Chapter 4
Seminggu sudah Natta di rawat di rumah sakit, saat ini dirinya telah kembali ke mansion dan kamar nyamannya. Seminggu itu merupakan waktu yang sangat menyiksa setiap sel tubuhnya. Sakit yang tidak pernah terbayangkan sama sekali, bahkan terasa sampai kini. Namun meskipun secara fisik, Natta begitu kesakitan, berbanding terbalik dengan psikisnya yang sangat bahagia karena kini bergantian bisa merundung si bungsu Ayden. Papa dan ayah diam saja ketika Natta memerintahkan adiknya secara semena-mena. Pokoknya Natta sangat menikmati ketika melihat wajah frustasi adiknya yang sama sekali tidak bisa menolak keinginannya.
“Ayden, kepala kakak pusing sekali.”
Ayden sudah siap membuka mulutnya protes akan perintah yang Natta berikan sebentar lagi. Anak itu seakan sudah tau apa yang akan Natta inginkan.“Kak Natta mau apa?!”
Si bungsu sudah cukup lelah belakangan ini harus dengan terpaksa menuruti segala keinginan aneh kakaknya yang terlihat sekali membalaskan dendamnya.“Pa..”
“Kakak mau apa!”
Pekik si bungsu, karena kakaknya pasti akan mengadu yang aneh-aneh dan apabila papa tau, maka papa akan berbalik murka padanya. Pokoknya apapun yang Natta minta selama dirinya sakit yang tidak bisa dilakukan sendiri, semua orang tanpa terkecuali harus menuruti. Anehnya, Natta tidak akan meminta hal-hal aneh pada papa, ayah maupun Mario sebagai gantinya Natta meminta hal-hal yang tidak masuk akal dengan si bungsu Ayden.
“Aku mau sate daging rusa..”
“Kakak hamil apa bagaimana?!”
“Yasudah kalau—”
“IYA AKU AKAN KE HUTAN SEKARANG MENCARI RUSA YANG GEMUK DAN MEMBAWA KEPALANYA PADAMU!”
Ayden tidak kuasa menolak karena tidak ada satupun yang mau membelanya. Natta tersenyum bahagia, akhirnya hari dimana dirinya bisa membuat Ayden menurut apapun perkataannya tiba. Meskipun harus bersakit-sakit seperti saat ini. Segalanya seakan terbayar lunas.
Ayden telah pergi beberapa menit lalu kini hanya ada Natta yang tengah serius membaca buku yang diberikan Carlie beberapa waktu lalu. Meskipun sempat menghujat dan menghina buku tersebut namun Natta malah terlihat tertarik kini karena tanpa sadar dirinya terus membalikkan halaman ketika menyelesaikan setiap bab.
“Bulan berjalan, bulan menunjukkan takdir, bulan yang bertaut dan bulan yang meninggalkan.”
Natta mengerutkan dahinya tidak paham dengan kalimat singkat itu. Sama sekali tidak mampir dibayangannya mengenai kata-kata semacam itu. Terlalu rumit apabila mengartikan buku kuno sementara iqnya tidak tinggi. Bunyi ketukan di pintunya mengalihkan konsentrasi Natta terhadap buku di pangkuannya.
“Natta, boleh kakak masuk?”
“Ya?”
Balas Natta meyakini yang datang itu merupakan Mario. Pintu terbuka dan menampilkan bayangan tubuh tinggi dan kekar milik Mario yang membawakan susu untuknya. Alpha itu tersenyum kecil melihat adiknya yang anteng membaca buku, terlihat benda itu terbuka di atas pangkuan Natta. Meskipun selama ini Natta terlihat tidak pintar namun hobbynya yang sangat elegan itu tentu cukup untuk melihat betapa berkualitas hidup seorang khun Nattawin. Adiknya itu type yang sangat mudah disayangi oleh siapa saja. Baik hati, penurut dan segala sifat mengalahnya dan mendahului kepentingan orang banyak. Menjadi satu-satunya omega termuda juga membuatnya sangat istimewa di mata keluarga Arial. Semua orang menyayanginya bahkan si tengil Ayden sekalipun. Tidak ada yang mampu menolak pesona adiknya yang demikian. Bahkan sudah banyak surat lamaran dari bangsawan berpangkat tinggi yang datang ke mansion mereka meminta Nattawin untuk menjadi menantu mereka. Namun dengan segala sifat posesif alami yang dimiliki tiga orang alpha keluarga Arial terutama ayah membuat surat itu mendapat berbagai balasan penolakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM OF THE MOON - MILEAPO [COMPLETED]
FanfictionRhythm of The Moon Arial Nattawin Wayde merupakan anak tengah yang sama sekali tidak memiliki sesuatu yang membanggakan. Meskipun terlahir sebagai anak dari bangsawan bergelar Marquess tidak juga membuatnya terlihat spesial. Terlebih lagi menjadi sa...