Tersangka

3 1 0
                                    

Deovan berlari terburu-buru memasuki rumah sakit. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Dicha" Deovan menghampiri tubuh adiknya yang tidak berdaya di ranjang rumah sakit.

Marys menghampiri Deovan, mengusap punggung itu menenangkan, "Maafin gue, bang. Gue nggak becus jagain Dicha"

Deovan menegakkan tubuhnya, menengok ke arah Marys, "Bukan salah lo," Deovan menepuk bahu Marys pelan, "Kata dokter tadi gimana?" tanya Deovan.

"Dicha pingsan karena sesak nafas, luka di wajahnya gara-gara di tampar sama di pukul berkali kali, hidungnya mimisan, kecapekan, sikunya kesleo mungkin karena kebentur," Marys mengalihkan pandngannya pada tubuh tak berdaya Ocha, "Perutnya biru mungkin di tendang atau di tonjok, untung nggak sampai buat organ dalamnya kenapa-napa," jelas Marys, "Kayaknya bully" tambahnya. Marys ingin mengatakan sesuatu lagi namun ia tahan.

Deovan menghembuskan nafas kasar, mendudukkan tubuhnya di sofa, menutup matanya untuk menenangkan diri, "Dicha punya musuh?" tanya Deovan masih dalam kondisi terpejam.

"Gue nggak tau" ucap Marys lalu menatap Sesil dan Sena yang sejak tadi diam.

"Kita belum tau pasti, tapi kita curiga sama Geral, cowok yang bawa Ocha tadi" ucap Sesil.

"Bukan dia," sahut Marys, "Dia nggak tau apa-apa"

"Gue tadi juga curiga sama dia, tapi kalau dipikir lagi. Logikanya nggak mungkin Geral bakal bawa Ocha ke UKS kalau dia yang bikin Ocha kayak gini" ucap Sena.

"Mungkin itu rencana dia. Playing victim" ucap Sesil.

"Gue tau, bukan dia" ucap Marys meyakinkan.

Sena dan Sesil menatap Marys, lalu saling berpandangan. Mereka baru ingat jika kakak kelasnya itu spesial.

Sena teringat sesuatu, "Kak Mentari?" ucap Sena membuat ketiga orang tersebut refleks menengok padanya.

"Bener," Sesil melihat pada Marys, "Akhir-akhir ini Ocha lagi dekat sama Kak Aran, Kak Marys tau kan gimana Kak Mentari kalau nyangkut Kak Aran?"

Marys mengangguk, "Gue tau"

Deovan melihat pada Marys, "Ada apa?"

~

Berita pembullyan yang di alami Ocha sudah menyebar di lingkungan sekolah dengan cepat. Para guru serta kepala sekolah juga sangat terkejut atas apa yang terjadi. Setiap orang punya dugaan dan tuduhannya sendiri. Mereka tidak mengira sekolah internasional seperti ini yang siswanya cenderung memikirkan nilai juga dapat berbuat serendah ini.

Deovan sudah mengerahkan tim polisi dan beberapa detektif untuk mengusut kasus ini, membuat sekolah di liburkan sementara. Deovan juga melaporkan beberapa orang sebagai saksi dan dugaan tersangka.

Deovan sedang menunggu hasil rekaman cctv lorong belakang dan juga gudang yang sedang di analisa oleh polisi. Deovan menatap beberapa orang di depannya dengan datar. Disana ada Sena, Sesil, Marys, Geral, Aran, Mentari, dan kedua temannya. Mereka semua duduk dalam diam.

Pandangan Marys terfokus lama pada cewek yang bernama Mentari. Rahang cowok itu mengeras, namun sedetik kemudian tersenyum tipis. Marys melangkah mendekati Deovan, membisikkan sesuatu pada cowok itu. Deovan mengangguk, lalu membuka ponselnya.

"Aran" panggil Devan.

Aran mengakat kepalanya menatap Deovan, "Iya, saya"

"Benar belakangan ini Ocha dekat sama lo?" tanya Deovan.

Cowok tampan itu mengangguk, "Benar. Saya juga sempat menyatakan perasaan saya pada Ocha" jelas Aran.

Deovan mengangguk mengerti, "Lo bisa keluar"

Aran mengangguk, raut wajahnya terlihat lega, "Baik, terima kasih" ucapnya lalu keluar dari ruangan tersebut.

Sepeninggal Aran, beberapa polisi dan detektif masuk ke ruangan itu. Berbicara dengan Deovan sebentar kemudian masuk ke ruangan kecil di dalam ruangan tersebut. Satu persatu orang yang ada di sana di panggil masuk, tak terkecuali Marys dan Deovan. Mereka diintrogasi satu persatu untuk ditanyai mengenai kejadian ini.

Chika, salah satu teman dari Mentari keluar dari ruangan kecil itu, menjadi orang paling akhir yang diintrogasi. Setelahnya para Polisi mulai menyusun proyektor untuk memutar hasil cctv. Rekaman cctv di putar, memeperlihatkan ketiga cewek yang sedang menyeret tubuh cewek lain yang memberontak menuju gudang. Setelahnya, menampilkan tindakan kekerasan yang terjadi di dalam gudang. Deovan menggeram emosi, membuat Marys yang di sebelahnya menahan lengan cowok itu untuk meredam emosinya.

Rekaman selanjutnya memperlihatkan seorang cowok yang masuk ke dalam gudang, melepas ikatan-ikatan pada cewek tak berdaya di dalam sana dan mengangkatnya keluar.

"Tanpa perlu saya beritahu, kalian semua sudah tau siapa pelakunya," polisi itu kemudian melihat pada Deovan, "Sekarang keputusan ada di tuan Deovan, akan melanjutkan kasus ini ke jalur hukum atau menyelesaikannya secara kekeluargaan" lanjutnya.

Mentari nampak gelisah, sedetik kemudian cewek itu beranjak dari tempat duduknya, bersujud di kaki Deovan, "Maafin saya, Kak. Tolong jangan bawa kasus ini ke jalur hukum, saya benar-benar minta maaf. Saat itu saya terbawa emosi, saya tidak sengaja. Saya janji tidak akan melakukan hal itu lagi pada Ocha. Saya mohon jangan bawa kasus ini ke jalur hukum"

Kedua teman Mentari ikut menyusul bersujud di kaki Deovan, "Kita juga minta maaf, Kak. Kita cuma di suruh oleh Mentari untuk melakukan itu. Kita di paksa. Jangan bawa kasus ini ke jalur hukum. Kita berdua hanya di suruh"

Deovan memundurkan badannya membuat ketiga cewek tersebut refleks mendongak, "Berdiri" titah Deovan.

"Sementara tahan mereka. Saya akan bicarakan kasus ini dengan keluarga saya lebih dahulu" perintah Deovan kemudian keluar dari ruangan.

"Kak, kita mohon jangan bahwa kasus ini ke jalur hukum"

"Kalian semua bisa keluar, kecuali saudari Mentari, saudari Chika, dan saudari Dena" ucap sang kepala polisi.

Mereka semua segera keluar dari ruangan, menyisakan para polisi dan ketiga cewek yang di tetapkan sebagai tersangka, Mentari dan kedua temannya.

_______

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang