60...

50 4 0
                                    

"Sepertinya mulai gelap kita harus segera pulang. Bagaimana, apakah kamu puas sayang? Tempat kerjaku tidak terlalu menarik kan?"

"Yah lumayan saat siang pasti akan terasa panas, tidak cocok untukku" karena Arin mudah berkeringat ia benci udara panas.

Walaupun begitu jalan-jalan sore mereka tetap berkesan. Kembali lagi dengan Harley mereka berkendara untuk pulang, kini Virgo dan Satria yang mengawal mereka dengan mobil yang seharusnya Arin dan Evans tumpangi.

Pria itu harus memberikan jaket kulit pada sang istri, antipasi angin malam Evans hanya sekedar khawatir dan itu wajar. Arin bisa sesak nafas jika kedinginan.

Beberapa jalan yang akan mereka lewati kebetulan dipenuhi hutan, sehingga waspada pada apapun itu adalah tindakan yang bagus.

"Apa kamu dan Angel pernah naik motor bersama juga?"

"Ohh kamu mulai lagi, tolong simpan pertanyaan itu. Cukup simpan dan jangan kau utarakan"

"Kenapa?"

"Just don't honey, please"

Arin tersenyum-senang ternyata mengganggu Evans sangatlah mudah.

Dalam kesenangan tadi mereka sepertinya terlalaikan oleh sesuatu.

Selongsong sudah menemukan sasarannya, itu sudah diperkirakan dengan baik. Kemudian suara ban yang pecah mengagetkan mereka berempat, kebetulan mereka satu-satunya yang berkendara di jalan itu.

Ban motor yang Evans kendarai lah yang pecah, membuat ia hilang kendali sehingga akhirnya terpelanting dan mereka berdua jatuh.
Kejadian yang begitu tiba-tiba membuat terkejut. Virgo yang menyetir langsung membanting setir mobil secara spontan agar tidak menabrak Evans dan Arin yang sudah jatuh.
Evans berusaha meraih Arin den melindungi wanita itu dari goretan aspal dengan tubuhnya.

Mobil itu baru berhenti agak jauh karena kecepatan Virgo saat mengendarai cukup kencang.
Tembakan kedua kembali terarah mengenai jok motor dan Evan dengan penglihatannya langsung bangkit dan berlari menuju ke arah tembakan itu berasal.

"Evans! Tunggu....EVANS, EVANSS!"
Arin masih belum mengerti apa yang terjadi kini ketakutan itu baru bergetar dan kebingungan.

Ia menarik kakinya yang ternyata tersangkut di badan motor dan berlari mengejar Evans meskipun langkahnya terseok-seok.

Saat itu Evans dalam perasaan menggebu dan marah mengejar pria bertopeng yang berlainan bersama temannya menuju ke hutan lebih dalam.
Salah satu dari mereka masih menembak asal untuk menghentikan Evans.

Namun Evans, pria itu seperti kesetanan tak mau menyerah. Evans memberikan tembakan balik setelah menarik kaliber dari sarungnya.
Dalam beberapa tembakan balasan ia berhasil melumpuhkan satu orang, tapi itu tidak cukup. Kakinya masih mengejar satu orang lainnya, ia tak mau berhenti melangkah dan melepaskannya.

Sayang sekali, entah kekuatan macam apa yang Evans punya ia berhasil menangkap pria itu dan memukulnya.
Pria asing terlihat memiliki cukup tenaga untuk membalas.

Mereka berkelahi di tengah hutan yang remang disinari bulan purnama.
"Siapa, siapa yang mengirim mu!"
Suara Evans penuh tekanan saat berhasil mengunci lawan dan memukul perutnya berkali-kali.

Pria itu tak menjawab masih terus berusaha memberikan perlawanan lain semua itu tak bertahan lama saat Evans mendapat pukulan pada rahangnya.

Evans mundur beberapa langkah karena mendapat rasa sakit yang menjalar.
Pria itu berhasil membalikkan pukulan yang telah Evans berikan pada perut dan wajahnya.

Arin mengejar mereka meskipun linglung, Virgo dan Satria pun sama. Buruknya Arin lebih dulu melihat Evans dalam keadaan sedang dihajar dengan kuat.

Masih belum sampai jarak Arin masih jauh tapi nyawa Evans mungkin dalam bahaya, Evans terlihat kewalahan pada pukulan tadi.
Hanya sedetik setelah berpikir begitu percikan api dalam pistol terlihat bersamaan dengan suara yang mengejutkan telinga.
Pria itu terdorong dan jatuh, Arin langsung berhenti berlari kemudian mematung.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang