-"Tu cewe siapa sih? Udah jelek gak tau malu lagi. Kamu juga! Kenapa gak usir dia tadi? Jangan jangan kamu seneng dia deketin gitu?"
Nathan lebih memilih diam membiarkan Elara mengomel dan menenangkan emosinya sendiri.
"Sudah marahnya?" tanya Nathan santai.
"Udah." jawabnya ketus.
Nathan tersenyum lembut lalu menarik Elara dalam dekapannya. Membelai rambut dan punggung gadis itu.
Ada sedikit rasa bangga dalam dirinya melihat Elara ternyata tidak selemah cewe lain. Walaubagaimanapun, Nathan tetap gak suka kalau sampai harus terlibat dengan kekerasan seperti itu. Bagaimana kalau kekasihnya ini terluka, Nathan tidak mau hal itu sampai terjadi.
Mereka hanya diam sambil pelukan dimarkas milik Black Rumble.
"Maaf..." ucap Elara lirih.
Elaea tau dirinya salah tadi. Tapi emosinya benar benar dihujung tanduk. Bahkan Zara dan Karina juga sudah dipastikan sama emosi dengannya. Hanya saja mereka berdua tidak seceroboh Elara.
"Aku maafin. Tapi lain kali jangan kesitu lagi tanpa izin aku. Ngerti?" jelas Nathan sembari mengangkat lembut dagu Elara agar menatapnya.
"Iya."
"Good girl." Nathan mengecup lembut dahi Elara. Kecupannya perlahan turun ke mata, hidung, pipi dan terakhir.... Tangannya menyentuh lembut bibir milik Elara meminta kebenaran.
"Boleh?" lirih Nathan, suaranya berat. Menahan diri daripada menyosor bibir Elara tanpa izin.
Elara mengangguk malu.
Nathan tersenyum sebelum menempelkan bibir mereka. Tangannya menahan tengkuk Elara, memperdalam ciuman mereka. Sesekali ia mengigit lembut bibir itu.
"Manis..." lirih Nathan dan membawa Elara dalam dekapannya.
Tangannya merogoh sakunya. "Jam 11, udah waktunya kamu tidur."
"Mau pulang atau tidur di kamar aku?" tanya Nathan. Di markas ini ada beberapa kamar khusus untuk pasukan inti Black Rumble karna mereka lebih banyak menghabiskan masa disitu dibanding rumah sendiri.
"Disini, dirumah gaada orang. Papa mama lagi di Singapore." jelas Elara.
"Yaudah." Nathan menggendong Elara seperti anak kecil, membawanya masuk kekamar serba hitam miliknya lalu membaringkan Elara di kasur luas dan empuk itu.
"Kamu tidur, aku jagain dari sofa."
Elara menahan hujung jacket leather milik Nathan, tidak mau pria itu pergi. "Jangan... sini..." Elara sudah mulai ngantuk.
Nathan tersenyum lalu membuka jacketnya, meninggalkan badannya yang terbalut rapi oleh kaos hitam. Ia kemudian ikut baring disamping Elara, membawa gadis itu dalam pelukannya. Sesekali Nathan mengusap lembut punggung Elara, membawanya kealam mimpi.
"I love you." bisik Nathan sebelum menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE NATHAN (COMPLETED)
Jugendliteratur"Kabarin aku setiap 30 menit." Elara Livya Larissa, gadis yang membuat pria sedingin kulkas dan secuek Nathan Neo Dilhar luluh. Mereka adalah definisi she fell first but he fell harder. (Penggemar minim konflik mari merapat)