Flashback on.
Galaxy memainkan sebuah game FIFA pada PS5 miliknya. Tiada hentinya Galaxy mengumpat pada permainan dirinya yang jelek, bagaimana tidak ia terus saja kalah melawan BOT yang disetting beginner olehnya, ia memang sedang tidak dalam kondisi baik untuk bermain. Pikirannya selalu saja melayang pada sosok Barsha.
Galaxy selalu saja menyangkal perasaannya terhadap Barsha. Bagi Galaxy, menyukai Barsha adalah suatu petaka. Sejak pertama kali bertemu, Galaxy telah berjanji untuk tidak menyukai cewek aneh itu, namun sialnya kini ia melanggar janjinya sendiri.
Barsha berhasil membuat Galaxy terjatuh, bahkan ia dapat mendepak cinta pertama dihatinya. Namun lagi-lagi, Galaxy enggan untuk mengakuinya. Sehingga ia selalu memberi penolakan demi penolakan kepada Barsha.
Penolakan demi penolakan terhadap Barsha adalah suatu upaya agar Galaxy tidak terjatuh semakin dalam. Namun, semakin Galaxy menjauh dari sosok Barsha, semakin pula hatinya terasa mengebu-ngebu. Entah hingga kapan dirinya akan terus menampik, yang jelas tidak boleh ada seorangpun yang mengetahui akan hal ini.
Galaxy membuka ponselnya yang menampilkan aplikasi IG pada layar ponselnya. Cowok itu menggaruk tengkuknya ketika profil akun milik Barsha terpampang di sana, Galaxy baru ingat bahwa sejak tadi ia terus memperhatikan foto demi foto yang Barsha unggah pada profil IGnya. Segera Galaxy memblokir akun IG Barsha untuk meminimalisir rasa ingin tahunya terhadap sang cewek. Ia pikir memblokirnya adalah salah satu upaya agar Galaxy tak semakin menyukai Barsha.
Mengusap-ngusap kasar wajahnya, Galaxy membantingkan dirinya pada sofa. Kepalanya menegadah menatap langit-langit rumahnya, dibenaknya hanya ada sosok Barsha. Senyuman indah yang terukir dalam bibirnya, mata belonya, bulu mata lentiknya, tawanya, suaranya yang begitu menenangkan dan semua hal yang ada pada diri Barsha, bagi Galaxy terasa sempurna.
Kebohongan terbesar dalam hidupnya adalah, menyangkal bahwa dirinya tak menyukai Barsha. Dan ego terbesar dalam dirinya adalah, enggan mengakui kepada Barsha bahwa ia telah terjatuh karenanya.
Kini Galaxy mengerti, mengapa ada begitu banyak orang yang menyukai Barsha, sebab Galaxy akui, cewek itu memiliki value yang tak sembarangan orang punya. Walaupun cewek itu nampak ceroboh dan semborono, namun jika sudah mengenal lebih dalam, Barsha adalah sosok yang memiliki prinsip kuat dan selalu mau belajar dari kesalahan, ia juga selalu ingin berkembang setiap harinya.
Galaxy selalu berkata kepada orang-orang, bahwa semua bentuk pedulinya terhadap Barsha hanyalah bentuk kepedulian sebagai seorang kakak. Namun yang orang lain tak ketahui adalah, bahwasanya Galaxy berbohong akan hal itu. Suatu hal yang mustahil jika Galaxy bertindak luar biasa untuk menjaga Barsha jikahalnya ia tidak menyukainya.
Tidak mungkin Galaxy rela mempertaruhkan nyawanya semata-mata untuk orang yang tak ia sayangi. Dahulu, Galaxy memang menyelamatkan banyak orang, tetapi itu karena suatu kewajibannya sebagai seorang agen rahasia. Namun kini dirinya bukan lagi berprofesi sebagai seorang agen rahasia, sehingga ia tak memiliki kewajiban untuk menjaga orang lain. Itu artinya, Barsha adalah seseorang yang sangat penting baginya.
Flashback off.
:::0:::
"Emangnya kamu gak mau tanggung jawab? Aku jadi sayang sama kamu," ungkap Galaxy diakhiri senyuman jahil.
Barsha menaikan sebelah alisnya. "Gak," sahut Barsha acuh tak acuh. Percayalah, Barsha berusaha sangat keras untuk tampil tenang tatkala hatinya berdebar hebat.
"Oh mau bales dendam?" Galaxy manggut-manggut layaknya seseorang yang baru saja mendapatkan sebuah fakta menarik.
"Hah?" Barsha nampak bingung.
Galaxy hanya tersenyum tipis seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak lama, seorang waitress muncul dengan membawa sebuah menu makanan yang tersedia di restoran ini.
