Pertandingan babak pertama dimenangkan sementara oleh tim basket SMA Angkasa.
Geral menghampiri Ocha, mengulurkan botol minumnya yang langsung di terima baik.
"Aman?"
Ocha menegak minumannya, kemudian mengangguk singkat.
Pak Juna menghampiri Ocha dengan senyum, "Keren. Tapi inget, simpen tenaga," Pak Juna menatap semuanya, "Bapak yakin setelah ini mereka bakal mulai keras. Terus jaga kekompakan. Be smart guys!"
Ocha mendudukkan dirinya sambil mendengarkan Pak Juna dan Geral yang memberikan arahan. Cewek itu mengatur nafasnya yang naik turun. Jujur cewek itu senang, salah satu impiannya sejak kecil bisa terkabul.
"Jersey Geral?" Ocha menoleh, Adel berjalan di bantu Leon, cewek itu kemudian duduk di samping Ocha.
"Si kapten udah mulai gerak nih" timpal Leon.
Ocha mengangkat sebelah alisnya tak paham. Cewek itu kemudian menatap kaki kanan Adel yang terbalut perban.
"Kaki lo?"
"Baik, cuma geser dikit. Udah di benerin"
Pertandingan babak kedua dimulai. Perkiraan Pak Juna sangat tepat, tim SMA Nusa Bangsa mulai menjalankan strategi keras mereka. Bahkan di menit pertama wasit sudah harus meniup peluitnya karena pelanggaran yang dilakukan.
Sorakan dari penonton semakin riuh saat Ocha mencetak poin dengan beruntun membuat tim lawan kembali tertinggal cukup jauh.
Amanda menatap Ocha dengan kilatan penuh emosi. Cewek itu sengaja menyenggol keras bahu Ocha ketika babak kedua berakhir yang lagi-lagi dimenangkan oleh SMA Angkasa.
Geral langsung mengulurkan botol airnya ketika Ocha mendekat. Cewek itu memejamkan matanya sebelum membuka botol airnya.
"Pusing?" tanya Geral.
Ocha menggeleng bohong. Jujur, cewek itu sedikit pusing. Tapi Ocha tak ingin Geral melarangnya bermain jika ia jujur.
Babak ketiga dimulai. Tim lawan semakin bermain keras dan kasar. Kepala Ocha juga bertambah pusing, membuat fokusnya sedikit kabur. Cewek itu bahkan hampir terjatuh ketika tubuhnya sengaja di senggol keras. Permainan kedua tim sedikit berantakan karena emosi yang menguasai tim SMA Nusa Bangsa.
Babak ketiga ini di menangkan sementara oleh SMA Nusa Bangsa.
"Cha, are you ok?" Pak Juna menatap khawatir ke arah Ocha.
Ocha mengangguk, nafas cewek itu terdengar sangat berat.
Pak Juna dan Geral mulai memberikan instruksi singkat. Sedikit memperbaiki strategi ketika tim lawan mulai menemukan celah.
Ocha langsung menyandarkan tubuhnya ketika briefing singkat mereka selesai. Geral mengambil botol air kosong dari tangan Ocha, kemudian duduk di sampingnya. Mengangkat kepala cewek itu yang menunduk kemudian memberinya oksigen tanpa bertanya.
Ocha menurut, menghirup oksigen dalam botol itu sebanyak-banyaknya sambil terpejam menahan pusing di kepala.
"Pusing banget?" Geral menjauhkan botol oksigen dari Ocha ketika nafas cewek itu sudah kembali stabil.
Ocha mengangguk, sangat tidak masuk akal jika ia berkata tidak. Tubuhnya sangat menunjukkan bahwa ia tidak baik-baik saja.
"Berhenti aja, kita atur strategi baru"
Ocha menahan lengan Geral ketika cowok itu akan bangkit, "Gue mau main sampai akhir"
"Jangan keras kepala!"
Ocha kembali memejamkan matanya, "Gue mohon" lirihnya. Tangan cewek itu tanpa sadar meremas lengan Geral ketika rasa pusing semakin menguasai kepalanya.
Geral bimbang, cowok itu tidak tega membiarkan Ocha bermain lagi dengan kondisi seperti ini, tapi disisi lain permohon cewek itu begitu ingin dituruti.
Ocha membuka mata, menegakkan tubuhnya kembali. Menghiraukan rasa pusing, mengumpulkan kembali sisa-sisa tenaga yang ia punya.
Cewek itu menoleh, "Lo percaya gue nggak lemah 'kan?"
Geral menatap tepat di mata Ocha, sedikit lama. Cowok itu kemudian mengangguk dengan tangan kanannya terulur memegang tangan Ocha yang masih memegang lengan kirinya.
Pertandingan babak terakhir di mulai. Tim SMA Nusa Bangsa mulai tampak menyombongkan dirinya kembali. Tatapan remeh Amanda tak pernah lepas dari mata dingin Ocha. Cewek itu menyunggingkan senyum remehnya ketika Ocha menutup matanya menahan pusing.
"Siap-siap kalah, anak baru"
Di menit awal, Ocha beberapa kali kehilangan bolanya, konsentrasinya pecah karena kepalanya yang bertambah pusing. Tim lawan yang menyadari itu mulai menyalip poin.
Ocha memejamkan matanya, kembali mengumpulkan sisa tenaganya yang tersisa. Membuka matanya dengan pasti lalu kembali bergerak cepat merebut bola. Sorakan sporter sekolahnya terdengar makin keras ketika melihat Ocha kembali bangkit. Cewek itu dengan lincahnya berkali-kali mencetak three poin. Menyalip kembali tim lawan dengan ketertinggalan yang cukup jauh.
Menit-menit terakhir, kepalanya semakin pusing bahkan sakit. Nafasnya sesak, hidungnya mulai mengeluarkan darah segar. Tapi Ocha tak bisa berhenti, jika tim lawan berhasil mencetak three poin makanm timnya akan kalah.
Geral menegang menyadari Ocha mulai mimisan. Raut khawatir cowok itu sangat ketara. Cowok itu membulatkan matanya melihat Ocha ancang-ancang akan melompat.
"DICHA STOP!!"
Terlambat, lay up Ocha menjadi penyumbang poin terakhir dan memenangkan timnya.
Geral langsung berlari cepat menghampiri Ocha yang berdiri tidak seimbang. Cowok itu langsung menahan tubuhnya dan membawa Ocha dalam dekapannya.
"Kita menang" ucapnya lirih.
"Iya, kita menang. Lo kuat"
"Gue kuat" setelah mengatakan itu Ocha memejamkan matanya, pingsan.
Geral dengan cepat mengangkat tubuh cewek itu, berlari keluar gedung. Membawa Ocha ke rumah sakit yang sudah di beritahukan Marys.
Ketika babak terakhir dimulai, Geral menghubungi Marys lebih dulu, seperti yang kakak kelasnya itu minta kemarin.
Pak Juna berteriak menginterupsi, mencoba menghentikan Geral.
"AL, BERHENTI," pria paruh baya itu mencoba menyamai langkah Geral yang cepat, "Serahin Ocha sama pihak kesehatan. Sebentar lagi pertandingan kamu akan dimulai!"
Tapi Geral tak menghiraukannya. Memasukkan Ocha dalam mobilnya dan tancap gas pergi dari sana.
_______
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Teen Fiction"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...