Chapter 2
Suara Marquess Arial terdengar menggema memanggil anak-anaknya malam itu. Mario yang kebetulan mendapat cuti setelah shooting film di luar negeri langsung menuruni anak tangga dari lantai dua mansion mereka.
"Ayah, what's going on?" Tanya yang paling sulung dari tiga bersaudara Arial, Marquess Arial—atau bernama lengkap Arial Jeje Wayde tersenyum tipis melihat putra pertamanya yang akhirnya berada di mansion Arial.
"Sudah selesai dengan jadwalmu, Mario?"
Mario hanya mengangguk tipis dan mendudukkan bokongnya di sofa ruang tengah karena sepertinya sang Marquess akan mengumumkan sesuatu yang penting.
"Adik-adikmu mana?"
"Natta di kamar, Ayden di taman belakang. Mungkin belajar."
Marquess Arial menganggukkan kepalanya lalu meminta maid untuk memanggil dua anaknya yang lain. Sementara itu, sang 'ibu' negara juga tengah sibuk berkutat dengan peralatan dapur mempersiapkan makan malam bersama beberapa maid di dapur mansion besar tersebut dan kini tengah sibuk berlalu lalang menata masakan di atas meja. Sudah menjadi tradisi keluarga Arial bahwa sesibuk apapun mereka, makan malam bersama harus diusahakan.
"Ayah ingin memberitahu sesuatu hal yang penting."
Natta yang sedari tadi sibuk mengunyah makanannya tidak terlalu memperhatikan ayahnya. Omega muda berwajah jelita itupun memilih tak acuh karena merasa announcement ayah tidak tidak ada hubungan dengan dirinya.
"Natta, give your dad attention," bisik papa menyadarkan Natta untuk memberikan ayah perhatian penuh. Akhirnya si anak tengah menghentikan acara makannya dan memilih patuh saja. Ia malas berdebat panjang yang tidak berujung pada omega yang sudah melahirkannya itu.
"Oke."
"Prince Mile Pearce telah kembali dua hari lalu ke Archadya. Sabtu besok akan ada upacara kenaikan tahtanya yang mengundang seluruh keluarga menteri. Ayah harap kalian mempersiapkan diri dan mengosongkan jadwal untuk memenuhi undangan ini."
Natta yang paling pertama terlihat ingin protes. Acara kenegaraan semacam itu bukan gayanya sekali. Ia yakin akan mati kebosanan menunggu para menteri dan bangsawan-bangsawan Archadya speech satu persatu padahal inti dari upacaranya penyambutan itu hanya penyerahan mahkota Duke sekembalinya pangeran kedua Kaisar tersebut.
"Bukannya biasanya hanya ayah dan papa?" Mario mewakili isi kepala adik-adiknya. Saat kenaikan tahta Great Prince Richard ke Grand Duke juga hanya dihadiri oleh ayah dan papa. Mereka sama sekali tidak pernah turut diundang ke acara semacam itu.
"Saat itu Archadya tengah dilanda krisis dan bencana sehingga istana harus memotong banyak budget yang bersifat seremonial. Berbeda dengan sekarang," kata Marquess Arial menjawab pertanyaan putra sulungnya. Hanya itu alasan yang Kaisar sampaikan.
"Aku tidak bisa, ayah. Aku sudah memiliki janji," sahut Natta yang spontan diberi tatapan tajam oleh papa.
"Natta, dengarkan dulu bisa nak?" pinta papa dengan intonasi sehalus kulit bayi, namun siapa saja bisa merasakan aura kemurkaan dari untaian perkataannya. Apabila Natta selalu merasa darah tinggi dengan si bungsu, maka papa akan selalu merasa darah tinggi menghadapi Natta.
"Luangkan waktu, sayang. Kaisar sendiri yang mengundang kita secara lengkap," sambung Marquess Arial pada anak keduanya yang memang terkenal kurang banyak bergaul, introvert dan pendiam itu.
"Aku akan ikut kalau kak Natta ikut." Ayden menanggapi permintaan ayahnya. Sebetulnya Ayden sangat menyayangi Natta dan apa-apa selalu bergantung pada kakak tengahnya. Ibarat Natta yang membenci adiknya setengah mati, namun Ayden tidak mau apabila kemana-mana tanpa kakaknya—terkecuali sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM OF THE MOON - MILEAPO [COMPLETED]
FanfictionRhythm of The Moon Arial Nattawin Wayde merupakan anak tengah yang sama sekali tidak memiliki sesuatu yang membanggakan. Meskipun terlahir sebagai anak dari bangsawan bergelar Marquess tidak juga membuatnya terlihat spesial. Terlebih lagi menjadi sa...