Ocha selesai memakai bajunya, menghampiri telepon rumah yang ada di nakas sebelah tempat tidurnya yang sejak tadi berbunyi.
"Halo"
"Halo, Non. Ini ada laki-laki di luar mau menemui Non Ocha" ucap satpam dari sambungan telepon.
"Siapa?"
"Katanya temannya Non Ocha"
"Namanya, Pak?"
Sesaat kemudian, terdengar suara satpam tersebut bertanya nama laki-laki itu, "Nggak mau ngaku, Non" saut satpam tersebut kemudian.
"Suruh pulang aja" Ocha kemudian menutup telpon tersebut secara sepihak.
Sebelum cewek itu berpindah, telpon rumah itu kembali berbunyi.
"Halo"
"Halo, Non. Temennya nggak mau pulang, tetep mau masuk, gimana?"
"Saya kesana"
Ocha bergegas keluar kamar, menuruni anak tangga kemudian keluar menuju pagar depan rumahnya. Cewek itu kemudian membuka pintu pagar yang di bantu Satpam tadi.
Ocha mengernyit melihat punggung cowok di depannya, cowok itu menghadap membelakangi cewek itu.
"Lo siapa?" tanyanya.
Cowok di depannya itu kemudian berbalik yang langsung membuat Ocha terlihat terkejut, "Mars"
~
"Jadi, setelah keliling Jawa Barat berakhirlah gue disini" cowok itu mencomot keripik dari toples sambil terus fokus memainkan stik ps di tangannya.
Devan mengangguk-angguk, "Abis ini bakal pindah lagi?"
"Enggak katanya, udah nyaman disini. Udah terlalu lama disini juga, dua tahun. Lo pindah kesini nggak ada kasih tau gue. Bang"
"Mana gue tau lo juga disini, tiap kali ke Jakarta lo selalu pindah-pindah kalau ditanya rumah"
"Bakal pindah Jakarta lagi?"
Deovan menggeleng, "Nggak tau kalau bokap nyokap, kalau gue sama Dicha maunya tetep disini. Lo kok tau kita disini?"
"Gue tadi lihat Dicha di sekolah," Marys menunjuk dengan dagunya ke arah Ocha yang sedang duduk di sofa memakan keripik, "Awalnya gue kira bukan, pas gue lihat lagi ternyata bener. Mau gue samperin udah bel. Abis itu gue cari tau aja alamat Om Harlan di internet, dan dapet. Sengaja nggak mau hubungi kalian, mau bikin kejutan tapi adek lo ini nggak terkejut sama sekali"
Deovan tertawa sambil mengangguk-angguk kemudian bersorak, "Gue menang!!!" teriak Doevan heboh, "Marys ternyata masih cupu huuu!!" ejek Deovan.
"Dia emang selalu noob, Dev" sahut Ocha.
Cowok yang di panggil Marys itu meletakkan stik psnya kasar, berpindah dari karpet dan duduk di samping Ocha di sofa, "Kayak lo enggak aja!" tangannya bergerak mengacak rambut Ocha.
"Rambut gue berantakan, Mars!" Ocha menggeplak tangan cowok itu yang ada di rambutnya.
"Biar keren" Marys menunjukkan tangannya di depan muka Ocha kemudian meraup wajah cewek itu.
"Sialan" Ocha mengambil bantal sofa di sebelahnya dan menimpuk cowok di sampingnya dengan kekuatan penuh.
"Puas-puasin dah gelud, gue ke atas, kerjaan gue banyak" ucap Deovan kemudian beranjak pergi dari ruang keluarga.
Marys tertawa puas melihat ekspresi marah Ocha, pemandangan yang sangat lucu dan langka.
"Udah cukup!" cowok itu merebut bantal dari tangan Ocha dan meletakkan di sampingnya.
"Rese" Ocha hendak beranjak pergi sebelum kemudian cowok di belakangnya menariknya duduk kembali dan merangkul pundaknya.
"Maap deh, lo kalau marah lucu soalnya"
"Turunin tangan lo!" Ocha menatap tangan di pundaknya dengan emosi.
"Nggak," cowok itu malah berubah memeluknya kemudian tertawa, "Gue kangen sama Adek kicik ini" Marys mengacak rambut Ocha gemas kemudian melepaskan pelukannya.
"Gue udah gede!" ucap Ocha sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.
Marys kembali tertawa, "Iya deh yang udah gede"
"Pulang deh lo kalau rese!"
"Gue nggak mau tuh" cowok itu bergerak menyalakan tv kembali dan mengambil toples keripik yang ada di karpet menuju ke pangkuannya.
"Kalau gitu diem," Ocha bergerak memindahkan toples keripik kembali ke karpet, "Nanti lo batuk," mengambil bantal sofa tadi, meletakkan di paha Marys kemudian berbaring dengan kepala pada bantal, "Elusin, gue ngantuk!"
Marys terkekeh, tangannya bergerak mengelus lembut kepala cewek itu. Ochanya masih tidak berubah. Cewek itu masih suka dengan elusan tangan Marys di kepalanya sebagai pengantar tidur.
~
"Jelasin kenapa lo bisa deket sama Kak Marys?!!" Sesil menghadap Ocha yang baru saja duduk di kursinya.
Ocha menatap Sesil kembali, "Kurangin deh kepo lo"
"Nggak bisa deh, Cha, kayaknya. Udah mendarah daging!" jawab Sena.
Sesil mencebik, "Gue kan cuma penasaran!!"
"Semua hal aja lo penasaranin" ucap Sena.
"Biar nggak mati penasaran!" jawab Sesil lalu terkekeh.
Sena mencibir, "Tapi kalau kali ini gue juga penasaran, Cha. Lo ada hubungan apa sama Kak Marys? Kok bisa berangkat bareng?"
Sesil menyentil kening Sena pelan, "Lo juga penasaran kan, sok ngelarang tadi!"
"Sepupu"
Sena dan Sesil menggut-manggut, "Gue kira ada apa-apa" ucap Sesil.
"Cha, lo jadi ikut Osis? Buka pendaftaran nih" tanya Sena sambil memperlihatkan laman Instagram Osis SMA Angkasa pada Ocha.
Ocha menggeleng, "Enggak"
"Gue mau ikut deh, kali aja tahun ini keterima!" ucap Sesil bersemangat.
"Modus" cibir Sena.
"Biarin, itu namanya usaha," Sesil kembali menatap Ocha, "Jadi lo mau ikut apa? Wajib satu ekstra loh"
"Ikut kita aja di club renang, ketuanya Kak Marys juga" ajak Sena.
"Nggak minat" ucap Ocha.
Sena dan Sesil nampak kembali berpikir, "Gimana kalau basket? Kayaknya lo cocok. Postur badan lo juga pas banget kalau masuk basket" ucap Sesil.
Ocha nampak berpikir, jujur saja dia sangat menyukai olahraga bola besar itu. Bahkan salah satu cita-citanya saat kecil adalah menjadi atlet basket. Saat kecil dia juga sempat ikut pelatihan basket khusus anak kecil, namun hal itu berhenti ketika Ocha mulai sering mimisan saat selesai main basket. Mendengar hal itu Deovan tentu saja langsung melarang Ocha untuk bermain basket. Dan mulai saat itu juga Ocha mulai menjauhi olahraga bola besar itu meskipun kadang main secara sembunyi-sembunyi dari Deovan.
"Gue pikir dulu"
_______

KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Teen Fiction"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...