Leon dan Geral

1 1 0
                                    

"Lo ada masalah?" Sena menoleh pada Ocha yang sedang menyandarkan tubuhnya di kursi kantin dengan mata terpejam, belum menyentuh air mineralnya sama sekali sejak Sena memberikannya.

"Cha" panggil Sena karena tidak ada jawaban dari cewek itu.

Lagi-lagi masih tidak ada jawaban. Sena menyentuh pundak Ocha, "Ocha, lo tidur?"

Ocha langsung membuka matanya, sedikit tersentak dan refleks memegang tangan Sena.

"Lo kenapa?"

Ocha melepas cekalannnya dari tangan Sena, "Enggak" cewek itu lantas menegakkan tubuhnya.

Sena menggeser piringnya yang kosong, lantas mendekatkan botol air pada Ocha, "Lo beda dari biasanya"

Ocha meraih botol airnya, membuka segelnya, "Gue oke, Na"

"Beneran?"

Ocha meneguk airnya lalu mengangguk, "Cuma ngantuk"

"Mau balik kelas? Gue juga udah selesai makan. Lagian kalau ngantuk kenapa nggak bilang daritadi. Malah mau-mau aja gue suruh nemenin ke kantin"

Ocha tersenyum tipis, "Bawel" cewek itu kemudian bangun dari duduknya.

Sena berjalan beriringan bersama Ocha keluar dari kantin, "Lagian lo mauan gue suruh nemenin, mana nggak pernah mau makan, kenapa sih?"

"Enggak pengen," Ocha menoleh, "Ikut ke lapangan basket mau?"

Sena berpikir sejenak, "Boleh, deh"

~

Sesuai perkiraan Ocha, lapangan basket indor sedang digunakan para pemain basket inti untuk latihan. Bukan latihan rutin, latihan dadakan atas usulan Geral karena dua jam kedepan semua kelas free class, para guru sedang rapat.

"Kok rame sih, Cha" bisik Sena.

"Santai aja" Ocha membawa Sena untuk duduk di tribun paling bawah yang sepi.

Geral berlari kecil menghampiri Ocha dan Sena. Tangan cowok itu memegang botol minum yang sisa setengah. Badannya penuh dengan keringat.

"Udah selesai? Nggak jadi free class?" tanya Geral pada Ocha.

"Jadi, gue nggak ikut" jawab Ocha.

Geral mengangguk, "Lihatin dulu, besok baru boleh ikut" setelah itu Geral kembali ke tengah lapangan.

Sena yang sejak tadi menyimak obrolan Geral dan Ocha nampak mengernyit tidak paham.

"Kalian ngomongin apaan, sih?"

"Jangan kepo, Na"

Sena mencibir, "Ya lo berdua ngobrolnya di depan gue, gimana nggak penasaran? Lagian lo sejak kapan akrab gitu sama Geral?"

Ocha menatap pertandingan tim basket cowok yang akan dimulai, "Nggak akrab"

"Gue udah bilangin sama lo ya, Cha, hati-hati sama Geral"

Ocha menoleh, mengangkat alisnya tanda bertanya.

Sena menatap ke tengah lapangan, memperhatikan Leon yang tengah mengoper bola pada Geral, "Terlepas dari Geral yang emang berandal, suka berantem, dan lainnya, gue tau Geral nggak sebejad yang dibilang orang-orang kalau nggak diusik," Sena beralih menoleh pada Ocha, "Tapi gue tetep nggak mau lo sakit hati, Cha. Gue tau dia"

Ocha mulai tertarik dengan pembahasan Sena, "Karena Geral temennya Leon?"

Sena mengalihkan pandangannya, diam, tak menjawab. Ucapan Ocha tepat sasaran.

"Mereka sama?" tanya Ocha lagi.

"Hidupnya Leon sama Geral itu sama, keras"

Ocha mengernyit, cewek itu ingin kembali bertanya tapi panggilan seseorang menghentikannya.

"Ocha" Adel berlari kecil menghampiri Ocha dan Sena.

Cewek itu mengambil duduk di sebelah Ocha, "Belum boleh ikut latihan lagi?"

Ocha mengangguk mengiyakan, "Udah selesai?"

Adel menggeleng, "Belum, tim cewek sekali tanding lagi," Adel kemudian mengalihkan pandangannya pada Sena, "Hai, Na" sapanya.

Sena menoleh, "Eh, Hai, Del"

"Lama nggak ketemu lo, Na. Gue udah lama nggak ke warung Uni. Lo masih sering kesana, Na?"

Sena menggeleng, terlihat canggung, "Udah nggak pernah juga"

Adel mengangguk, cewek itu juga terlihat sedikit canggung seperti Sena, namun masih bisa santai.

Ocha yang baru ingat sesuatu menoleh pada Adel, "Tanyain langsung sama Sena, Del"

Sena yang namanya di sebut menoleh pada Ocha, "Tanya apaan, Cha?"

Adel menatap Sena, cewek itu mengerti maksud ucapan Ocha, "Gue kemarin nanya alamat lo sama Ocha, gue kira dia tau. Gue mau ngobrol sama lo"

"LEON OPER BOLANYA, ANJING!! FOKUS, WOYY" ketiga cewek itu refleks menoleh ke arah lapangan ketika mendengar teriakan Geral.

~

Geral meletakkan segelas air putih di depan Ocha, "Sorry, cuma ada air putih sama soda di rumah"

Ocha mengangguk, "Thanks"

"Gue ganti baju bentar," cowok itu mulai membuka kancing kemeja seragamnya yang terlapis oleh kaos, "Kerjainnya pakai buku lo, buku gue ada di sekolah semua" setelah mendapat anggukan dari Ocha geral menenteng tasnya menaiki tangga menuju kamarnya.

Ocha mulai mengeluarkan bukunya. Sore ini, sepulang sekolah mereka berdua sedang berada di rumah Geral, mengerjakan tugas kelompok ekonomi lintas minat yang guru mereka berikan kemarin lusa.

Dari yang Ocha ingat, Sesil bilang Geral memang tak pernah absen mengumpulkan tugas meskipun sering bolos. Cowok itu tergolong cukup serius dengan pelajarannya meskipun hanya masuk kelas saat ada ujian saja.

Geral kembali dengan kaos hitam polos tanpa lengan dan celana pendek berwarna senada. Tangan cowok itu memegang selembar kertas.

"Titipan dari Dini, kemarin gue kesana dia nitip itu. Dini nunggu lo kesana lagi, katanya"

Ocha mengambil selembar kertas yang di berikan Geral. Terlihat ada lima gambar manusia di kertas itu.

"Katanya setiap lihat lo dia inget ibunya" lanjut Geral.

Ocha mengangkat kepalanya sekilas, menatap Geral, "Ibunya kemana?"

"Udah meninggal tahun lalu," Geral mendudukkan dirinya di sebelah Ocha, "Yang gue tau dari gue kecil, Ibunya Dini emang sering sakit. Dan tahun lalu makin parah," Geral menoleh menatap Ocha, "Kanker"

Ocha menoleh, "Kanker apa?"

"Kanker darah"

Ocha mengangguk mengerti, cewek itu kembali mengamati kertas di tangannya, melihat gambar yang bertuliskan 'Ibu'.

Geral ikut melihat hasil gambaran Dini, cowok itu tersenyum, "Gue nggak tau kenapa dia gambar gue sama lo juga. Agak kocak emang itu bocil"

_______

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang