Basket

1 1 0
                                    

"Geral kalau lagi main basket keren banget ya" ucap Sesil sambil melihat Geral yang sedang praktek basket bersama anak laki-laki lain di kelasnya.

Sena mengangguk, "Beda banget kalau lagi berulah"

Di jam terakhir ini mereka sedang duduk di tribun bersama murid perempuan yang lainnya, giliran mereka untuk praktek memasukkan bola dan ring sambil melompat sebanyak sepuluh kali sudah awal tadi.

"Geral tuh sebenernya ganteng banget. Bahkan dilihat dari segi manapun keren, jauh lebih ganteng dari Kak Aran, gue akui. Tapi tingkahnya itu lo, hadeh banget" komentar Sesil lagi.

"Berandal gitu yang naksir banyak" ucap Sena.

"Kalau dia rapi, kalem, baik kayak Kak Aran gitu gue juga pasti ikut naksir"

"Semua aja lo taksir, "Cibir Sena, cewek itu kemudian menengok ke arah Ocha yang berjalan mendekat, "Dari mana lo?"

"Toilet" cewek itu kemudian duduk di sebelah dua temannya itu.

Setelah mengawasi Geral selama dua hari cewek itu kembali bisa mengikuti pelajaran dengan penuh, Geral juga sudah masuk sekolah lagi.

"Idung lo kenapa merah?" tanya Sena

"Pilek" bohong Ocha. Hidung cewek itu baru saja mimisan, itulah sebabnya Ocha langsung pergi ke toilet setelah selesai praktek.

"Ocha," panggil Pak Juna, guru olahraga mereka, "Sini" ucapnya dari arah lapangan basket.

Ocha menurut, berlari kecil menghampiri guru olahraganya itu.

"Coba duel basket sama Geral, tolong kalian kasih contoh sama yang lain. Nilai kalian berdua paling tinggi," ucap Pak Juna, "Al, ayo serius"

Ocha menghampiri Geral yang sedang asik bermain basket sendiri di tengah lapangan.

"Nggak gue sangka lo juga jago basket," cowok itu melempar bolanya pada Ocha yang langsung di tangkap oleh cewek itu, "Tapi yang pasti lebih jago gue" ucap Geral.

"Gimana kalau kita taruhan" ucap cowok itu lagi yang hanya dibalas tatapan bertanya oleh Ocha.

"Kalau gue menang, lo harus tunduk dan jadi babu gue selama sebulan, dan kalau lo menang gue akan tunduk dan patuh sama lo" ucapnya lalu menyeringai sinis.

"Oke"

Mereka berdua kemudian mulai bertanding. Ocha memperoleh bola lebih dulu, mendribel bola menghindari Geral yang ingin merebutnya. Permainan mereka berdua tak luput dari pandangan anak-anak kelas yang masih ada disana. Secara tiba-tiba murid-murid satu kelas itu berubah menjadi dua kubu, ada yang mendukung Geral dan ada yang mendukung Ocha. Sorakan para sporter dadakan itu juga memenuhi gedung lapangan basket indor SMA Angkasa.

Ocha berhasil memaskukkan bolanya lagi dengan sempurna, menyamai skor Geral. Cewek yang sedikit lebih pendek dari si cowok itu tentu tidak bisa di sepelekan dalam bermain basket. meskipun sudah di larang, tentu saja Ocha akan diam-diam bermain.

Pertandingan mereka terlihat sangat sengit, Ocha yang selalu sempurna memasukkan bola dan Geral yang tak mau kalah dengan tembakan tiga point andalannya. Sampai tak terasa bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Teman-temannya juga sudah bubar, menyisakan Sesil dan Sena yang sepertinya juga akan pulang.

"Cha, gue sama Sesil pulang duluan. Lo jangan sore-sore pulangnya!!" teriak Sena yang sama sekali tak dihiraukan oleh Ocha karena fokus merebut bola.

Mereka berdua terus bermain. Keringat membasahi tubuh keduanya. Tiga puluh menit lebih mereka bermain tanpa henti.

Ocha mengusap hidungnya yang mulai mengeluarkan darah lagi. Sepertinya tubuh cewek itu sudah mulai kelelahan. Namun tentu saja hal itu tak dihiraukan Ocha sama sekali, hasratnya bertanding basket yang sudah ia pendam sejak lama tidak bisa padam begitu saja. Inilah saatnya melampiaskan hal itu.

Darah di hidung cewek itu keluar bertambah banyak, membuat cewek itu mulai sedikit pusing. Geral yang menyadari Ocha yang selalu menunduk dan sedikit tidak fokus, memfokuskan pandangannya pada cewek itu. Cowok itu terkejut melihat bawah hidung Ocha yang sudah penuh dengan darah.

"Berhenti!!" teriak Geral sambil mencoba merebut bola dari tangan cewek itu.

Ocha tak mengindahkan teriakan Geral, cewek itu terus menggiring bolanya maju melewati cowok itu terus ke arah ring. Ketika Ocha akan melompat memasukkan bola, kepala cewek itu mendadak sangat pusing, namun itu tak mengurungkan niatnya untuk kembali mencetak point.

Geral ikut melompat di depan cewek itu, meraih tubuh Ocha, mendekapnya untuk menggagalkan lompatan gadis itu, "Berhenti, lo mimisan, bego!!"

Bola basket itu berhasil masuk ke dalam ring, kembali menyamai skor diantara keduanya. Namun Geral sudah tak menghiraukan hal itu. Sekarang fokusnya pada cewek dalam dekapannya ini.

"Berhenti!"

Ocha memegangi kepalanya yang sangat pusing, tubuh cewek itu akan terjatuh jika Geral tak mendekapnya. Wajah bagian bawah dan tangan cewek itu juga sudah penuh dengan darah.

Geral mendudukkan Ocha di bawah ring basket, menyandarkan punggung cewek itu pada tiang ring basket. Cowok itu kemudian melepas kaos olahraganya, tangannya kemudian bergerak mengusap darah di wajah cewek itu dengan kaos tersebut.

"Pusing?" tanya Geral, yang mendapat anggukan singkat dari cewek itu dengan mata terpejam menahan pusing.

Cowok itu bingung, UKS tidak mungkin masih buka sekarang, hari ini tidak ada jadwal club apapun.

"Lo bawa mobil?" tanya cowok itu lagi yang dijawab gelengan pelan oleh Ocha.

Cowok itu meraih pelan kepala Ocha setelah menurunkannya, menyandarkan kepala itu di dadanya dan mengusapnya lembut, berharap bisa sedikit mengurangi rasa pusing. Tangan lain cowok itu yang yang semula memegang kaos, meraih ponselnya dan memencet kontak seseorang.

"Le, bawa mobil ke sekolah, cepet!" ucapnya singkat.

Geral kembali mengusap hidung cewek itu yang terus mengeluarkan darah, tangan yang satunya masih tetap mengusap lembut kepala cewek itu.

"Tahan bentar"

_______

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang