HELLO!
Setelah hiatus untuk beberapa tahun, author kembali lagiii🥺.
Sebelum dibaca, author mau minta maaf sekiranya kosa katanya kurang bagus. Soalnya author dri Malaysia, Sabah🥲. And kalau kalian nanya kenapa lebih milih menulis cerita Indonesia.
Indonesian language seem to hit different when it comes to romance story. So yeah.
Enjoy!
-
"ELARA!" teriakan Bu Santi bergema.
Hal yang sudah biasa terjadi, rutinitas harian/mingguan dimana Bu Santi harus emosi menghadapi gadis-gadis nakal itu.
"Gue gak nakal, cuma nikmatin hidup. Kenapa terus salah dimata kalian?"
Itulah yang sering Elara ucapkan. Tapi memang benarkan? Dia menikmati hidupnya dengan memakai apapun yang ia mau, kalau lapar ke kantin makan, kalau ngantuk ke perpus tidur, kalau bosen tinggal main game di rooftop.
"Sumpah capek banget gue." ucap Zara ngos ngosan. Sedari tadi mereka bertiga berusaha lari dari Bu Santi yang dijuluki guru Killer di SMA Moonlight.
"Bu Santi udah nyerah kayaknya." sambung Karina masih mengatur nafasnya.
"Heran deh, hobi banget Bu Santi incar kita." ujar Elara sembari membenarkan rok nya.
"Eh liat, cogan." Karina menunjuk kebawah dimana siswi kerumunan mengelilingi pria berjas hitam membawa motor.
"Biasa aja, gantengan Jungkook dari beteyes." ucap Elara. Dalam dunia dan hidupnya, yang penting hanyalah makanan dan BTS.Sedih? BTS solusinya.
Capek? BTS solusinya.
Seneng? BTS solusinya.
Apapun itu tetap BTS."Gue denger mereka itu anak motor. Nama geng nya Black Jungle. Eh? Apaan yah? Black Mamba?" aduh ingatan Karina seketika menghilang.
"Aespa itu mah." potong Elara.
"Black Rumble kali" sambung Zara.
"Anak motor? Wow. Gue pengen banget punya pacar anak motor. Kayaknya bakal seru." jelas Elara. Bayangin aja pacarnya bisa membawa Elara keliling kota sambil muter lagu Euphoria. Omg kurang romantis apa coba?
Ingatkan Elara agar menambah itu ke wish list nya nanti.
"Bukannya lo gak sanggup ngeduain Jungkook?" tanya Zara penasaran.
"Eits jangan bawa bawa Jungkook ya." peringat Elara tidak terima.
-
"Nat, geng Aodra tantang balapan ntar malem. Yang kalah harus nyerahin satu daerah ke mereka. Gimana?" tanya Adlan ke sang ketua, Nathan.
Nathan Neo Dilhar. Siapa yang gak kenal? Sosok pria tinggi, kulitnya yang sawo matang, tubuh yg maskulin dan ketampanan di atas rata-rata. Idaman para ciwi. Gak lupa juga dompetnya yang gak pernah kering. Kurang apa coba?
Tapi sayang... Seperfect itu, tapi J O M B L O dari lahir.
"Gampang." jawab Nathan enteng. Nathan dijuluki MONSTER sebaik saja dirinya turun ke arena balapan. Balapan dengan kelajuan dan aksi nya yang bisa membawa mati. Tiada kata kalah dalam kamus seorang Nathan. Siapapun lawannya, dia harus menang karna seorang Nathan benci pada kekalahan.
"Gue sebenarnya bisa ngalahin Nathan, cuma males aja." ujar Devan sombong.
"Males apa gak bisa?" usik Aditya.
"Sama gue aja kalah lu, apalagi Nathan. Kalah jauh anj*ng." sindir Adlan sembari menyalakan rokoknya.
"Nat, lu gak kepikiran punya pacar gitu?" Aditya bertanya penasaran. Dia bingung dengan sahabatnya yang satu ini, gak ada kekurangan tapi kenapa gak pengen punya pacar?
"JANGAN BILANG LO HOMO YA NAT. Walaupun gue sanggup jadi homo demi lu, TAPI TETAP GABOLEH." pekik Devan tidak terima.
"Gak tertarik." jawab Nathan singkat.
"Sama." sambung Theo.
Nathan dan Theo, kedua pria itu memiliki sifat yang hampir sama. Dingin dan tak tersentuh. Tapi masih mendingan Theo yang kalau diajak ngobrol bisa lebih dari 5 kosa kata dibanding Nathan yang irit bicara.
Bagi Nathan, untuk apa punya pacar? Ngurusin dirinya saja sudah ribet.
Hidupnya juga gak bosan bosan amat. Lagi pula musuh nya ada di mana mana. Bisa bahaya kalau mereka tau ia punya kelemahan. Sebisa mungkin Nathan bakal menghindari hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESIVE NATHAN (COMPLETED)
Teen Fiction"Kabarin aku setiap 30 menit." Elara Livya Larissa, gadis yang membuat pria sedingin kulkas dan secuek Nathan Neo Dilhar luluh. Mereka adalah definisi she fell first but he fell harder. (Penggemar minim konflik mari merapat)