"Di dalam ada Dicha?" tanya Marys pada salah satu cewek yang berada di depan kelas Ocha.
"Dicha siapa ya, Kak?"
"Eh, sorry, maksud gue Ocha. Ochanya ada di dalam?" tanya Marys lagi.
"Ocha tadi aku lihat pergi sama Sesil sama Sena ke lapangan, kayaknya lagi nonton basket deh, Kak" jelas cewek itu.
Marys mengangguk sambil tersenyum, "Thanks, ya"
Cowok itu kemudian berjalan menuju tribun penonton. Marys sudah hafal dengan cewek bernama Sena dan Sesil, anggota club renang yang sering memujinya tampan dan mengajaknya berbicara.
Marys menghampiri dua cewek yang sedang asik melihat pertandingan basket di lapangan. Dua cewek itu duduk di bagian pinggir atas tribun yang teduh. Marys berjalan mendekat, keningnya mengernyit ketika sama sekali tidak melihat kehadiran Ocha disana.
"Hai, guys" sapa Marys.
"Hai, Kak Marys" sapa Sesil balik sambil tersenyum.
"Ada apa, Kak?" tanya Sena.
"Kalian nggak sama Ocha?"
"Tadi emang disini sama kita, tapi terus pergi, katanya mau makan di kafetaria" jawab Sena.
"Udah daritadi juga sih, Kak," Sesil melirik jam tangannya, "Udah sekitar satu jam yang lalu, mungkin udah balik ke kelas" tambah Sesil.
"Tadi gue udah ke kelas kalian, nggak ada. Gue coba telfon Hpnya mati"
"Hp Ocha lagi di charger di kelas, tadi mati, habis baterai" jawab Sena.
"Kita cari ke kafetaria gimana? Gue jadi takut itu anak kesasar" ucap sesil mulai khawatir, pasalnya Ocha belum terlalu mengenal tata letak sekolah ini.
Mereka bertiga beranjak menuju kafetaria yang ternyata sepi. Mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, tapi tidak menemukan keberadaan cewek tinggi itu sama sekali.
"Ke kantin kali ya? Mungkin nggak jadi makan disini" ucap Sena.
Mereka bertiga berbalik menuju kantin, mengedarkan pandangan dengan teliti. Bertanya pada beberapa siswa yang mengenal Ocha, namun hasilnya tetap sama, tidak ada.
"Kemana ya, Kak?," tanya Sena, "Duh, gue jadi khawatir beneran nih"
~
Geral berjalan santai menuju gudang belakang sekolah, tempat cowok itu dan teman-temannya biasa merokok tanpa takut ketahuan. Karena letak gudang kotor yang jauh di belakang, membuat ruangan itu tidak terjamah oleh patroli guru BK maupun Osis.
Cowok dengan jersey basket itu berjalan sendirian tanpa teman-temannya, setelah bermain basket tadi, Leon lebih memilih makan di kantin, sedangkan Bastian sibuk tebar pesona dengan adik kelas.
Cowok itu mengenyit heran ketika mendapati pintu gudang yang terkuci dari luar, tidak seperti biasanya yang tidak pernah terkunci. Tangan cowok itu kemudian bergerak membuka sangkutan pengunci pintu.
Mata cowok itu langsung membulat sempurna mendapati pemandangan di depannya. Seorang cewek sedang terkapar pingsan di lantai dengan mata tertutup kain, mulut yang tersumpal serta kaki dan tangan yang terikat. Wajah cewek itu penuh dengan luka lebam dan darah, dengan seragam dan rambut yang sangat berantakan.
Geral menghampiri tubuh cewek itu, membuka penutup matanya dan kain di mulutnya. Cowok itu kembali terkejut ketika menyadari orang itu adalah anak baru di kelasnya. Geral buru-buru melepas ikatan pada tangan dan kaki cewek itu.
"Hey, bangun," Geral menepuk-nepuk pelan lengan Ocha namun tidak ada jawaban dan pergerakan sama sekali.
Melihat itu, Geral segera mengangkatnya, membawa cewek itu menuju UKS.
Para siswa memekik takut melihat Geral berjalan cepat sambil menggendong cewek dengan keadaan yang sangat mengenaskan.
Marys, Sesil, dan Sena menengok penasaran mendengar keributan dari arah lorong belakang. Menghentikan langkah mereka yang akan menuju toilet kafetaria yang berada di area belakang setelah sebelumnya berputar-putar ke berbagai ruangan di sekolah.
Mata ketiganya membulat sempurna melihat Geral berjalan terburu-buru sambil menggendong tubuh seorang cewek dengan kondisi yang berantakan. Sesil dan Sena memekik histeris menyadari siapa cewek di gendongan Geral, setelah cowok itu melewati mereka.
"OCHA!!"
~
Geral membaringkan Ocha di ranjang UKS diikuti Marys, Sena, Sesil, dan Dokter UKS. Tangan Marys bergerak melepas sepatu yang di kenakan gadis itu. Sena dan Sesil menatap khawatir.
"Ini tadi kenapa?" tanya Dokter Rian.
"Saya temuin dia pingsan di gudang" jawab Geral.
Dokter Rian bergerak mendekat. Memeriksanya kemudian membersihkan darah dan luka di wajah cewek itu.
"Lo apain dia?!!" teriak Sena murka, tepat di depan wajah Geral.
"Gue nggak tau apa-apa" jawab Geral.
"Nggak usah bohong lo!! Jawab jujur!" kali ini Sesil yang berteriak.
Dokter Rian berdehem, "Lebih baik kalian semua keluar" ucapnya tegas membuat Sesil dan Sena menengok pada pria paruh baya itu.
"Maaf, dok" ucap Sena lalu keluar bersama Sesil dan Geral.
Geral hendak langsung pergi dari sana, namun Sena mencekal lengannya setelah mereka keluar dari UKS.
"Gimana bisa kayak gini hah?!!" teriak Sena, tangan cewek itu berpindah mencengkram bagian atas jersey basket cowok berandal di depannya, "Lo apain, Ocha?!!" cewek itu berteriak emosi.
Geral melepas cekalan tangan Sena dengan kasar, "Bukan gue, anjing! Gue temuin temen lo hampir mati di gudang" teriak cowok itu tak kalah emosi.
Sesil menarik lengan Sena sedikit menjauh dari Geral, "Apa kita bisa percaya sama lo?" tanya Sesil.
"Terserah lo," rahang Geral mengeras, tak terima di salahkan seperti ini saat dia berniat baik, "Tau gini nggak gue tolongin temen lo. Biar mati di gudang" ucapnya kemudian pergi dari depan UKS.
Sesil dan Sena terduduk lemas di kursi tunggu UKS, sangat terkejut dengan kejadian hari ini.
Pintu UKS terbuka, terlihat Marys sedang menggendong Ocha keluar dari ruang kesehatan itu.
"Mau gue bawa ke rumah sakit. Kalau mau ikut, ayo"
_______

KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Teen Fiction"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...