Sadar

1 1 0
                                    

Pagi ini Ocha sudah di sibukkan dengan rapat bersama club music mengenai band sekolah, mereka akan ikut perlombaan tingkat nasional. Setelah selesai rapat dengan pembina dan ketua club music, Ocha melanjutkan obrolannya lebih lanjut dengan ketua club music, Dania.

"Kurang lebih gitu, nanti gimana selanjutnya gue sampaiin sama lo"

Ocha mengangguk, "Oke" tangan cewek itu kemudain bergerak memainkan ipadnya.

Dania berdehem, "Sorry, lo yang waktu itu sama Aran, kan?"

Ocha mengangkat kepalanya, nampak mengingat, "Iya"

"Lo sekarang masih deket sama dia?"

"Masih" jujur Ocha, karena kakak kelas yang bernama Aran itu jujur saja masih sering mengiriminya pesan, menelponnya, bahkan mengajaknya keluar.

"Nggak terjadi apa-apa kan sama lo?" tanya Dania tiba-tiba berubah serius.

"Maksudnya?"

"Mentari, lo nggak di apa-apain kan sama dia?"

Ocha mengangguk mengerti, "Udah enggak"

Dania nampak terkejut, "Berarti pernah di apa-apain?"

"Pernah"

Raut wajah Dania berubah kesal, "Emang tu anak nggak pernah ada puasnya," Dania beralih menatap Ocha, "Semua cewek yang deket sama Aran pasti kenal bully sama dia, bahkan dia juga berani sama lo. Dia nggak tau ya lo itu siapa?," Dania menghembuskan nafasnya, kemudian raut wajahnya nampak tersadar, "Eh, jadi dia bohong selama ini kalau dia itu anak pemilik sekolah!"

"Udah gue duga, itu anak emang nggak beres!" lanjutnya

Braakk

Ocha dan Dania refleks menengok ke arah pintu yang di buka dengan keras. Menampilkan sosok cewek yang baru saja mereka bicarakan. Wajahnya nampak emosi dengan tangan yang menggenggam di kedua sisinya. Di belakangnya ada dua cewek lain yang selalu mengikutinya.

"LO MASIH BERANI YA!!" teriaknya.

Dania dan Ocha kemudian berdiri, bersamaan dengan itu Mentari mendekat ke arah dua cewek itu, tangannya kemudian menampar pipi Dania.

"LO APA-APAAN?!" teriak Dania tidak terima, pipinya terasa panas.

Mentari menghiraukan teriakkan Dania, cewek itu malah menarik rambut Dania untuk dibawa keluar. Melihat itu Ocha refleks menampik tangan Mentari dari rambut Dania, membuat cewek dengan wajah emosi itu tersadar bahwa ada Ocha disana.

"Nggak usah kasar" Desis Ocha dingin.

"Ini urusan gue sama Dania, lo nggak usah ikut campur!" setelah mengatakan itu Mentari menraik tangan Dania keluar dari studio club music.

Ocha menghiraukan larangan Mentari, cewek itu mengikuti kakak kelasnya itu keluar. Keributan mereka mengundang banyak pasang mata penasaran.

"LO APA-APAAN ANJING!!" ucap Dania sambil menyentakkan tangan Mentari yang sudah tak menyeretnya.

"LO YANG APA-APAAN ANJING, GUE UDAH PERINGATIN SAMA LO JANGAN DEKETIN ARAN, DIA ITU UDAH BENCI SAMA LO, SIALAN. MAU APAPUN YANG LO LAKUIN, DIA ITU NGGAK BAKAL MAAFIN LO. NGGAK USAH GANJEN SAMA DIA LAGI BITCH!!" Mentari mendorong Dania Keras.

Dania yang tak terima mendorong balik Mentari, "KAPAN GUE DEKETIN DIA ANJING? LO NGGAK WARAS APA GIMANA? GUE JUGA NGGAK SUDI SAMA DIA"

"DANIA MENTARI STOP!!" Aran berdiri di tengan mereka berdua, wajahnya nampak sama menahan amarah.

Cowok itu kemudian menatap tajam Dania, "Lo apa-apaan dorong-dorong mentari, sialan. Nggak usah buat masalah!!"

"Dia yang mulai duluan" ucap Dania.

Mentari yang merasa di bela oleh Aran pun langsung memegang tangan Aran, "Tangan gue juga di tarik, sakit banget. Emang gila ini cewek!" ucapnya memanas-manasi.

Ocha yang sejak tadi melihat dari pintu ruang music kemudian bergerak mendekat saat ada yang tidak beres. Sebelumnya ia sedikit menjauh karena ia merasa itu bukan urusannya, selama tidak ada kekerasan, Ocha biarkan.

Ocha menatap tajam Mentari, "Lo diam. Jangan playing victim" cewek itu berada di hadapan Aran dan Mentari. Tubuhnya menghalangi pandangan Aran pada Dania.

"Minggir, Cha. Biar aku yang urus ini. Kamu masuk kelas" ucap Aran lembut.

"Udah, Cha, lo balik aja. gue nggak papa. Ini masalah gue" ucap Dania berbisik di telinga Ocha.

Ocha malah menatap cowok itu tajam, "Bukan Kak Dania yang salah"

"Kamu nggak tau apa-apa, Cha. Dania itu udah sering banget bikin ulah kayak gini. Kamu jangan belain dia. Udah ya? Kamu ke kelas aja"

"Kayaknya dia udah di hasut sama Dania, Ran. Udah deh kita pergi aja, tangan gue sakit banget" ucap Mentari, raut wajahnya terlihat sedikit takut melihat Ocha.

"Lo nggak usah drama," ucapnya datar pada Mentari, cewek itu kemudian melihat Aran, "Lo mau tau siapa yang salah? Ikut gue"

~

Aran menggeram marah melihat layar di depannya. Tangannya menggebrak meja dengan kasar.

Sekarang ini mereka bertiga sedang berada di ruangan Ocha, dengan Dania dan Ocha yang duduk di sofa dan Aran yang duduk di kursi kerja Ocha menghadap sebuah laptop.

"Dia kenapa?" Dania yang sedang diobati sudut bibirnya oleh Ocha terkejut dengan oleh suara gebrakan meja yang di sebabkan oleh Aran.

"Dia udah tau" jawab Ocha datar, tangannya kemudian beralih mengompres pipi kiri Dania yang baru saja di tampar Mentari.

"Udah tau apa?" tanyanya masih belum mengerti.

Ocha menatap Dania sekilas, "Lo nggak salah"

Dania kemudian mengalihkan pandangannya pada Aran bersamaan dengan Aran yang juga menengok ke arah cewek itu. Kali ini Dania tidak memalingkan pandangannya seperti biasa, cewek itu merasa pandangan Aran padanya berbeda. Pandangan cowok itu bukan lagi pandangan benci dan jijik seperti sebelum-sebelumnya. Bahkan Dania baru sadar, cowok itu telah mau memandangnya lagi. Dania memutuskan pandangan mereka, tangan cewek itu mengambil alih kompresan dari tangan Ocha sedikit gugup, ia merasa Aran masih memandangnya.

"Maaf"

_______

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang