-"Nghhh..." Elara terbangun dari tidurnya. Kepalanya sedikit pusing.
"Morning." sapaan dari suara berat itu mengagetkan Elara. Nathan adalah tipikal pria pada umumnya dimana jika ia baru bangun, suaranya 2x lipat lebih berat.
"Nathan? Lo masih disini? Yang lain mana." bingung Elara.
"Semalam lo ketiduran. Mereka udah pulang. Hari ini sekolah." jawab Nathan.
"Ohhhh. Eh jangan bilang dari semalam lo disini?"
"Nggak." niat Nathan sebenarnya ingin seperti itu, tapi keburu ditarik oleh suster agar kembali ke ruangannya.
Tapi subuh tadi, ia diam diam kembali ke ruangan Elara. Menemani gadis itu.
"Gue minta maaf. Gara gara gue lo jadi luka dan jelek gini."
Wait what? Barusan Nathan memanggil dirinya jelek?
"Enak aja bilang gue jelek. Puting beliung badai meniup sekali pun, gue tetep cantik." ujarnya sombong. Tangannya bahkan mengibas rambutnya.
Nathan terkekeh pelan.
"Omo omo, barusan lo ketawa!?" pekik Elara girang. Demi apapun ketampanan Nathan bertambah.
Ah Nathan jadi malu...
"Lo belum jawab permintaan maaf dari gue." Nathan menukar topik.
"Udah gue maafin, santai aja. Kecelakaan gabisa dielak." ucap Elara tersenyum manis.
DEG DEG DEG
Ah sial, jantung Nathan kembali berulah. Untuk kali ini dia pinter, jantungnya berdetak laju karna senyuman Elara.
"Lo kenapa bisa suka ke gue?" tanya Nathan penasaran.
Tidak bisa dipungkiri ramai yang menyukai dan mengidolakan dirinya. Tapi Elara sedikit berbeda. Karna cewe manapun yang mengidolakannya pasti bakal nyerah setelah ditolak. Tapi Elara malah makin gencar mengejar nya.
Elara sedikit gelagapan mendengar soalan Nathan.
"Ganteng."
"Ha?"
"Lo ganteng makanya gue suka." jawabnya santai.
Nathan hampir saja tertawa. "Cuma karna gue ganteng?"
"Lo juga jutek, sombong plus irit bicara. Menurut gue cowo kayak lo, potensi buat curang rendah." jelas Elara dan tersenyum polos.
Tangan Nathan bergerak mengusap pelan rambut Elara.
"N-Nat???" gugup Elara. Jantungnya bisa keluar dari soketnya kalau Nathan terus melakukan itu.
"Mau jadi pacar gue gak?"
Eh apa? Gimana? Elara mengusap telinganya kasar bahkan menekan nekan telinganya. membuat Nathan kebingungan. "Kenapa?"
"Bentar Nat kayaknya telinga gue rosak pas kecelakaan. Ada ada aja ni telinga."
Nathan terkikik, "Lo gak salah denger."
"h-ha?"
"Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Nathan sekali lagi, tangannya kembali meraih tangan Elara.
"Lo serius?" tanya Elara masih tidak percaya.
Lebih tepatnya sulit untuk dipercayai. Tidak mungkin nasib Elara sebagus ini. Kalau ini mimpi, tolong jangan bangunin dia. Mimpi ini terlalu indah.
"Iya. Gue gakmau tipu perasaan gue sendiri. Gue nyaman sama lo." jujur Nathan.
Pipi Elara memerah, ia jadi malu. Tidak menyangka Nathan sedang menembak nya.
"MAU BANGET!" tiba tiba Elara menjawab dengan semangat. Bahkan matanya berkedip laju menatap Nathan.
Nathan tersenyum. Mulai hari ini, ia berjanji akan menjaga Elara sebisa mungkin.
"Lo keberatan kalau kita gak perlu backstreet?" tanya Nathan. Jujur Elara adalah kekasih pertamanya. Dan ia pernah berjanji terhadap dirinya sendiri jika suatu hari dimana ia punya pacar, Nathan bakal bangga nunjukin ke semua orang.
Gak bakal ada istilah pacaran diem diem, stay private atau apapun itu.
"GAK BANGET!" kenapa harus keberatan, justru Elara malah seneng.
"Lagi satu gue tipikal orang yang kalau jatuh cinta bakal jatuh dalem banget." jelas Nathan memperingati.
"Bagus dong?"
"Dalam arti kata, lo cuma punya gue dan gue gak suka milik gue ditatap, ngomong, deket deket, skinship atau apapun itu dengan lelaki lain." ucap Nathan panjang.
Elara sedikit kaget. Tapi gakpapa la yah. Nathan kan perfect. Untuk apa juga ia mencari laki laki lain atau bahkan temenan sama lelaki lain.
"Tapi temen lo kan banyak. Gimana tuh?" tanya Elara mengingat kemana saja Nathan pergi pasti sahabatnya yang lain itu ada.
Secara gak langsung pasti Elara juga bakal sering ketemu mereka atau bahkan ngobrol dan becanda bareng kan?
"Mereka terkecuali tapi apa apa yang berhubungan dengan kontak fisik is a big no."
"OKAY BOSS. PERINTAH DITERIMA!" Elara mengangkat tangannya tanda hormat mengundang kekehan kecil dari Nathan.
Sepertinya inilah permulaan kisah cinta sekaligus first love Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE NATHAN (COMPLETED)
Teen Fiction"Kabarin aku setiap 30 menit." Elara Livya Larissa, gadis yang membuat pria sedingin kulkas dan secuek Nathan Neo Dilhar luluh. Mereka adalah definisi she fell first but he fell harder. (Penggemar minim konflik mari merapat)