"Bapak bisa tinggal dia dengan saya. Bapak bisa segera selesaikan urusan dengan SMA Harapan"
"Baik. Saya dan Pak Salim akan segera selesaikan urusan dan masalah ini dengan SMA Harapan. Kami permisi"
Geral membuka mata mendengar suara laki-laki dan perempuan sedang berbicara. Matanya menangkap sosok perempuan dengan seragam yang sama sepertinya bergerak duduk di depannya. Tangan cewek itu membuka kotak P3K.
Geral menegakkan tubuhnya, "Lo ngapain?"
Cewek itu menatap Geral datar, tangan cewek itu bergerak membersihkan luka di wajah Geral dengan kapas.
Sejenak cowok itu terpaku dengan wajah cewek di depannya. Geral diam memperhatikan wajah Ocha yang dekat dengannya. Entah kenapa Geral bisa tiba-tiba diam menurut di depan cewek cuek itu. Bahkan matanya seakan tidak berani berkedip sekali saja.
Ocha merapikan kotak P3K kembali setelah selesai mengobati luka di wajah Geral. Cewek itu kembali duduk di depan cowok berandal itu dengan tatapan datarnya.
"Jelasin kenapa lo bisa berantem sama siswa SMA Harapan!" ucap cewek itu datar dan tegas seperti sang Ayah.
Geral mentralkan dirinya, "Biasa, cowok" ucapnya santai.
"Lo tau yang lo lakuin ini termasuk tindakan kriminal dan melanggar peraturan?"
"Taulah"
"Kenapa masih lo lakuin?" tanya Ocha lagi.
"Lo kayak nggak tau anak cowok aja, berantem itu kebutuhan. Bisa pegel-pegel badan gue kalau nggak berantem" jawabnya masih dengan nada santai seakan tidak terpengaruh dengan aura tegas dari orang di depannya.
Ocha meraih buku yang ada di depannya, "Geral Dirgantara dalam masa pengawasan atas kasus pemukulan terhadap Surya Saputra kelas 3S5," Ocha mengalihkan pandangannya pada Geral, "Bener?"
"Bener. Udah deh lo banyak tanya. Tinggal kasih gue hukuman udah beres. Panas nih disini acnya lo matiin"
Ocha mengangguk menutup bukunya, "Skors dua hari dengan pengawasan. Gue yang bakal awasin lo"
"Hah?"
~
Ocha duduk bersandar di kursi ruangannya, tangannya sibuk membolak-balik berkas yang dibacanya. Sejujurnya mata cewek itu sudah panas membaca banyak berkas, tapi Ocha harus melakukan itu untuk bisa mempelajari aturan dan sistem dari SMA Angkasa. Karena sekarang dia lah yang bertanggung jawab atas sekolah ini.
"Dicha"
Ocha mengalihkan pandangannya dari kertas di depannya, menatap datar seorang cowok yang langsung masuk dengan tidak sopannya.
"Ketuk dulu, Mars"
Cowok itu terkekeh, "Sorry," Marys duduk di kursi yang berseberangan denga Ocha, mereka di pisahkan oleh meja kerja Ocha, "Jadi lo terima?"
Ocha berdehem, kembali membaca berkas-berkas itu, "Gue nggak boleh nolak"
Marys menurunkan berkas dari tangan cewek itu, "Istirahat dulu, mata lo udah merah"
Ocha menutup berkas di tangannya, matanya juga ikut menutup untuk meredakan rasa panas disana, "Ada apa?" tanya Ocha masih dengan mata terpejam.
"Gue mau ajak lo makan. Lo pasti belum makan" sekarang sedang waktunya istirahat, maka dari itu Marys bisa mendatangi Ocha. Pagi tadi Marys sempat melihat cewek itu memasuki kantor, itulah mengapa Marys tau Ocha ada di sini.
Mata cewek itu terbuka, meraih botol minum di mejanya, menegaknya sedikit, "Belum laper" bohongnya, pekerjaannya masih sangat banyak ia ingin segera menyelesaikannya, Ocha tidak ingin begadang lagi seperti semalam.
