Chapter 24
Untuk yang kesekian kalinya, Ayden menyaksikan peristiwa pohon yang mendadak kering kerontang kehilangan kehidupannya. Baru pagi tadi, Ayden yakin seratus persen—bahkan seribu persen bahwa pohon pinus yang ada di hutan yabg berlokasi tepat di belakang mansion Arial masih segar, sama sekali tidak ada tanda-tanda kekeringan. Sore ini ketika akan melanjutkan acara belajarnya di taman belakang, pohon pinus di hutan tersebut sudah kehilangan kehidupannya. Kali ini tidak hanya satu, namun ada sekitar delapan pohon besar.
Belum bisa sama sekali dirinya pecahkan penyebab peristiwa tersebut dan apabila tidak salah, ini sudah kali keempat dirinya menyaksikan hal serupa dengan mata kepalanya sendiri. Rasa penasarannya terasa semakin menajam. Hal ini sangat aneh. Belum pernah ada peristiwa demikian selama enam belas tahun Ayden hidup. Tanpa pikir panjang, Ayden langsung berlari memasuki area utama mansion dan memanggil papa guna mendiskusikan keanehan itu.
“Pa!”
Teriak Ayden pada papa yang kala itu yeng ternyata memiliki tamu di ruang depan.“Ayden, papa masih ada tamu.”
Ayden menghentikan langkahnya, terlihat seorang perempuan berdandan cukup nyentrik duduk di hadapan papanya. Juga gulungan kertas panjang yang tidak sama sekali membuat Ayden tertarik.Shaman? pikir bungsu Arial tersebut.
“Kenapa nak?”
Tanya khun Uss cukup khawatir dengan kepanikan Ayden mencarinya.“Papa lanjutkan saja, nanti aku akan menceritakannya.”
Ucap Ayden lalu bersiap pergi. Mencoba menghormati diskusi penting yang mungkin papanya lakukan dengan seseorang yang Ayden tidak kenal. Khun Uss hanya mengangguk dan kembali melanjutkan pembicaraannya dengan perempuan berdandan nyentrik tersebut.“Dewi kesuburan tengah dilanda kesedihan besar, khun Uss.”
Ucap wanita itu membuat Ayden meringis dalam hatinya. Legenda apa yang kini tengah papanya cari tau, namun Ayden juga cukup penasaran sehingga memelankan langkah kakinya.“Hal itu berpengaruh pada kehidupan di sekitar lingkungannya yang mendadak kering dan mati tanda 'dia' tidak dalam keadaan baik.”
Ayden meneguk ludahnya kaku dan seketika membalikkan tubuhnya. Tolong jangan katakan bahwa peristiwa yang Ayden alami beberapa kali ini merupakan pembuktian dari mitos yang wanita shaman itu katakan?“Apabila terlalu berlarut, tidak menutup kemungkinan bukan hanya pohon yang kering dan mati, rantai makanan juga akan terganggu—“
“Maaf, bolehkah aku bergabung pada diskusi ini?”
Tanya Ayden mendadak sudah berdiri di hadapan khun Uss dan wanita shaman itu. Khun Uss mengerutkan dahinya heran karena Ayden tidak pernah tertarik dengan mitos dan juga legenda. Ketiga anaknya memang sama sekali sukar untuk percaya dengan kejadian diluar logika itu. Baru kali ini Ayden tampak tertarik.“Bolehkan, pa?”
Tanya Ayden serius, meskipun dilanda kebingungan besar namun khun Uss hanya mengangguk. Wanita shaman tadi meneliti Ayden dari atas dan bawah membuat Ayden tidak nyaman namun karena penasaran dengan legenda yang tengah menjadi topik diskusi papanya membuat Ayden melawan rasa tidak nyamannya itu.“Helios.”
Ucap wanita itu tiba-tiba, khun Uss menautkan alisnya tidak mengerti mengenai ucapan wanita shaman itu.“Maaf khun Tina, aku tidak paham.”
Shaman yang dipanggil Tina itu hanya menggeleng lalu tersenyum tipis.“Tidak ada khun Uss, mari kita lanjutkan.”
Ayden ikut menyimak kala mulut wanita bernama Tina itu semakin ngawur dirinya dengar. Bagaimana mungkin ada peristiwa aneh seperti yang shaman itu katakan? Dewi kesuburan tengah berada dalam kesedihan besar sehingga membuat tanah menjadi kering dan tandus lalu berakhir membuat pepohonan mati dalam waktu singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM OF THE MOON - MILEAPO [COMPLETED]
FanfictionRhythm of The Moon Arial Nattawin Wayde merupakan anak tengah yang sama sekali tidak memiliki sesuatu yang membanggakan. Meskipun terlahir sebagai anak dari bangsawan bergelar Marquess tidak juga membuatnya terlihat spesial. Terlebih lagi menjadi sa...