"Mau mesen apa?" tanya Galaxy ketika dirinya telah memilih beberapa makanan untuk disantap.
"Gak. Gue gak mood," sahut Barsha seraya mengotak-ngatik ponselnya.
"Yaudah mbak, menunya samain aja semua kayak punya saya," ujar Galaxy kepada sang waitress.
"Tumben gak mood, biasanya kalo makan kayak orang yang belum makan dari lahir," ucap Galaxy ketika sang waitress telah meninggalkan tempat.
"Sotoy amat, emangnya lo tau apa tentang gue, hah?" Barsha memutar bola matanya malas.
"Tau semuanya," sahut Galaxy santai.
"Abis ini mau ke mana?" tanya Galaxy kemudian.
Sekejap Barsha menatap Galaxy, sebelum akhirnya kembali memainkan ponselnya. "Lo kepo amat, lagian gue gak mau pergi sama lo," ucap Barsha.
Galaxy terkekeh, "idih geer, emangnya aku mau ngajak kamu? Aku kan cuman nanya, siapa tau kamu mau dipesenin gojek sama aku,"
Sontak Barsha menyimpan ponselnya di atas meja, ia menatap Galaxy dengan tatapan kesal. "Rese lo ya!" ucap Barsha seraya menunjuk Galaxy.
"Lah serba salah,"
"Lo kenapasih? Kayaknya sistem saraf di otak lo putus apa gimana? Lo amnesia gitu kalo dari dulu lo selalu nolak gue, terus sekarang tiba-tiba lo nyamperin gue bertingkah seolah lo dulu gak pernah nolak gue, stress kayaknya lu," sungut Barsha dengan hati yang sedikit teriris. "Giliran gue cabut, lo malah ngejar," lanjutnya dengan memutar bola mata malas.
Tatkala Galaxy hendak menjawab ucapan Barsha, hidangan yang mereka pesan pun tiba dan membuat Galaxy mengurungkan niatnya untuk bersuara.
"Gue mau makan. Kebetulan gue udah mood makan. Jadi lo gak usah jawab, nanti mood makan gue rusak gara-gara lo," Barsha berkata seraya melahap makanan pada mulutnya.
Selama itu, tak ada satupun yang bersuara. Barsha sibuk dengan santapannya dan Galaxy sibuk memperhatikan Barsha secara diam-diam.
:::0:::
Selepas menyantap hidangan khas Bali bersama Galaxy, cewek itu memutuskan untuk melipir ke suatu bar di tepi pantai yang jaraknya tak jauh dari lokasi restoran. Tanpa sangka, Galaxy mengikuti langkahnya. Alhasil, dengan berat hati Barsha harus minum bersama dengan Galaxy.
"Shit!" Barsha mengusap-ngusap wajahnya secara kasar tatkala melihat Galaxy yang sudah mabuk berat.
"Make mabok segala! Nyusahin!" Barsha bangkit kemudian meraih tubuh Galaxy untuk dipapah olehnya. Rasanya, Barsha ingin meninggalkan Galaxy di tempat ini, namun ia masih memiliki hati nurani.
"Heh lo kalo cupu, gak usah minum banyak-banyak kali. Kan jadinya nyusahin," Barsha memapah Galaxy yang matanya terlihat sangat merah.
Jarak antara Bar dan mobil yang Galaxy sewa hanyalah beberapa meter, namun tetap saja Barsha sedikit kesusahan untuk memapah jalannya Galaxy. Terlebih cowok itu tanpa hentinya meracau dan berjalan sempoyongan, membuat Barsha sedikit emosi.
Setelah berada di mobil, Barsha tampak berpikir dengan mata yang menyipit menatap Galaxy yang cekikikan, ia berpikir keras tentang ke mana harus membawa Galaxy.
"Woi lo nginep di mana?" Barsha menabok kening Galaxy.
Alih-alih menyahut, Galaxy justru memajukan badannya ke arah Barsha. Cowok itu menekan kedua pipi Barsha dengan tangannya.
"Ngapainsih deket-deket sama Sam? Genit amat,"
"Kamu gak tau aja kalo udah lama aku mendem perasaan ke kamu. Cuman aku gak berani buat bilang, jadi semua sikap peduli aku ke kamu itu bukan semata-mata kamu aku anggap adek,"
"Mana ada adek, itu aku ngeboong. Bisa-bisanya kalian percaya," Galaxy terkekeh.
"Aku sayang kamu," ungkap Galaxy.
:::0:::
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gun N' Loves [END]
Roman pour AdolescentsTeen Fiction X Action Melewati masa-masa remaja dengan monoton adalah suatu hal yang Galaxy sesali di usianya yang telah menginjak 21 tahun. Ketika para remaja 17 tahun bersenang-senang, Galaxy di balik tembok besi sana berlatih tembak runduk. Ketik...