11 | KECELAKAAN

86.7K 4.4K 55
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-

BRUKKK KRETAK BRUASHDHS BXJXJXJXJ

Nathan terpental lumayan jauh dari motornya.

Ia meringis kesakitan, seketika Nathan langsung teringat dengan Elara. Astaga anak orang!

Gak peduli sama kepala dan tangannya yang mengalir darah. Nathan buru buru menghampiri Elara yang tergeletak berhampiran motornya. Gadis itu hanya diam terlentang dan tidak bergerak sama sekali.

Tangan Elara luka dan kepalanya juga mengalir darah tapi tidak terlalu banyak. Pipinya juga sedikit tergores.

Ya tuhan jantung Nathan berdebar takut.

"Ra?" panggil Nathan, tangannya menepuk pelan pipi Elara.

"Elara?" panggilnya sekali lagi. Dan kali ini Elara membuka matanya. Ia menatap Nathan bingung sebelum menangis.

"Ra gue minta maaf, apa yang sakit? Maaf..." lirih Nathan. Ia membantu Elara untuk duduk. Sama sekali tidak peduli dengan motornya yang hancur total.

"S-sakit..."

"Mana yang sakit? Ah shit bentar..." tangan kirinya menahan punggung Elara agar tetap duduk sementara tangan kanannya merogoh saku celananya, semoga saja hpnya masih nyala.

Nathan menghembus nafas lega saat handphonenya nyala, ia kemudian menelfon ambulans dan memberi pesan singkat kepada temen temennya. Setelah selesai, ia kembali fokus ke Elara.

"Ra jangan tutup mata okay? Liat gue, ikutin cara gue nafas."

Nathan menggenggam tangan Elara dan membawanya ke dadanya.

"Tarik... hembus... tarik... hembus..."

Elara mengikuti seperti yang Nathan perintahkan dan sekarang ia dapat merasakan jantungnya lebih tenang berbanding tadi. Ia benar benar syok berat.

"G-gue ngantuk..." mata Elara berusaha terbuka.

"Jangan tutup mata lo. Tahan sampai ambulans dateng." panik Nathan.

"Bangsat."

Kenapa sih ambulans di indonesia sering telat? Andai saja motornya tidak hancur, Nathan gak bakal buang waktu disini dan bakal bawa Elara ke rumah sakit tanpa peduli dengan lukanya sama sekali.

"L-lo berdarah Nat."

Andai saja sekarang situasinya lagi nggak serius, pasti Nathan sudah ngakak. Apa Elara bicara tanpa melihat keadaan dirinya sendiri?

"Oww..." Elara memegang kepalanya yang terasa sakit. Mungkin karna ia sudah tenang, rasa sakit yang hilang karna syok tadi mulai kerasa.

Penglihatannya mengabur, matanya perlahan tertutup. Samar samar ia mendengar Nathan berteriak keras memanggil namanya.

-

Nathan membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat dan sedikit pusing.

Dia di mana?

Dikubur Nat. (p/s: canda, author mana sanggup matiin male leadnya)

"Nat? WOI NATHAN SADAR!" teriak Devan yang kemudian mendapat tamparan keras dikepalanya dari Aditya.

"Suara lu anjir, INI RUMAH SAKIT!" Aditya juga ikut berteriak.

"Lo berdua kalau mau teriak kayak monyet mending keluar." ucap Adlan emosi membuat dua sejoli itu langsung duduk diam di sofa.

Theo menghampiri Nathan yang sepertinya belum sepenuh sadar.

"Lo dirumah sakit." ucap Theo memberitahu Nathan.

Nathan langsung bangun setelah ingatannya kembali.

"ELARA MANA?!" tanya Nathan sedikit meninggikan suara.

"Nat santai dulu, lo baru sadar anjir jangan langsung bangun." Aditya buru buru menghampiri Nathan, memegang bahu pria itu ingin menyuruhnya kembali baring.

"GUE TANYA ELARA DIMANA BANGSAT." bentak Nathan, matanya menatap intens mereka semua.