Marys membuka kotak makan yang ia bawa, "Inget kesehatan lo, Dicha"
Ocha berdecak, namun tangannya tak urung menerima uluran sendok dari cowok itu, "Cerewet"
Marys terkekeh, tangannya terulur mengusap rambut cewek itu, "Udah minum?"
Ocha mengangguk, "Udah"
~
"Ocha kemana, sih? Bolos nggak ngajak-ngajak dah tu anak" dumal Sesil sambil menyeruput jus jambunya.
"Gue nggak yakin itu anak bolos. Jangan-jangan tepar lagi di UKS" ucap Sena yang menjadi khawatir.
"Enggak deh kayaknya, tadi pas gue disuruh ambil minyak kayu putih sama Bu Melda nggak ada dia disana"
Sena menurunkan ponsel dari telinganya, "Hpnya mati lagi, kebiasaan, pasti habis baterai"
"Jangan-jangan di apa-apain lagi sama Kak Mentari" ucap Sesil heboh, ia menjadi teringat kejadian beberapa minggu lalu.
"Enggak kok" Sesil dan Sena refleks menengok ke arah sumber suara.
"Kak Marys" ucap Sesil mendapati kakak kelasnya itu di belakangnya.
"Ocha izin, ada urusan mendadak. Kayaknya jam terakhir baru balik" jelasnya lalu duduk di depan mereka.
"Syukur deh. Gue takut dia diapa-apain lagi" ucap Sena lega.
"Enggak, Mentari kayaknya udah nggak berani sama dia" ucap Marys setelah menegak minuman kalengnya.
"Ngomong-ngomong soal Kak Mentari, bener nggak sih Kak kalau Kak Mentari itu anaknya Pak Harlan?" tanya Sesil kepo.
"Itu terus yang lo tanyain dari kemarin, Sil, nggak penting juga" timpal Sena.
Sesil mencibir, "Terserah gue"
Marys berdehem, "Gue juga nggak tau"
Sesil nampak kecewe, "Yah, harusnya lo tuh tau, Kak. Biar rasa penasaran gue terjawab"
Marys terkekeh, "Mana bisa gitu, gue bukan Tuhan kali"
"Lo nggak makan, Kak?" tanya Sena
"Udah tadi sama Ocha"
"Kata lo Ocha ada urusan, kok bisa makan sama dia?" tanya Sesil
"Ya bisalah, apa sih yang nggak gue bisa?" Marys terkekeh bangga.
"Itu tadi nggak bisa jawab pertanyaan Sesil" ucap Sena.
Marys langsung berhenti tertawa, "Kecuali yang itu" kemudian mereka bertiga kompak tertawa.
"Mars" Marysmenghentikan tawanya, kepalanya menengok ketika merasakan tepukan di pundaknya.
"Oy, Kha" sapanya, cowok yang menepuk Marys tadi kemudian tanpa permisi duduk di samping Marys berhadapan dengan Sena.
"Tumben baru kesini, biasanya paling gercep" ucap Sena.
"Abis makan di kafetaria" jawab cowok itu kemudian menegak air mineralnya.
"Nah pumpung ada Okha nih, gue mau tanya. Lo tau siapa anak pemilik sekolah ini?" tanya Sesil.
Marys terbatuk sebentar.
"Hati-hati minumnya, Kak," ucap Sena pada Marys, "Okha mana taulah, Sil. Orang kemarin dia nggak ikut acaranya, mana tau pemilik sekolah siapa. Beliau juga baru pertama kali hadir langsung di acara HUT sekolah" lanjut Sena pada Sesil.
"Ya mungkin aja Okha tau," Sesil beralih kembali melihat Okha, "Lo tau nggak anak Pak Harlan itu siapa?"
_______
![](https://img.wattpad.com/cover/329385340-288-k225915.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Fiksi Remaja"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...