Chapter 29
Natta tidak merasa familiar dengan dimensi yang kini dirinya jelajahi. Beberapa menit yang lalu, Dania kembali membawanya ke dimensi yang telah terhitung 3 kali dimasukinya. Setiap kali ke dimensi tersebut, memang settingnya terasa berbeda. Namun dua pengalaman pertamanya, tempat yang didatanginya cukup mirip meskipun tujuannya berbeda.
Sangat berbeda terlihat dengan saat ini, dimana dirinya menemukan lapangan yang dipenuhi rerumputan dan taman bunga yang begitu indahnya dengan banyak orang berpakaian aneh dan berjubah panjang. Natta teringat akan gambaran sejarah kerajaan ratusan tahun yang lalu. Pakaian mereka persis dengan hal yang di ceritakan dalam buku sejarahnya ketika menempuh pendidikan di sekolah menengah atas.
“Dania?”
Panggil Natta pelan namun sedikitpun suara shaman itu tidak bisa dirinya dengar.“Dania?”
Suara Natta kini agak meninggi karena tidak sama sekali mendapatkan sahutan dari Dania. Natta merasa dirinya betulan sendirian kali ini. Tidak bersama siapapun.Lalu dari arah kanannya berlarian seorang yang terlihat berperawakan tinggi dan begitu gagahnya tengah memegang busur panah yang membuatnya terdiam cukup lama. Posisi mereka yang cukup berjauhan membuat Natta tidak bisa dengan jelas menyaksikan wajahnya. Namun yang dirinya rasakan, jantungnya mendadak bertalu kencang dengan perasaan aneh yang membuat hatinya begitu menghangat.
Sosok itu semakin mendekat namun mendadak terjadi hembusan angin berpasir membuat Natta menunduk dan menutup matanya selama beberapa saat. Dirinya kehilangan arah kembali saat tempat dirinya berpijak kini berada di tengah-tengah lapangan sebuah istana berarsitektur klasik namun megah sekaligus. Natta membuka bibirnya cukup terkagum melihat sisi kanan dan kirinya. Segalanya tampak sangat indah dengan bangunan bernuansa serba abu-abu dan juga putih. Natta menyukainya.
Kaki sang Duchess terlihat melangkah secara ragu-ragu mendekati sekumpulan remaja perempuan dan laki-laki yang tengah bermain sepak bola? Entahlah Natta tidak tau namanya karena bola yang dioper-oper oleh sekumpulan remaja itu berbahan rotan. Mereka tampak sangat seru. Natta kini mempertanyakan dimana tepatnya dirinya berada. Apakah memang berada di bagian depan istana atau justru di sisi yang lainnya?
Omega itu betulan merasa clueless mengenai situasi dan latar tempat yang dirinya tapaki kali ini. Otaknya menolak untuk bergerak karena sama sekali tidak mendengar instruksi dari Dania. Namun hatinya memberontak meminta untuk tetap berjalan menuju ke sebuah bangunan yang begitu tingginya menjulang, tepat berada 100 meter di depannya.
Saat tengah dengan pelannya melangkah, bola rotan yang dioper-oper oleh sekumpulan remaja tersebut hampir mengenainya membuat Natta refleks menutup matanya namun setelah sekian waktu menutup irisnya, omega itu sama sekali tidak merasa sakit. Diliriknya secara spontan ke arah samping kanannya dan bola tersebut jatuh tidak jauh darinya, lalu remaja-remaja tadi berlarian menunju ke arahnya.
Natta bahkan tidak sempat berkelit dan hal yang kembali membuatnya tidak percaya adalah mereka semua menembus tubuhnya. Natta meneguk ludahnya ketakutan namun setelah otaknya bekerja bahwa ilusi perlindungan Reamhaisneis merupakan dimensi yang hanya membawa sukmanya membuat Natta bernapas cukup lega. Diliriknya kembali ke arah bangunan tinggi berbentuk tower tersebut.
Bangunan itu kembali memanggil-manggilnya untuk datang. Tanpa ragu seperti sebelumnya, kaki sang Duchess melangkah kembali. Langkahnya terasa ringan seakan-akan dirinya sudah begitu lama menantikan hal yang dirinya lakukan saat ini.
Semakin lama hatinya semakin dihinggapi perasaan senang dan tidak sabar. Bahkan Natta tidak sadar bahwa kakinya melangkah cukup cepat. Saat berada di tangga pertama bangunan tersebut, Natta tidak melanjutkan kembali langkahnya. Melihat dua orang sosok berpakaian yang cukup berbeda. Satunya pria yang cukup tampan dengan mahkota di kepalanya dan berpakaian berwarna merah. Satu lagi Natta tidak bisa dengan pasti melihat wajahnya karena posisinya yang membelakanginya. Pria itu memakai pakaian berwarna navy dengan jubah yang juga menjuntai panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHYTHM OF THE MOON - MILEAPO [COMPLETED]
FanfictionRhythm of The Moon Arial Nattawin Wayde merupakan anak tengah yang sama sekali tidak memiliki sesuatu yang membanggakan. Meskipun terlahir sebagai anak dari bangsawan bergelar Marquess tidak juga membuatnya terlihat spesial. Terlebih lagi menjadi sa...