Pagi ini akhirnya Ocha bisa mengikuti pelajaran pagi lagi, setelah memastikan tidak ada urusan dengan sekolah dan juga memastikan Geral tidak keluar rumah pagi ini, cewek itu memutuskan untuk masuk kelas.
"Hari ini izin lagi nggak?" tanya Sena.
"Belum tau"
Sena mengangguk mengerti, "Nanti ikut nggak?" pagi tadi Sesil merengek ingin membeli sepatu, sepulang sekolah nanti rencananya mereka bertiga akan ke mall, tapi Ocha masih belum tau bisa ikut atau tidak.
"Belum tau juga"
Sesil berjalan terburu-buru ke arah meja Ocha, wajahnya nampak sedikit merah dengan bibir yang terus tersenyum.
"Kesambet demit kantin lo, mesem-mesem gitu" ucap Sena.
"Kali ini bukan demit, tapi malaikat," Sesil kembali tersenyum, "Gue abis sarapan sama Kak Dimas, ditraktir lagi. Gue rasa ini rezeki abis tidur di kasurnya Ocha"
"Kak Dimas kesambet apaan mau sarapan sama lo?"
Sesil menggeplak kepala Sena pelan, "Lo pikir gue apaan?!"
"Diem" ucap Ocha, cewek itu menunjuk guru yang baru saja masuk dengan matanya, membuat Sesil dan Sena langsung duduk di bangku mereka.
~
Ocha mengernyit menatap ponselnya, ia sedikit heran melihat tidak ada pergerakan sama sekali dari Geral. Sedikit aneh cowok itu tidak keluar rumah sama sekali. Ocha kemudian melajukan motornya menuju rumah cowok itu. Curiga jika cowok itu pergi tidak dengan motornya.
"Cari siapa, Non?" tanya satpam rumah Geral.
"Geral"
"Oh, den Geral ada. Silahkan masuk" satpam tersebut kemudian bergerak membuka pagar.
Satpam itu lantas menuntun Ocha masuk ke dalam rumah besar yang seperti tidak berpenghuni itu, sangat sepi, sama seperti rumahnya.
"Non langsung ke kamarnya aja, hari ini dari pagi belum keluar den Geralnya. Non sekalian tolong cek in ya, saya nggak berani" ucap Satpam itu, ia mengantarkan Ocha sampai di depan kamar cowok berandal itu.
Sepeninggal satpam itu, Ocha mengangkat tangannya, mengetuk pintu kamar Geral.
"Geral" panggilnya namun tidak ada sahutan.
Ocha kembali mengetuk dan memanggil, namun tetap tidak ada sahutan. Cewek itu hendak berbalik, mungkin Geral tidur pikirnya. Namun suara benda jatuh dari dalam membuatnya berbalik. Ocha kemudian mencoba membuka pintu kamar Geral yang ternyata tidak terkunci. Ia melihat Geral yang tertidur tengkurap dengan selimut tebal, tangan kirinya menjuntai ke bawah dengan ponsel yang ada di lantai. Sepertinya suara tadi disebabkan oleh ponsel Geral yang jatuh.
Ocha mendekat ke arah Geral, niat awalnya hanya ingin mengambil ponsel Geral yang jatuh. Namun suara nafas Geral yang terdengar tidak biasa menghentikannya untuk kembali. Cewek itu memegang tangan Geral yang menjutai kebawah, ingin membenarkannya agar cowok itu tidak kesemutan. Namun cewek itu tersentak ketika baru saja menyentuhnya, tangan cowok itu terasa sangat panas.
Ocha menyingkap selimut yang sedikit menutupi hidung dan mulut Geral, "Ge" panggilnya.
Cowok itu sedikit bergerak namun tidak membuka mata.
Tangan Ocha beralih pada dahi cowok itu yang juga terasa sangat panas. Geral demam.
Bagaimana tidak demam, kemarin cowok itu makan bersama Dini, ditambah malamnya ia mandi sambil keramas dan semakin di perparah ia mabuk bersama teman-temannya semalaman.
Ocha segera membuka selimut yang menutupi tubuh Geral, "Ge, bangun"
Geral yang merasa dingin karena selimutnya di buka sedikit mendesis, "Dingin" ucapnya lirih dan serak.
Ocha menepuk-nepuk pelan pundak belakang cowok itu untuk membangunkannya, "Bangun, lo demam"
Geral mengangkat kepalanya, membuka matanya, menyadari jika ada orang di dekatnya, namun sedetik kemudian kembali menutup matanya karena merasakan kepalanya yang sangat pening, "Argh" tangan cowok itu beralih memegang kepalanya.
Geral mengubah tubuhnya menjadi terlentang di bantu oleh Ocha. Setelah merasa posisinya nyaman cowok itu kembali membuka mata, "Lo?" tanya cowok itu lemas dan serak.
Ocha tak menghiraukan cowok itu yang terkejut, cewek itu bergerak mendekat, membenarkan bantal Geral agar kepala cowok itu lebih nyaman. Ocha mengernyit ketika mencium bau alkohol.
Ocha menarik kembali tubuhnya setelah selesai, "Lo abis mabuk?"
"Dikit," ucapnya serak, "Gue hari ini nggak pengen keluar, lo bisa pulang"
Ocha ingin marah, tapi melihat kondisi Geral yang seperti ini cewek itu mengangguk saja, kemudian keluar dari kamar Geral. Cowok itu menutup matanya kembali, ingin kembali tidur.
Baru saja akan jatuh ke alam mimpi, Geral merasakan dahinya di tempeli sesuatu, membuat cowok itu kembali membuka mata.
Cewek yang beberapa menit lalu keluar dari kamar Geral, kini kembali. Ocha menempelkan plester penurun panas pada dahi cowok itu agar demamnya lekas menurun.
"Jangan tidur dulu"
Geral mendudukkan dirinya dibantu Ocha. Mata cowok itu terus mengawasi pergerakan cewek di depannya yang sedang membuka kotak sterofoam.
Tangan dengan sesendok bubur itu bergerak mendekat pada mulut Geral, "Makan terus minum obat" ucap cewek itu masih dengan wajah datarnya.
Geral membuka mulutnya menurut, menerima suapan demi suapan dari cewek di depannya itu.
Geral berdehem, "Lo kenapa kesini?" tanyanya.
Ocha menyuapkan bubur pada cowok itu lagi, "Awasin lo"
"Gue nggak pengen keluar rumah hari ini"
"Iya, tapi mau mabuk di rumah"
"Lo tau?"
"Bau alkohol" jawab Ocha datar.
"Dikit"
"Lo beneran mau di DO?"
"Nggak lagi," cowok itu berdehem, "Minum"
Ocha mengambil segelas air yang tadi ia bawa, mendekatkan pada bibir cowok itu dan membantunya minum.
"Udah buburnya" ucap Geral
Ocha meletakkan gelas air dan bubur yang tersisa sedikit itu di meja samping tempat tidur Geral, tangannya kemudian bergerak membuka obat untuk di berikan pada cowok itu.
Pergerakan cewek itu tidak lepas dari pandangan Geral. Cowok itu sedikit merasa aneh di perlakukan seperti ini, logikanya ingin menolak, tapi sebagian dirinya merasa nyaman di perlakukan seperti ini.
Ocha mendekatkan air dan obat di depan cowok itu, dengan telaten membantu cowok itu meminum obatnya.
"Sorry" ucap Geral tiba-tiba, membuat Ocha menatapnya bertanya.
"Kemarin, rokok" lanjut cowok itu.
Ocha mengangguk tanpa melihat Geral, "Jangan ngerokok"
_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Подростковая литература"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...