"Cerah bener muka lo, Sil"
Sesil menoleh pada Sena lalu tersenyum, "Iya dong. Gue abis jadian, gue nggak jomblo lagi" ucapnya girang.
"Jadian sama siapa lo?"
Ocha yang baru selesai melepas jaketnya ikut menoleh pada Sesil.
"Sama Kak Dimas" ucap Sesil lirih, masih dengan tersenyum.
"Kak Dimas temennya Kak Aran?" tanya Sena sedikit keras, cewek itu cukup kaget mendengar Sesil jadian dengan kakak kelas mereka itu.
Sesil melotot, tangannya terulur membekap mulut Sena, "Jangan keras-keras, bego"
Sena menghempaskan tangan Sesil, "Kenapa, sih?" sewotnya.
"Gue sepakat diem-diem sama Kak Dimas" ucapnya dengan lirih.
Sena mengernyit, "Tumben lo mau? Biasanya baru punya gebetan aja lo sebarin satu sekolah"
Sesil menghembuskan nafasnya, "Dia yang minta. Gue pengennya biasa aja sebenernya"
"Mencurigakan banget"
"Dia nggak pengen gue kena amuk fansnya. Yang suka sama dia kan banyak, Na"
Sena mengangguk saja, "Tapi lo tetep ati-ati. Kak Dimas itu nggak kayak Kak Aran" peringatnya.
Sesil mencibir, "Iyaa" cewek itu kemudian kembali menatap ponselnya sambil tersenyum.
Sena memutar badannya menghadap Ocha yang berada di belakangnya, "Lo juga ati-ati sama Geral" ucapnya tiba-tiba.
Ocha hendak bertanya maksud Sena, tapi suara gaduh di luar kelas mengalihkan atensi semua orang yang ada di kelas.
"Ada apaan, sih?" tanya Sesil, cewek itu kemudian ikut mengintip dari jendela.
"Geral berantem sama kakak kelas" ucap Bima yang baru saja dari luar.
Sesil langsung bangkit dari duduknya, berlari keluar untuk melihat. Sena dan Ocha ikut bangkit menyusul cewek itu.
Suara pukulan bersahutan dari tengah lapangan. Para murid mengerubungi dua orang yang sedang saling adu jotos di sana.
"GERAL BERHENTI ANJING!!" Leon berteriak, memisahkan keduanya.
Bastian memegangi Geral dari belakang, namun malah terhempas oleh pergerakan Geral yang memberontak. Cowok itu kembali maju menghajar seorang cowok lain yang sedang di pegangi oleh Okha.
Raka, kakak kelas itu juga memberontak, melepaskan cekalan Okha dari tubuhnya, kembali adu jotos dengan Geral.
Para guru termasuk guru BK sedang rapat di aula lantai tiga, kemungkinan besar mereka tidak mendengar keributan yang terjadi di lapangan tengah. Sedangkan satpam jauh berada di gerbang depan. Tidak ada yang bisa menghentikan perkelahian dua orang itu.
"MATI LO BANGSAT!!!" Raka berteriak, kemudian memukul Geral di bagian perutnya.
Geral sedikit mundur, cowok itu menyeringai kemudian maju, menghujami Raka dengan pukulan dan tendangan tanpa jeda.
"STOP, AL. ANAK ORANG BISA MATI, BEGO" Leon mencoba mencekal lengan Geral namun malah terhempas.
Geral tak menghiraukannya, cowok itu semakin brutal menghajar Raka, sampai akhirnya tendangan memutar terakhirnya membuat Raka tergeletak pingsan.
Geral menyeringai, "Lo yang mati" ucapnya datar dan lirih.
Beberapa orang langsung mengangkat tubuh Raka untuk di bawa ke UKS.
Ocha menatap datar dari lantai dua, Sesil dan Sena yang berada di sebelahnya sudah bergidik ngeri melihat betapa beringasnya Geral.
"Geral kayak kesurupan, ngeri" komentar Sesil.
"Masalahnya apa sih, Bim?" Sena menoleh pada Bima yang sedang menonton di sebelahnya.
"Bang Raka putus sama pacarnya gara-gara pacarnya naksir sama Geral. Motornya Geral di jarah habis sama Bang Raka trus ketahuan Geral. Jadi ya berantem, lo tau lah Geral gimana. Kompornya gampang meledak"
Bima termasuk teman Geral, sedikit lebih dekat diantara teman-teman yang lain di kelas, tapi juga tidak terlalu dekat, Geral lebih banyak bermain dengan anak IPS yang menurutnya lebih berani di banding cowok-cowok di kelasnya yang lebih suka belajar. Bima hanya sesekali ikut Geral menjahili teman sekelasnya saja jika sedang gabut.
"Cari mati emang itu orang" komentar Sena.
~
Ocha menutup kotak P3Knya, kemudian menatap cowok di depannya datar.
"Gue nggak salah" ucap Geral.
Setelah kejadian tadi, Ocha langsung meminta salah satu guru BK keluar sebentar dari rapat untuk memanggil Geral dan membawa ke ruangannya.
Ocha mengangkat sebelah alisnya, mata cewek itu tetap menatap datar pada Geral.
"Lo bikin dia hampir mati"
"Dia yang mulai duluan," sahut Geral, "Itu anak rusakin motor gue. Gue nggak terima"
Ocha meraih buku catatan kenakalan siswa, menulis sesuatu di sana, "Gue terima alasan lo. Tapi lo tetap di hukum karena buat keributan dan berantem di area sekolah," Ocha kembali menatap Geral, "Bersihin toilet setelah pulang sekolah"
"Nggak. Balik sekolah gue latihan basket, lo lupa?" protes Geral.
Ocha melihat jam tangannya, "Masih ada jeda empat puluh lima menit setelah pulang sekolah. Lo bisa gunain waktu itu"
"Nggak. Yang ada gue capek duluan. Gue bersihin sekarang" geral hendak bangkit, namun ucapan Ocha menghentikannya.
"Atau gue cabut izin pertandingan kalian?"
Geral menatap Ocha tajam, "Lo gila?"
"Duduk" ucap Ocha tegas.
Geral menggeram kemudian menurut untuk duduk, "Lo jangan coba macem-macem"
Ocha mengangguk saja, "Bersihin semua toilet laki-laki kelas sebelas setelah pulang sekolah"
Geral berdecak kemudian mengangguk pasrah, "Iye iye"
Ocha meletakkan sebotol air mineral pada meja di depan Geral yang langsung di sambar cepat oleh cowok itu.
Geral tak peduli itu untuknya atau tidak, cowok itu sangat haus.
Ocha kembali duduk di kursinya, membuka beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani, mengabaikan Geral yang duduk di sofa ruangannya.
Suasana menjadi hening. Ocha fokus dengan dokumennya dan Geral tidak tau harus apa. Ponselnya ada di kelas, tidak ada yang bisa ia mainkan. Ruangan Ocha memang nyaman untuk tidur, tapi cowok itu sedang tidak mengantuk.
Geral berdecak, "Kenapa nggak sekarang aja bersihinnya? Gue bosen, anjing"
Ocha menoleh menatap Geral, "Lo nggak capek?"
_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Jugendliteratur"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...