Ocha menulikan pendengaran saat berjalan menuju kelasnya. Jika kemarin hanya bisikan-bisikan halus yang Ocha dengar saat berjalan bersama Aran, maka sekarang para siswa itu terang-terangan membicarakannya. Membicarakan betapa beruntungnya Ocha.
Ocha menelungkupkan kepalanya di atas meja, tidak hanya orang-orang di koridor yang membicarakannya, bahkan teman sekelasnya pun juga membicarakannya, entahlah mungkin satu sekolah juga sedang membicarakannya sekarang.
Belum sampai lima menit Ocha beristirahat dari kebisingan orang-orang itu, suara Sesil menggelegar masuk ke indra pendengaran Ocha. Bisa dipastikan wawancara akan segera di mulai.
"Cha, jelasin?!!" Sesil memperlihatkan ponselnya yang menampilkan video tadi malam, saat Aran sedang menyatakan perasaannya pada Ocha.
Ocha mengangkat kepalanya sebentar lalu kembali menelungkupkan kepalanya, "Nggak penting, Sil"
"Penting, Cha. Ini penting banget!! Lo harus jelasin dan ceritain selengkap-lengkapnya sama gue!" paksa Sesil. Cewek itu terlalu penasaran, bagaimana bisa temannya di tembak oleh cowok paling tampan satu sekolah tapi dirinya tidak tau ceritanya, ini tidak bisa di biarkan.
Ocha tidak bergerak maupun menjawab, cewek itu tetap dalam posisinya membuat Sesil menghela nafas pasrah. Berteman dengan Ocha, Sesil tau cewek itu tidak bisa di paksa.
"Oke kalau lo nggak mau jelasin. Tapi lo terima Kak Aran 'kan?" tanya Sesil sambil tersenyum penuh arti. Ia juga penasaran dengan hal ini, pasalnya di video itu selasai hanya sampai Aran yang mengungkapkan perasaannya tanpa ada jawaban Ocha.
"Enggak"
Sesil menganga tidak percaya. "Hah?!!"
"Apaan?" tanya Sena yang baru saja datang, cewek itu kemudian melihat ponsel Sesil yang sejak tadi berisik memutar video yang juga sudah ia lihat tadi malam.
"Diterima?" tanya Sena.
Sesil menggeleng masih dengan mulut menganga, "Temen lo bego banget, Na!"
Sena tidak terkejut, ia sudah menduganya sejak tadi malam. Sena menepuk-nepuk pundak Ocha yang masih saja menelungkupkan kepalanya, "Nggak bego. Hak Ocha, Sil, buat nolak atau nerima, lo nggak boleh gitu, lah"
"Iya gue tau, Na. Ya maaf, gue kan cuma kaget aja Ocha nolak. Seganteng dan sesempurna Kak Aran di tolak, Kak Aran gitu loh, kalau gue yang di tembak udah gue iyain tanpa mikir, bahkan mungkin aja gue udah pingsan duluan denger dia nyanyi, gila suaranya itu loh, lembuuut banget. Meleleh guee. Tapi ya gimana, Ochanya nggak mau"
"Itulan alasan kenapa Kak Aran nggak suka sama lo, Alay" ucap Sena.
"Sialan!"
Tawa Sena meledak melihat wajah sewot Sesil.
"Eh, tapi untung Kak Mentari lagi izin dua minggu buat lomba dance, kalau nggak udah habis Ocha sama tu kakak kelas. Tapi gue denger lusa dia balik, sih"
~
Hari ini satu sekolah sibuk membicarakan Aran dan Ocha, menerka-nerka apakah cewek cantik itu menerimanya atau tidak. Mereka berharap Ocha menerimanya, agar kakak kelas yang menjadi musuh hampir semua siswi itu tidak lagi bisa berulah dan semena-mena.
"Ada apaan dah pada berisik?" tanya Geral
"Si anak baik nembak anak baru kelas lo," jawab Bastian, "Tapi gue kagak tau di terima atau nggak, videonya nanggung" Bastian menunjukkan video di ponselnya pada Geral yang hanya di lihat sekilas oleh cowok itu.
"Nggak penting!" Geral membuka kaleng susu yang sejak tadi ia pegang.
Bastian tak menanggapi, cowok itu pergi dari sana untuk mengambil bola basket.
"Tumben lo minum susu? Soda udah nggak enak lagi?" tanya Leon.
"Pengen aja" entahlah Geral juga tidak tau kenapa ia ingin meminum susu. Kemarin cowok itu menemukan paper bag yang berisi jaketnya, sekotak brownis, dan beberapa kaleng susu khusus cowok. Brownisnya sudah ia habiskan kemarin, Geral pikir sayang kalau susunya tidak diminum.
Leon mengangguk saja, "Nanti malam lo jadi tanding?" tanya Leon
Geral mengangguk, "Jadi. Lumayan duitnya"
"Al tangkap!!" teriakan Bastian membuat Geral langsung menoleh menerima lemparang bola basket dari Bastian yang baru saja cowok itu ambil dari gudang.
Mereka bertiga sedang akan bermain basket, mengisi jam kosong karena semua guru rapat. Karena kelas Geral akan ada ulangan di jam terakhir, jadi mau tidak mau cowok itu mengurungkan niatnya untuk membolos.
Geral menyugar rambutnya yang basah karena keringat ke belakang, membuat para siswi yang melihatnya memekik histeris. Pesona kapten basket memang tidak bisa di pungkiri, sejenak mengalihkan pembicaraan mereka dari berita Aran Ocha yang sedang panas-panasnya.
Geral memasukkan bola ke dalam ring dengan sempurna, membuat para siswi tersebut semakin memekik histeris. Jika dilihat wajah dan pesona Geral melebihi Aran sang ketua Osis, namun karena sifat cowok itu yang keras, suka berkelahi, dan berandal membuat beberapa orang tidak menyukainya, tapi tak sedikit pula yang menganggumi cowok itu.
"Al gue juga mau masukin" protes Bastian, cowok dengan kulit sedikit gelap itu tidak terima karena Geral dan Leon tidak mau membagi bola padanya. Tingginya yang sedikit lebih pendek di banding Geral dan Leon membuatnya susah mengimbangi permainan mereka berdua. Selain itu keahliannya yang cenderung lebih unggul pada permainan bola kaki daripada bola tangan.
"Rebut bego!" teriak Leon, cowok paling waras diantara mereka bertiga. Penasihat yang baik ketika kedua temannya sudah bertingkah melebihi batas. Tapi hal itu juga tidak menampik bahwa cowok itu juga berandal yang suka membuat masalah dan suka berkelahi. Jabatannya sebagai ketua club taekwondo membuatnya bersahabat dengan perkelahian.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Teen Fiction"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...