Sesuai permintaan Aran, sepulang sekolah sore ini Ocha berniat pergi ke ruang Osis.
"Ruang Osis sebelah mana?" tanya Ocha
"Lo mau ngapain?" tanya Sena balik
"Temuin Kak Aran"
Sesil yang masih trauma kejadian di kantin tadi langsung melarang, "Mau cari mati lo?!"
"Gue udah janji"
"Lo mau ngapain temuin Kak Aran?" Sena kembali bertanya.
Ocha mengendikkan bahunya, "Nggak tau, dia yang nyuruh"
"Kasih tau temen lo ini dah Na, sebelum dia mati dan kita ikut stress" ucap Sesil.
"Pulang aja yuk, Cha. Kak Aran juga paling udah pulang" bujuk Sena.
"Kalian kenapa?"
"Ya lo pikir aja Diocha Alexa! Kak Mentari pasti bakal datengin lo lagi kalau lo temuin Kak Aran" ucap sesil yang sudah mulai stress.
"Masalahnya?" tanya Ocha
"Kak Mentari itu anak pemilik sekolah ini, lo bisa di DO dengan tidak hormat kalau cari masalah sama dia" jelas Sena.
Ucapan Sena membuat Ocha terdiam, ia teringat dengan perkataan Abangnya kalau sekolah ini adalah milik Papanya. Apa Deovan salah memberinya informasi? Ocha mengendikkan bahunya tidak peduli. Bukan urusannya juga sekolah ini punya siapa.
"Permisi, Ochanya masih ada?" ketiga cewek itu di kagetkan dengan suara cowok dari luar kelas.
"Kak Aran! Itu Kak Aran!" ucap Sesil, cewek itu sudah hafal suara Aran di luar kepala.
Ocha mengambil tasnya dan berjalan keluar kelas, "Ada perlu apa, Kak?"
Aran tersenyum, "Gue tadi suruh lo ke ruang Osis, kenapa nggak datang?" cara berbicara Aran sudah berubah tidak formal dan lebih santai.
"Gue nggak tau ruang Osis dimana" ucap Ocha jujur.
"Oh, Maaf gue lupa kalau lo anak baru. Ikut gue"
"Maaf, kak. Bisa bicara disini aja?" tolak Ocha sesopan mungkin.
Aran tersenyum, "Oke," cowok itu menjeda kalimatnya, "Karena lo nggak mau masuk club olimpiade jadi gue mau tawarin lo masuk Osis, karena sebentar lagi Osis bakal buka pendaftaran anggota baru" ucap Aran lalu menyerahkan poster dan formulir pendaftaran Osis yang sejak tadi ia pegang.
Ocha menerima kertas itu, sedikit membacanya , "Gue juga nggak minat, Maaf" Ocha mengembalikan poster dan formulir itu pada Aran.
"Lo bawa dulu, siapa tau nanti berubah pikiran," Aran memberikan kembali kertas itu pada Ocha, "Gue mau lo pikir-pikir dulu" ucap Aran lalu tersenyum.
Ocha mengangguk, "Oke"
"Gue pergi dulu, lo hati-hati kalau pulang" Aran menutup kalimatnya dengan senyuman lalu beranjak pergi.
Ocha merogoh kunci motornya hendak pulang, namun ia tak menemukannya. Ocha berbalik memasuki kelas yang ternyata masih ada Sesil dan Sena yang sedang melihat keluar jendela.
"Kak Aran kalau senyum manis banget gilak! Gue meleleh" ucap Sesil yang menatap kepergian Aran tanpa berkedip.
"Gue baru sadar kalau Kak Aran seganteng itu" ucap Sena.
Ocha tak memperdulikannya, ia mengubek-ubek isi laci mejanya, membuat Sesil dan Sena mengernyit penasaran.
"Ochaaa! Gue nggak tau harus berterima kasih atau ngata-ngatain lo, tapi karena lo gue bisa liat Kak Aran senyum sedekat ini" ucap Sesil heboh.
Sedangkan Sena sudah kembali pada mode normalnya, "Cari apaan lo?"
"Kunci motor"
"Lo taruh mana tadi?" tanya Sena sambil membantu mencari di meja lain.
"Gue lupa"
"Sil, bantu cari kunci motor Ocha sini" ucap Sena menyadarkan Sesil yang sejak tadi setia senyum-senyum sendiri.
Sesil mendekati Ocha dan Sena, "Kunci motor lo kayak gimana?" tanya Sesil.
"Gantungan kunci kucing item"
Sesil mengangguk tapi sedetik kemudian ia tersadar sesuatu, "Tunggu..tunggu..gantungan kunci kucing item?" tanya Sesil sambil mengingat sesuatu.
Ocha mengangguk, "Lo liat?"
Mata sesil membulat, "Dibawa Geral!! Gue inget Geral tadi mainin itu kunci sampai kena kepala gue," sesil menatap Ocha, "Gue nggak tau kalau itu punya lo!!" ucap Sesil heboh.
Sena menatap Ocha kasihan, "Lo apes banget hari ini"
~
Ocha berjalan menuju parkiran motornya sendirian, karena Sena dan Sesil sudah di jemput. Mata Ocha memicing, ia melihat seseorang sedang menduduki motornya, membuat cewek itu berjalan lebih cepat menuju motornya.
"Keren juga motor lo" ucap cowok itu.
Ocha mendekat pada Geral, "Kunci motor gue"
"Apaan? Gue nggak tau"
Ocha berdecak sebal, "Balikin"
"Nggak segampang itu kalau berurusan sama gue" Geral tersenyum remeh.
"Mau lo apa?"
"Gue ada syarat"
"Apa? Nggak usah ribet"
Geral tertawa mengejek, "Karena lo anak baru, gue bakal bikin ini jadi ribet," Geral menyeringai, "Setiap anak baru harus dapat hadiah dari gue"
"Nggak penting. Balikin kunci motor gue"
Cowok itu tertawa remeh, "Kita balapan," Geral melipat tangannya di depan dada, "Gue tau motor lo udah di setting buat balapan"
Ocha nampak terkejut, "Gue nggak mau" ucapnya lalu meraih kunci motornya yang diangkat tinggi oleh Reynan.
Geral menyembunyikan kunci itu di balik punggungnya, "Lo nggak lagi takut, kan?"
Demi apapun, Ocha sama sekali tidak takut dengan cowok di depannya ini. Tapi permintaan cowok ini membuat Ocha emosi.
Ocha merutuki dirinya sendiri yang selalu menunda untuk mengembalikan settingan motornya. Ia sudah berjanji pada Deovan untuk tidak balapan lagi, cewek itu sudah tobat sejak pindah sekolah.
"Gue nggak takut"
"Yaudah, kita balapan sekarang. Kalau lo menang gue balikin motor lo"
Ocha menatap Geral tajam sebelum akhirnya membalikkan badannya dan beranjak pergi, "Ambil aja motor gue"
Raut wajah Geral berubah emosi, bukan ini yang dia mau. Dia ingin cewek itu mengaku kalah karena bertanding, bukan menyerah seperti ini. Bisa jatuh harga dirinya.
Geral buru-buru menyalakan motor Ocha, menghadang langkah cewek itu, "Balapan atau motor lo gue tabrakin"
Ocha menatap emosi pada Geral, sungguh ia sangat ikhlas jika motornya di ambil Geral untuk digunakan balapan, tapi tidak jika berakhir menjadi rongsokan tanpa arti. Motornya itu hasil kerja keras Deovan.
"Balapan"
_______

KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Teen Fiction"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...