Chapter 8
Natta tau kehidupan rumah tangga tidak akan pernah mudah, terlebih dirinya menikah dengan salah satu putra utama Kaisar yang terkenal dengan segala sikap formal mereka di segala situasi. Dengan berbagai schedule padat yang rata-rata dihadirinya sebagai tamu kehormatan yang sama sekali tidak membuatnya senang. Perasaannya masih tidak berada sepenuhnya di istana. Bahkan Natta bisa merasakan ingin menangis ketika Bian mendatangi kamarnya yang juga kamarnyabersama sang Duke, membangunkannya setiap pukul enam pagi, meskipun Natta tidur pukul tiga dini hari sekalipun. Membantunya menyiapkan diri dengan pakaian-pakaian yang sangat mewah untuk meeting mendampingi sang Duke bersama tamu kehormatan di Archadya Castle.
Harus selalu terlihat anggun dan tidak boleh bersedih sekalipun perasaan tengah berada dalam kesakitan. Tetap memamerkan senyum palsunya pada elit politik kerajaan agar membuat mereka bahagia. Tapi bukan itu saja yang menyiksanya, yang paling membuatnya sedih justru ketika ayah menyambutnya dengan panggilan kehormatan yang pernah sampai membuatnya menangis berhari-hari. Natta lemah karena sifat sensitifnya dan Natta akui itu.
Belum lagi perkuliahannya yang baru berjalan dua tahun sementara sekarang dirinya harus menyelesaikan gelar sarjananya di istana. Ketika Natta yakin teman-teman seusianya tengah cekikikan dalam kelas bahasa, sementara dirinya harus melanjutkan studynya di dalam sebuah ruangan, dengan satu guru atau dosen? Natta tidak tau pasti dan juga hanya ada dirinya. Privat dan pelajaran akan semakin intens, hanya saja Natta tidak suka. Lebih senang berkelompok sembari mendengarkan teman-temannya bercerita akan jauh lebih menarik.
Bosan, itu yang Natta rasakan, usia pernikahannya bersama sang Duke masih bisa dikatakan sangat baru namun Natta sudah sangat ingin keluar istana sekadar melemaskan ketegangan syarafnya selama hampir empat bulan ini. Di liriknya Bian yang setia berdiri di dekat pintu keluar dan bergantian dengan lirikannya pada dosen privat yang menerangkan hukum strata negara di depan sana.
Natta kesepian karena tidak ada satupun teman yang bisa dirinya ajak untuk bercerita. Biasanya pukul sekian, Dean akan mulai berbisik-bisik padanya mengenai betapa menyebalkannya Professor Goch yang tidak bisa sedikitpun melemaskan ototnya dalam mengajari mereka. Berakhir mereka berdua akan di hukum mengerjakan essay. Ah! Natta menyesal telah membenci kegiatan yang dulu membuatnya sampai mengeluarkan sumpah serapah. Kini justru Natta ingin berada kembali pada situasi tersebut.
Bian sedari tadi terdiam dengan ekspresi yang amat datar, Natta tidak tau apakah semua penghuni istana akan seperti Bian yang tidak memiliki ekspresi sedikitpun? Semenjak kali pertama mereka bertemu, omega itu sungguh sangat professional. Natta sampai takut meminta sesuatu yang lebih karena Bian terlihat tidak welcome padanya. Kenapa terbalik sih! Malah sekarang Natta yang berusaha mati-matian untuk dekat dengan Bian. Karena mau bagaimanapun hanya Bian satu-satunya ‘teman’ yang selalu ada untuknya—sarkastis sekali namun memang begitu kenyataannya. Bangun tidur bukan sang Duke yang terlihat karena dominan itu pasti sudah terbangun terlebih dahulu dan langsung ke lingkungan utama istana, yang terlihat pertama kali justru Bian dengan wajah tegang dan kata-kata hormatnya yang meminta Natta untuk bersiap.
Ya Tuhan! Natta sungguh depresi apabila terus-terusan menghadapi situasi seperti ini. Tapi bagaimana cara mengungkapkannya?
“Your Highness, untuk pembelajaran hari ini cukup sampai disini, sampai bertemu hari kamis.”
Natta lega sekali mendengar ucapan dosen itu. Bian dengan sigap membantu dosen itu untuk membawa barang pembelajarannya hingga keluar ruangan sementara sang Duchess tengah menelungkupkan wajahnya di atas meja.
“Anda baik-baik saya, Your Highness?”
Natta langsung menatap ke arah Bian, kini tidak ada lagi senyum ramah di bibirnya, namun hanya wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM OF THE MOON - MILEAPO [COMPLETED]
FanfictionRhythm of The Moon Arial Nattawin Wayde merupakan anak tengah yang sama sekali tidak memiliki sesuatu yang membanggakan. Meskipun terlahir sebagai anak dari bangsawan bergelar Marquess tidak juga membuatnya terlihat spesial. Terlebih lagi menjadi sa...