Bertingkah di sekolah sebelah

2 1 0
                                    

Geral melajukan motornya dengan sangat kencang, mengikuti laju mobil di depannya yang tak kalah kencang. Cowok itu berdecak ketika mobil di depannya tidak juga menurunkan kecepatannya.

Geral segera menghadang mobil hitam itu ketika ia berhasil mengimbangi kecepatannya. Membuat mobil itu seketika berhenti mendadak.

Pengemudi mobil itu keluar dengan tergesa, "Lo mau mati hah?!" teriaknya.

Geral turun dari motornya, melepas helm, "Seharusnya gue yang nanya, lo mau mati kebut-kebutan di jalan raya?!" ucapnya tak kalah keras.

Cewek dengan dress navy dan tanpa alas kaki itu menatap Geral tajam, "Bukan urusan lo" ucapnya lantas hendak berbalik.

"Kalau ada masalah itu di hadapin, bukan bunuh diri kayak gini. Lo pikir dengan lo mati abang lo bakal bebas dari perintah bokap lo? Lo malah nambah bebannya, egois"

Ocha mengehentikan tubuhnya, terdiam karena perkataan Geral.

~

"Abis dari mana lo?" tanya Leon, cowok itu mengernyit ketika Geral baru datang, pasalnya tadi Geral bilang akan pulang lebih dulu ke markas ketika mereka semua sedang menikmati live musik di sekolah. Tapi ketika Leon dan yang lainnya sampai di markas, Geral malah belum sampai.

"Ada urusan bentar" ucap Geral lalu duduk di sebelah Bastian.

"Al, lo tau anak Pak Harlan siapa?" tanya Bastian, cowok itu sejak tadi penasaran dengan anak pemilik sekolah itu, Pak Harlan juga tidak menyebutkan namanya tadi.

"Nggak tau" jawab Geral lalu mulai menyulut rokoknya.

"Siapa ya? Masa iya Mentari, itu cewek kayaknya cuma bisa ngebully kalau gue lihat. Wajahnya juga nggak mirip sama sekali men sama Pak Harlan" monolog Bastian penasaran.

"Nggak usah kepo" ucap Geral.

Bastian mencibir, "Lo sama aja kayak Leon, nggak ngebantu!"

Geral mengendikkan bahunya, menyandarkan badannya di sofa, menghiraukan rasa penasaran Bastian yang menurutnya tidak penting.

"Besok jadi, Al?" tanya Sandro, salah satu dari mereka.

Geral mengepulkan asap rokoknya ke atas, "Jadi, gue nggak ada ujian"

"Mau ngapain kalian?" tanya Leon yang tidak tau apa-apa.

"Ibam di gebukin lagi sama mereka" ucap Daniel, cowok yang duduk di samping Sandro. Ibam adalah salah satu teman mereka yang bersekolah di SMA Harapan, tempat musuh-musuh mereka bersekolah.

"Wah, bisa-bisanya tu orang, kita harus kasih pelajaran lagi, Al!!" ucap Bastian menggebu, ia juga baru mengetahui hal ini.

Leon menatap Geral tajam, "Lo masih diawasin, Al. Jangan macem-macem dulu" peringat Leon. Cowok itu ingat, Geral masih dalam pengawasan guru BK karena telah memukuli salah satu kakak kelas mereka minggu lalu. Geral bilang kakak kelasnya itu telah memukuli salah satu anak jalanan sampai babak belur.

"Gue nggak bisa diam aja, sat" rahang cowok itu mengeras mengingat temannya itu yang berkali-kali menjadi sasaran musuh-musuhnya.

"Tahan dulu, tunggu sampai masa pengawasan lo selesai" peringat Leon. Ia tidak mau jika Geral sampai di skors atau bahkan di keluarkan dari sekolah karena berani bertingkah saat dalam masa pengawasan.

"Gue nggak takut sama Pak Kumis itu, lagian kita juga nggak bertingkah di sekolah"

"Iya bukan sekolah kita tapi sekolah sebelah" cibir Leon.

~

Siang ini lima orang siswa dengan baju berantakan dan luka-luka di wajahnya sedang berjajar di pinggir lapangan di bawah tiang bendera. Di depannya ada pria paruh baya dengan kaca mata di wajahnya dan kumis tebal di bawah hidungnya yang sibuk menulis nama-nama mereka di buku pelanggaran. Pak Salim, berjalan mondar mandir di depan mereka sambil terus berdecak frustasi.

"Geral Dirgantara 2A1, Leon Jonathan 2S2, Bastian Yuaking 2S2, Sandro Dinara 2S3, Daniel Ananta 2S3, nama-nama kalian sudah saya catat. Setelah ini kalian bisa ke UKS lalu lanjut belajar di kelas. Pulang sekolah tolong temui saya di ruang BK, jangan ada yang kabur. Kalau kabur kalian pasti sudah tau konsekuensinya," Pak Salim beralih menatap Geral, "Kecuali Geral, kamu ikut saya sekarang ke ruang kepala sekolah"

Geral mengikuti guru Bknya itu ke ruang kepala sekolah dengan malas. Tangannya bergerak mengusap sisa darah di ujung bibirnya. Geral sebal, ia belum puas menghajar anak-anak sekolah sebelah tapi sudah keburu ketahuan. Karena ternyata guru Bknya itu juga ada di sana.

Hari ini Pak Salim memiliki urusan dengan SMA Harapan, ketika disana Pak Salim di kejutkan dengan keributan yang terjadi di belakang SMA Harapan, dan ia lebih terkejut lagi ketika ada anak-anak didiknya juga disana. Dengan cepat pria paruh baya itu melerai dan menyeret muridnya untuk kembali ke sekolah.

Pak Salim memasuki ruang kepala sekolah disusul dengan Geral di belakangnya. Mata empatnya sibuk melihat layar ponsel, urusannya dengan SMA Harapan belum selesai, tapi ia malah di repotkan oleh berandal sekolah ini.

"Rapikan bajumu!" ucap Pak Salim

Geral mendengus, setelah ini ia pasti akan dapat ceramah dadakan oleh kepala sekolahnya itu. Ia sudah sangat hafal dengan hukuman yang di berikan pria paruh baya yang menjabat sebagai kepala sekolah itu, ceramah sampai pulang sekolah. Satu jam akan diisi oleh Pak Rusdi, sang kepala sekolah, dan setelahnya Geral akan mendengarkan ceramah tentang kenakalan remaja yang ada di Youtube, membosankan. Tapi justru itulah yang membuat cowok berandal itu tidak jera.

"Kamu tunggu disini, saya mau panggil kepala sekolah" ucap Pak Salim lalu pergi ke sebuah ruangan yang lebih kecil di dalam ruang kepala sekolah, ruang kerja khusus kepala sekolah.

Geral mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada di sana. Punggungnya ia sandarkan pada kursi empuk itu. Cowok itu kemudian memejamkan mata, ruang kepala sekolah sangat nyaman untuk tidur, pikirnya.

_______

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang