Ocha segera membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Tak lupa cewek itu juga langsung mencuci jaket Geral agar bisa langsung ia kembalikan besok. Ocha tidak mau berurusan lebih lama dengan cowok berandal itu.
Setelah selesai, Ocha turun untuk makan. Deovan sudah bilang akan pulang malam karena akan langsung pergi bersama dengan teman-temannya.
Ocha akan berbelok menuju ruang makan sebelum sebuah suara menghentikannya.
"Dicha, Lo nggak papa?! Siapa yang berani sakitin lo?! Bilang sama gue!" tanya Deovan beruntun sambil memeluk Ocha. cowok itu terlihat sangat panik.
Ocha yang merasa bingung dan sedikit tidak nyaman mencoba melepaskan pelukan Deovan, "Apasih, Dev, gue gerah"
Deovan melepas pelukannya, "Bi Tini bilang waktu pulang baju lo basah. Lo abis dibully siapa? Biar gue hajar!" ucap Deovan dengan raut khawatir.
"Nggak sengaja tadi" jawab Ocha sekenanya.
"Beneran?"
"Iya," Ocha menatap Deovan aneh, "Katanya pulang malem, kok nggak jadi?"
Deovan nampak lega, kemudian melangkahkan kakinya menuju meja makan, "Gue khawatir sama lo"
Ocha bergerak mengambil makanan untuk dirinya dan Deovan, "Gue bisa jaga diri, gue bukan anak kecil"
Deovan mengangguk, "Gue tau," Deovan menjeda kalimatnya, "Papa sama Mama belum bisa pulang, ada urusan mendadak di Singapura"
"Kerja terus. Anaknya nggak diurusin"
Deovan menghembuskan nafas kasar, "Mereka kerja buat kita, Dicha"
"Gue juga butuh kasih sayang" ucap Ocha lirih namun masih bisa di dengar oleh Deovan.
Tangan Deovan bergerak mengusap rambut Ocha, "Ngertiin ya?"
Ocha mengangkat kepalanya, "Kita terus yang harus ngertiin, mereka kapan?"
Deovan tersenyum, "Abis ini keluar yuk?" tanya Deovan mengalihkan obrolan.
Ocha menggeleng, "Istirahat aja Dev, lo pasti capek" Ocha tau abangnya itu pasti lelah karena seharian kuliah sambil mengurus bisnis Papanya.
"Nggak kok, tadi matkulnya santai-santai. Kita makan jagung rebus mau?"
Ocha mengangguk lalu tersenyum, "Makasih, Bang"
~
"Ini" Ocha menerima jagung rebus yang diberikan Deovan.
"Makasih"
Deovan mengangguk, "Suasana malam hari emang nyaman banget"
Ocha mengangguk membenarkan, "Gue nggak mau pindah lagi"
"Yakin nggak mau ke Jakarta lagi?"
Ocha menggeleng, "Kalau pindah kesana lagi nggak"
Mata Ocha memicing, melihat ramai-ramai di seberang jalan, "Ada apaan disana?" Tunjuk Ocha pada keramaian tersebut.
Deovan mengikuti arah tangan Ocha, "Kayaknya kecelakaan, gue lihat bentar" ucap Deovan lalu segera berlari kesana.
"Gue ikut" Ocha berlari menyusul Deovan.
Ocha membelah kerumunan orang mengikuti Deovan, sampai ia melihat seorang cowok tergeletak tak sadarkan diri.
"Ini kenapa, Pak?" tanya Deovan pada salah satu orang.
"Tadi dikeroyok geng motor banyak banget,mas, mau dibawa ke rumah sakit belum ada angkutan"
"Temen gue, Dev" ucap Ocha yang membuat Deovan menengok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Ficção Adolescente"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...