Devan meneguk liurnya, sedikit ngeri melihat wajah Nathan. Ia membayangkan api keluar dari hidung Nathan kayak naga. Brrr serem...

"Ruangannya disebelah. D-" belum sempat Adlan menghabiskan ucapannya.

Nathan sudah terlebih dulu mencabut infus di tangannya dan pergi kekamar Elara.

"Tu anak bener bener dah." panik Aditya menyusul Nathan. Diikuti yang lain.

Tidak pernah seorang Nathan, leader mereka yang terhormat bertindak seceroboh itu.

BRAKKK

"Anjeng" umpatan keluar dari mulut Zara, begitu kaget saat pintu ruangan Elara dibuka secara kasar.

Nathan langsung bergerak menuju kasur Elara. Elara terlalu syok. Nathan memeriksa setiap tubuh. Dari kepala ke muka, leher, turun ke kaki. Setelah dipastikan tiada luka yang parah. Baru Nathan bernafas lega.

Suasana yang tenang diruangan itu tadi seketika langsung rame karna Devan, Aditya, Adlan dan Theo juga ikut masuk.

Aditya dan Devan yang sememangnya gak tau malu malah memakan buah yang Karina sediain buat Elara. Sedangkan Theo duduk diam di sofa. Adlan hanya diam berdiri di samping Nathan.

"Nat? Lo gakpapa?" tanya Elara.

Nathan mengerutkan dahinya tidak suka. Seharusnya Nathan yang menanyakan soalan itu, bukan Elara. Karna disini yang salah adalah Nathan karna bengong pas bawa motor. Sampai Elara harus ikut kecelakaan.

"Gue yang seharusnya tanya lo. Ada sakit di mana mana?" tanpa sadar tangan Nathan bergerak menggenggam tangan Elara.

Semua yang diruangan itu terdiam, terutama anak Black Rumble. Itu demi apa Nathan sentuh cewek?

"Tenang gue orangnya kuat." jawab Elara sombong.

"Syukurlah."

"Tangan lo besar juga ya." ucap Elara dengan polosnya.

Nathan langsung sadar, buru buru ia melepaskan genggamannya. "Eh sorry."

"IH KENAPA DILEPAS!" teriak Elara tidak terima, butuh diperingati Elara masih pms.

"Buset jangan teriak Ra, ini rumah sakit." Karina mengusap telinganya yang berdenyut mendengar teriakan nyaring Elara.

Elara dengan tidak tau malu menggenggam kembali tangan Nathan dan meletakkannya di pipi. Matanya ia tutup, jadi ngantuk...

Nathan terpaku, dia harus apa? Dibiarin? Tapi malu... Mau narik, entar diteriakin. Jadi serba salah.

Eh tapi sejak kapan ia peduli? Kenapa coba dia berlebihan khawatir ke Elara. Kenapa dia baru sadar.

"Ehem sepertinya kita gak dibutuhkan ya disini." Devan berdehem. Sambil sambil ia menolak Aditya Adlan Theo bahkan Zara dan Karina agar keluar. Kemudian Devan menutup pintu meninggalkan Nathan dan Elara berdua.

Nathan duduk diam, posisinya sekarang lagi duduk di tepi kasur milik Elara dengan tangan kirinya yang dipeluk gadis itu.

Perlahan senyuman tipis terukir di wajahnya. Tangannya yang satu lagi menyelipkan rambut yang menutupi wajah Elara.

"Cantik." batinnya.

Apa boleh untuk pertama kali dalam hidupnya, Nathan pengen egois dan mentingin perasaannya sendiri.

Selama ini apapun yang Nathan lakukan pasti tentang kepentingan sahabat dan orang di sekelilingnya.

Tapi untuk kali ini aja, Nathan pengen egois. Ia terlanjur nyaman dengan gadis dihadapannya ini.

Tidak peduli berapa kali ia berusaha menolak perasaan itu tapi tetap saja Nathan gak bisa tipu sama dirinya sendiri.

POSSESIVE NATHAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang