hening. Tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Sebetulnya, tenggorokan Samudra gatal ingin bersuara, namun ia harus mengurungkan niatnya ketika melihat Barsha yang terlihat tidak mau diajak berinteraksi.
Setelah menempuh perjalanan singkat, akhirnya Samudra dan Barsha tiba di lokasi tujuan. Barsha sedikit mengerutkan keningnya ketika melihat tempat apa yang dikunjungi oleh mereka.
Samudra tak banyak berbicara, ia keluar dari mobilnya lalu membukakan pintu mobil Barsha sebab cewek itu tak kunjung keluar.
Dituntunnya Barsha memasuki gedung yang menjulang tinggi. Barsha mengerutkan keningnya ketika terdapat beberapa orang yang menyapa Samudra.
"Ini gedung punya kakek gue," ucap Samudra seolah mendengar isi hati Barsha.
Setelah menaiki lift yang membawa mereka ke rooftop, Samudra kembali menuntun Barsha untuk menyaksikan city light.
Dari atas sini, malam hari kota Jakarta terasa begitu menenangkan. Kepadatan dan kebisingan jalan raya tak akan lagi terasa olehnya.
"Gue biasa nenangin diri di sini," Samudra mengusap halus kepala Barsha.
"Lo orang pertama, dan bakal jadi satu-satunya orang yang gue bawa ke sini."
Barsha terkekeh mendengar itu, "dih apaansih lo gajelas,"
Samudra melepaskan tangannya yang berada di kepala Barsha, kemudian ia mundur beberapa langkah dan duduk di sofa yang tersedia di sana. Cowok berhoodie hitam itu merogoh saku celana jeansnya untuk membawa sebungkus rokok dan gasoline. Dihisapnya rokok tersebut kemudian dihembuskan, begitu terus sampai Barsha akhirnya duduk di samping Samudra.
"Sam," panggil Barsha.
"Hm?" sahut Samudra, matanya tertuju lurus pada langit malam. Ia terlihat sedang berpikir.
"Apa gue gak pantes dapetin Galaxy?" Barsha bertanya dengan suara parau, menahan tangis agar tidak pecah.
Mendengar itu, Samudra tersenyum kecut. Pandangan Samudra kini beralih pada Barsha, menatap cewek di sampingnya dengan intens. "Bukan lo yang gak pantes buat Galaxy. Tapi Galaxy yang gak pantes buat lo. Barsha, lo pantes dapetin orang yang lebih dari dia."
"Lo itu berharga, lo punya value. Jujur gue salut sama lo, lo itu cewek tangguh yang gak bergantung sama orang lain. Lo punya prinsip hidup yang gue kagumin. Terus buat apa lo buang-buang waktu buat mikirin orang yang dia aja gak mikirin lo?" Samudra menatap lamat bola mata Barsha.
"Tapi gue tau, perasaan itu gak bisa dikontrol. Gue paham rasanya gimana sayang sama orang tapi gak berbalas. Gue tau rasanya gimana orang yang lo sayang itu sayang sama orang lain. Gue tau rasanya, Sha. Dan itu emang gak enak." ucap Samudra kemudian. "Gue gak bisa maksa lo buat hilangin perasaan lo ke Galaxy. Karena gue tau, ngilangin perasaan ke seseorang itu gak gampang."
"Lo suka sama orang?" Barsha mengernyitkan dahinya, ternyata Samudra bisa memiliki perasaan terhadap orang lain.
Samudra mengangguk.
"Lo orangnya, Sha." Samudra membelai halus pipi Barsha. "Makasih lo udah ngenalin gue rasanya sayang sama orang lain. Gue tau hati lo bukan buat gue, Sha. Tapi gue bakal nunggu sampe lo noleh ke gue. Gue orang yang paling gak mau lo sakit, gue orang yang paling pengen ngeliat lo bahagia. Jadi kalo bahagia lo bukan sama gue, gue gak boleh egois buat maksa kalo lo harus sama gue." ungkap Samudra jujur.
:::0:::
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Novela JuvenilTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...