Jalanan

4 1 0
                                    

Ocha megubek-ubek laci mejanya, mencari kunci motor yang seingatnya ia taruh di laci meja karena belum sempat ia masukkan ke dalam tas saat selesai ujian lebih dulu tadi, guru killernya itu menyuruh Ocha cepat keluar jika sudah selesai. Cewek itu merasa dejavu dengan hal ini, bedanya tidak ada Sesil dan Sena yang membantu karena dua cewek itu sedang mengikuti club renang.

Setelah setengah jam mencari tapi tidak juga ketemu, Ocha bergegas keluar menuju tempat parkir motornya, dan benar saja dugaannya. Seorang cowok sudah nangkring di atas motornya dengan mengayun-ayunkan kunci motornya.

"Lo mau apa lagi?" tanya Ocha langsung.

Geral tersenyum jail, "Sabar dulu," Geral bergerak mengambil sesuatu dari sakunya, "Pertama-tama gue mau bayar utang gue sama abang lo," Geral menyerahkan sebuah amplop coklat berisi uang pada Ocha, "Bilangin sama abang lo, makasih"

Ocha menerima itu tanpa penolakan, "Udah, kan? Sekarang mana kunci motor gue" ucap Ocha sambil meraih kunci motornya dari tangan Geral.

Geral secepat kilat mengantongi kunci motor itu, "Yang kedua lo harus balapan lagi sama gue"

"Lo nggak terima kalah?"

Geral tersinggung, rahang cowok itu langsung mengeras. Geral turun dari motor Ocha, berdiri tegak menghadap cewek itu, "Gue nggak pernah kalah!!" sentaknya.

"Lo udah kalah sama gue, lupa?"

"Sialan," geral menatap tajam Ocha, ia paling tidak suka ada yang meremehkannya seperti ini, "Balapan atau motor lo gue ambil" ancamnya.

Ocha tersenyum tipis, senyum meremehkan cowok di depannya ini, "Ambil aja," Ocha menjeda kalimatnya, "Tapi karena gue lagi baik, ayo balapan!" Ocha pikir sedikit bermain dengan cowok berandal itu akan asik. Cewek itu melupakan kesehatannya.

"Oke"

Geral bergerak menaiki motor Ocha, disusul dengan cewek itu yang duduk di belakangnya. Geral melajukan motornya keluar sekolah menuju sirquit tempat mereka akan balapan.

"Bang Ge!! Bang Ge!!"

Geral sedikit memelankan laju motornya ketika merasa ada yang memanggil namanya. Cowok itu menengok ke arah sumber suara dan menemukan segerombol anak jalanan yang sedang melambai-lambaikan tangan padanya.

"Bang Ge, sini!!" teriak mereka lagi.

Geral tersenyum, kemudian membelokkan motornya menuju bawah jalan layang, tempat anak-anak itu memanggilnya, yang seketika membuat cewek di belakangnya itu bingung. Geral kemudian memberhentikan motor di depan para anak jalanan itu.

"Oi cil!" sapa Geral sambil turun dari motor setelah di rasa Ocha sudah turun lebih dulu. Berjalan menghampiri anak-anak kecil yang sedang duduk beristirahat.

Geral ber tos ria dengan anak-anak itu satu persatu, "Bang Ge apa kabar? Udah lama nggak ketemu kita" tanya Anak laki-laki paling pendek diantara mereka.

Geral mendudukkan dirinya, di susul Ocha di sebelahnya, "Kabar gue baik. Kemarin gue ke markas sepi, kalian pada kemana?"

"Markas udah kosong bang, minggu lalu ada satpol pp razia sampai sono. Jadi ya kita pindah kesini. Untung aja tu markas kagak di robohin" ucap anak laki-laki tinggi yang membawa ukulele.

"Bang Toro kagak ada?"

"Bang Toro lagi keliling pas itu. Kita jadi kagak ada yang bela"

Geral mengangguk-angguk mengerti.

"Itu siapa bang? Cantik bener" tanya anak perempuan yang sedang di pangku oleh anak yang membawa ukulele tadi.

Geral menengok pada Ocha, cowok itu lupa jika Ocha bersamanya, "Temen"

"Namanya siapa bang?"

Geral mengambil alih anak perempuan yang sejak tadi bertanya ke pangkuannya, "Namanya Dicha, kenapa?"

"Cantik banget" ucap anak 6 tahun itu penuh binar.

Ocha mengelus puncak kepala anak perempuan itu lembut, "Kamu juga cantik. Namanya siapa?"

"Dini" ucap anak kecil itu sambil tersenyum manis menatap Ocha membuat Ocha ikut tersenyum tipis.

Ocha kembali tersenyum tipis saat melihat arah pandang anak-anak itu fokus padanya, lalu tiba-tiba anak laki-laki gembul dengan kecrekan di tangannya, berdiri menghampirinya, "Kakak Dicha cantik banget, mau jadi pacar Genta nggak?" ucapnya sambil tersenyum yang langsung mendapat sorakan dari anak-anak lain.

"Huuuu, dasar Gentong!!"

Ocha mencubit pipi anak itu gemas, "Emang Genta tau pacaran itu apa?"

Anak gembul itu menggeleng, "Enggak, tapi kata Nopan kalau nggak punya pacar itu cemen" anak yang bernama Genta itu menunjuk anak berkulit eksotis yang sedang terlentang di tanah beralaskan kardus sambil memetik ukulelenya.

"Bohong dia, Genta keren nggak cemen," Ocha lagi-lagi mencubit pipi Genta gemas, pandangannya kemudian beralih pada anak-anak itu, "Udah pada makan semua?" tanyanya.

"Belum, Kak. Belum laku dari pagi" jawab salah satu dari mereka sambil melirik dagangan tissu yang ia bawa masih belum berkurang.

"Beli makan, nanti kakak yang bayar" ucap Ocha yang langsung membuat wajah anak-anak itu girang dan segera berlari ke penjual-penjual yang ada di sekitar mereka.

"Makasih, kakak cantik" ucap Anak perempuan yang duduk di pangkuan Geral lalu pergi menyusul teman-temannya membeli makanan.

Geral menengok pada Ocha, "Gue ganti uangnya"

"Nggak perlu"

"Mereka tanggung jawab gue" ucap Geral.

Ocha menatap Geral, "Gue mau bikin mereka seneng. Gue nggak ada urusan sama lo"

"Yaudah terserah," Geral mengambil ukulele yang ada di sebelahnya, memetiknya asal, "Kita nggak jadi balapan. Gue tiba-tiba nggak mood"

Ocha menghiraukan ucapan cowok di sebelahnya itu, ia lebih tertarik pada anak-anak yang sedang makan dengan lahap.

Mereka saling berbagi dan bertukar makanan, mencoba satu sama lain, saling menyuapi, pemandangan yang baru pertama kali Ocha lihat. Ocha menjadi semakin bersyukur dirinya di beri kesempatan hidup yang berkecukupan.

"Lo suka anak kecil?" tanya Ocha tiba-tiba.

"Enggak," Geral mengikuti arah pandang Ocha, hatinya menghangat melihat anak-anak yang tampak senang. Entah kapan terakhir kali mereka bisa makan puas seperti ini, "Gue suka jalanan" lanjut Geral.

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang