-Elara menggerutu kesal, kenapa nasibnya hari ini selalu malang?
Pagi tadi dia kesiangan dan berakhir dengan dihukum cuci toilet, pas istirahat Elara ketumpahan air di sepatunya, saat kelas olahraga ia jatuh tersungkur, dan SEKARANG!
hiks hiks
Elara menggenggam bagian bawah perutnya dimana ia merasakan seperti ditusuk pisau secara bertubi-tubi. Bahkan rok nya sekarang tidak terselamatkan.
Ya benar, Elara datang bulan, tapi sekarang sudah waktunya pulang. Gaada yang bisa menolongnya. Supirnya juga telfon katanya gak bisa jemput karna mobil mereka mogok.
Elara bisa saja pulang naik grab, ojek atau apapun itu tapi dia gakmau pulang dengan keadaan begini, Elara malu bagaimana kalau ia duduk malah dan meninggalkan bercak merah? NO BIG NO!
Ya tuhan ini dugaan apa?
"Hiks g-gue harus a-apa." ucap Elara sesegukan. Moodnya hancur berantakan, apa karna kemarin ia terlalu seneng? Jadi hari ini tuhan pengen ngasi dia rasa kesedihan.
TING
Muncul satu ide diotaknya. Elara bakal minta tolong ke Nathan. Sekarang ia hanya bisa berdoa semoga Nathan atau siapapun antara Black Rumble ada di secret room milik mereka.
TOK TOK TOK
TOK TOK TOK
Ih kok gak dibuka. Jangan jangan mereka gaada. Elara memutar badannya lesu, ingin pulang saja. Ia pasrah. Tidak ada yang bisa Elara lakukan lagi selain pasrah.
CEKLEK
Pintu ruangan itu terbuka.
"Elara?" bingung Aditya.
Elara menatap Aditya, ah boleh kah ia menangis?
"HUAAAAAAAAA!!!!!"
"EH EH KENAPA LO? KOK NANGIS?!" panik Aditya.
Seketika pintunya terbuka lebar, dan geng Black Rumble yang lain pada keluar.
"Wah gila lo apain anak orang Dit." tuduh Devan setelah melihat Elara nangis.
"GUE GAK APA APAIN SUMPAH. DIA TIBA TIBA NANGIS ANJIR." teriak Aditya tidak terima dan takut.
Nathan bergerak ke arah Elara yang menangis sesegukan. Tangan gadis itu sesekali menghapus kasar air matanya yang mengalir.
"Kenapa lo?"
"G-Gue..." Elara diam mematung, apa harus ia mengatakan kalau dia lagi datang haid didepan mereka semua?
Kalau mereka nyebarin cerita ini ke orang lain gimana? Nanti ia bakal diketawain. Terus dijadiin bahan bully. Dan berakhir dengan dirinya yang dibuang sekolah.
"HUAAAA GAMAU" Elara kembali menangis karna senario yang ia ciptakan sendiri diotaknya. Huft dasar wanita.
Nathan makin bingung, tapi untung dirinya pinter. Ia menebak Elara pasti malu. Nathan berbalik menatap sahabatnya dan memberi signal agar mereka meninggalkan dirinya dan Elara sebentar. Mereka mengangguk mengerti dan masuk.
"Stop nangis. Lo kenapa?" tanya Nathan, ia kurang suka melihat air mata.
Tanpa berbicara, Elara memutarkan badannya dan menunjuk roknya yang ada bercak merah.
Nathan seketika melongo tidak percaya. Bahkan sedikit kaget.
"Lo luka?"
Elara yang kesabarannya sudah habis ingin gila rasanya. "Huaaa goblok b-banget. G-ganteng elite p-pinter sulit huaaa."
Nathan semakin bingung kalau bukan luka kenapa ada darah? Otaknya memikir keras.
Atau jangan jangan ni cewe haid?
Astaga kenapa ia tidak kepikiran seperti itu. Buru buru Nathan berlari ke ruangan mereka dan mengambil hoodie yang kebetulan ia bawa tadi.
Ia mendekat dan mengikat hoodie itu ke pinggang Elara. Berada di jarak yang dekat membuat Elara bisa menghidu aroma maskulin Nathan. Jadi pengen peluk.
Tanpa malu dan keberanian yang muncul ia bersandar di dada bidang Nathan dengan dirinya yang masih sesegukan.
DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG
Nathan jantungan? Kenapa jantungnya berdetak kenceng banget? Bingung Elara.
Apa jangan jangan Nathan beneran ada masalah jantung? TIDAK! Jangan sampai! Nathan harus jdi pacar, madu Jungkook, calon suami dan calon papa ke anaknya! Nathan gak boleh jantungan kalau ngga bisa meninggal!
"Huaaa."
Jantung Nathan kembali normal karna ia bertukar kebingungan saat Elara yang kembali menangis kejer setelah bersandar di dada nya.
Ia menghela nafas pasrah, berharap semua orang sudah pulang dan tidak ada yang melihat mereka berdua.
"Maaf" izin Nathan sebelum mengangkat Elara ala bridal style.
-
"Tunggu disini." perintah Nathan setelah memastikan Elara duduk dengan bener di atas motornya.
Ia membawa Elara ke mini market terdekat karna koperasi di sekolah mereka sudah tutup. Nathan harus menahan malu ketika beliin Elara roti jepang.
"Nih. Didalam ada toilet." ucap Nathan sembari memberikan kresek berisi roti ke Elara.
"M-makasih..." lirihnya lalu berusaha turun dari motor Nathan yang bisa dibilang lumayan besar dan tinggi.
Nathan menghela nafas saat melihat Elara kesusahan, ia melilitkan tangannya dipinggang Elara dan sedikit mengangkatnya agar Elara tidak kesulitan buat turun.
"Tungguin gue."
Nathan hanya mengangguk.
Setelah menunggu beberapa menit, Elara keluar dari toilet dengan mood yang sedikit membaik.
"Pulang?" tanya Nathan yang dibalas dengan anggukan oleh Elara. Tenaganya benar benar habis.
Nathan merasa aneh melihat Elara sebawel sebelum ini.
Nathan menatap tangan Elara yang memeluknya dipinggang. Pikirannya menerawang.
Tanpa ia sedari, motornya hilang kendali dan berakhir dengan menabrak pohon...
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE NATHAN (COMPLETED)
Teen Fiction"Kabarin aku setiap 30 menit." Elara Livya Larissa, gadis yang membuat pria sedingin kulkas dan secuek Nathan Neo Dilhar luluh. Mereka adalah definisi she fell first but he fell harder. (Penggemar minim konflik mari merapat)