-Elara menggaruk lehernya yang tidak gatal, tidak nyaman dengan tatapan membunuh Klarissa.
"Tatapannya udah kayak mau ngebunuh gue." batin Elara.
Tiffany tertawa canggung berusaha mencairkan suasana. Apalagi Nathan, anaknya itu juga menatap tajam Klarissa. Sedangkan Klarissa menatap Elara bengis.
"Mari makan!" ucap Tiffany dengan riang.
Apa-apaan mereka? Ini bukan acara tatap-tatapan. Masakannya kurang menggiurkan kah?
Hello?! Tiffany menyiapkan semua itu butuh tenaga okay? Kenapa gak dimakan.
Nathan menghembus nafas dan mengalihkan tatapannya kepada gadis cantik disampingnya ini. "Mau makan apa sayang? Pancake atau nasi goreng?"
"Nasi goreng dikit aja ya. Aku gak mood makan." ucap Elara sedikit membisikkan ayat terakhir, tidak ingin Tiffany mendengarnya.
Nathan mengangguk dan menyendokkan nasi goreng ke piring Elara.
"Tangannya gak ada guna." sinis Klarissa.
Nathan menggepalkan tangannya mendengar ucapan Klarissa.
Elara lebih milih mengabaikannya, buat-buat tuli aja lah. Orang kayak gitu kalau diladenin makin naik kepala. Mending ia mengalihkan topik sebelum piring disini beterbangan karna Nathan.
"Nasi nya kebanyakan Nat." rengek Elara menunjuk piringnya. Bagaimana tidak, piringnya penuh bahkan hampir tumpah sangking banyaknya.
Seketika emosi yang tadinya meluap langsung hilang begitu saja diganti dengan senyuman Nathan. "Sepiring bedua."
"Ciee sweet banget. Mom jadi kangen sama dad." curhat Tiffany, lupa dengan keberadaan Klarissa.
Jika dilihat, Klarissa bernafas naik turun lumayan laju. Seakan tanduk bakal muncul dikepalanya sekarang juga. Matanya panas melihat adegan sok romantis mereka berdua.
Harusnya Nathan begitu ke dia! Bukan ke Elara! Orang baru tapi berani sekali merebut Nathan darinya.
Mama papanya juga harus ia marah nanti karna tega tidak memberitahu soal pertunangan Nathan dan Elara.
"Kapan dad pulang?" tanya Elara.
"Lusa..." lirih Tiffany. Kangen sekali sama suami tercintanya.
"Sayang aaaa..." Nathan mengarahkan sudu didepan Elara, menunggu gadisnya itu buka mulut.
"Ih aku bisa makan sendiri." tolak Elara malu. Come on Elara masih punya malu kali suap-suapan di depan camer.
"Cepetan, tangan aku pegel."
Elara mendengus sebal tapi tetap membuka mulutnya menerima suapan dari Nathan.
Kok rasanya enak banget? Apa karna disuap ayang? Kalian pasti suapin diri sendiri kan? Kasian.
GUBRAKKKK
Klarissa menggebrak meja sehingga air nya tumpah.
Hal itu membuat Elara yang lumayan kaget langsung tersedak.
"KLARISSA!" bentak Nathan akhirnya tidak tahan dengan sikap kekanakan sepupunya itu.
Dengan pantas ia meraih air dan memberikannya kepada Elara.
"Klarissa, tante gak suka ya kamu begitu di depan rezeki." peringat Tiffany tegas.
"Kenapa bukan aku yang diposisi itu! Nathan cuma punya Klarissa! Lo orang asing yang dateng ngerebut Nathan dari gue. Murahan banget lo!"
"SUDAH CUKUP KLARISSA!"
Jika kalian pikir itu adalah bentakan Nathan maka kalian salah. Itu adalah bentakan dari Tiffany yang mulai muak dengan sikap Klarissa.
"Tante manjain kamu bukan untuk kamu bersikap kurang ajar kayak gini. Dia tunangan Nathan, Klarissa. Lebih tua juga dari kamu. Dimana sikap hormat kamu hah?! Besok tante book tiket buat kamu pulang sama papa mama kamu."
Setelah itu Tiffany menarik tangan Klarissa kasar yang terus saja memberontak.
"Segitu bencinya dia sama aku Nat." Elara tersenyum pahit.
"Bukan salah kamu sayang. Habisin dulu makanannya. Aku suapin yah?"
Elara hanya mengangguk dan menerima suapan demi suapan dari Nathan hingga piring itu licin tak tersisa.
Setelah itu mereka berangkat ke sekolah menaiki motor Nathan bersama.
-
"Menurut yang lo cerita, gue rasa si Klarissa itu suka sama Nathan." ujar Karina dan langsung disetujui oleh Zara.
"Gak mungkin Kar, Nathan bilang dari dulu Klarissa orangnya memang begitu." jelas Elara tidak terima.
"Misalnya kalau beneran dia suka sama Nathan gimana?" pertanyaan Zara membuat Elara bungkam seketika sebelum tersenyum sinis.
"Ya bodo amat. Nathan tunangan gue, gak bakal bisa dia rebut." balasnya yakin.
"Penasaran gue sama mukanya." ucap Zara disertai anggukan oleh Karina.
"Besok dia balik ke ortunya gara-gara tadi pagi." jelas Elara lagi.
"Baru aja gue plan ke rumah Nathan terus jambak tu cewe. Dengerin cerita lo aja gue udah gregetan.
Elara terkekeh mengingat betapa seriusnya sahabatnya itu mendengar cerita nya tadi. Tidak lupa juga reaksi berlebihan dari mereka.
Tapi syukurlah kalau Klarissa beneran kembali ke tempat asalnya. Elara yakin dirinya gak bakal bisa tahan buat tidak menampar, jambak atau apapun itu kepada Klarissa melihat bagaimana anak kecil itu sangat tidak sopan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE NATHAN (COMPLETED)
Teen Fiction"Kabarin aku setiap 30 menit." Elara Livya Larissa, gadis yang membuat pria sedingin kulkas dan secuek Nathan Neo Dilhar luluh. Mereka adalah definisi she fell first but he fell harder. (Penggemar minim konflik mari merapat)