"Gilak!! Yang tadi itu susah banget. Ngalahin ujian hidup" keluh Sesil mengingat ulangan harian matematika yang baru saja mereka kerjakan.
"Cuma ulangan Pak Rusdi yang bukannya bikin pinter malah bikin laper!" ucap Sena ikut mengeluh.
"Makanya belajar" ucap Ocha.
"Lo nggak makan, Cha?" tanya Sena, melihat Ocha yang hanya membeli air mineral.
Ocha menggeleng, "Masih kenyang"
"Bisa-bisanya habis dibantai Pak Rusdi masih kenyang, cacing di perut gue aja udah mabok" Sesil memasukkan mie ke mulutnya setelah mengatakan itu.
"Motor lo udah balik?" tanya Sena.
"Udah"
"Lo nggak di apa-apain kan sama Geral?" kali ini Sesil yang bertanya.
Ocha menggeleng, "Enggak"
"Tumben tuh anak nggak berulah. Biasanya setiap anak baru selalu dijahilin, sampai tunduk sama dia" heran Sesil.
"Gue diajak balapan" ucap Ocha membuat Sesil dan Sena langsung fokus menatap Ocha.
"Terus?" Sesil penasaran.
"Gue menang, motor gue balik" ucap Ocha datar.
"HAH!!" Sesil dan Sena kompak menganga.
"Sumpah! Geral nggak pernah sekalipun kalah dalam hal apapun. Kok bisa?!!" heran Sesil syok parah.
Sena mengangguk, "Bahkan dia langganan ranking satu paralel tanpa belajar" Sena juga heran dengan anak itu, sering bolos, di kelas selalu tidur, tapi pintar.
"Kok bisa?!" tanya Sesil lagi sambil mengguncang bahu Ocha tidak percaya.
"Gue lagi hoki kali" ucap Ocha sekenanya.
Ponsel Ocha berbunyi, menampilkan nama Aran disana. Ocha mengernyit, ada apa kakak kelasnya itu menghubunginya lagi? Club apalagi yang akan ia tawarkan?
"Halo"
"Halo, Cha. Lo dimana?"
"Di kantin. Ada apa?"
"Gue kesana, jangan balik kelas dulu. Tunggu bentar" setelah mengatakan itu Aran menutup telponnya.
Ocha mengendikkan bahunya, kakak kelasnya itu sangat tidak jelas.
"Siapa, Cha?" tanya Sena
"Kak Aran"
Sesil yang mendengar nama itu disebut langsung tersedak, "Kak Aran kenapa?!"
"Hati-hati," Ocha mendekatkan jus milik Sesil, "Mau kesini"
Sesil buru-buru meminum jus yang di berikan oleh Ocha, sedangkan Sena mengelus-elus punggung Sesil.
"Ngapain?" tanya Sena.
"Nggak tau"
Sesil mendadak senyum-senyum sendiri, "Gue udah cantik belom?" tanya Sesil sambil membenarkan rambutnya.
"Jelek" sahut Sena.
Sesil mencibir, "Muka gue enggak minyakan kan, Cha?" tanyanya sambil mengelap wajahnya menggunakan tissu.
"Enggak"
"Rambut gue-"
"Hai" ucapan Sesil terpotong oleh datangnya Aran dengan kedua temannya.
"H-Hai, Kak Aran, Kak Dimas, Kak Chandra" Balas Sesil sedikit gugup. Pasalnya yang di depannya bukan hanya satu cowok ganteng, tapi tiga. Duh Sesil mau pingsan aja. Lebay.
"Kita boleh gabung?" tanya Aran sambil tersenyum manis.
"B-Boleh banget, Kak!" jawab Sesil antusias.
"Duduk aja, Kak" sahut Sena.
"Thanks" ucap Chandra
Dimas menatap Sesil, "Lo Sesil kan? Anak renang?"
Sesil tersenyum girang kakak kelasnya itu mengenalnya, "Iya, Aku Sesil. Kok Kak Dimas tau?"
"Taulah, semua cewek cantik gue tau" ucapnya lalu terkekeh.
Chandra menggeplak kepala Dimas, "Buaya emang"
Dimas tersenyum pada Sesil kemudian beralih menatap Sena, "Lo Sena kan? Anak renang juga"
Sena mengangguk sambil tersenyum sopan.
Aran menghiraukan teman-temannya, sejak tadi cowok itu langsung terfokus pada Ocha yang tengah bermain ponsel. Pandangan Aran tak lepas dari wajah Ocha, "Cantik" ucap Aran lirih.
Merasa ada yang mengajaknya bicara Ocha menengok, ia mendapati Aran yang tengah menatapnya, "Kenapa?"
Aran menggeleng kemudian tersenyum manis, "Enggak. Kenapa nggak pesan makan?" tanya Aran mengalihkan pembicaraan.
"Masih Kenyang" jawab Ocha lalu kembali pada ponselnya, Deovan sedang meminta izin untuk pulang terlambat dan Ocha bersikeras melarangnya.
"Seru banget lihat HP, wajah gue nggak menarik ya?" tanya Aran.
Ocha yang memang tidak mendengar ucapan Aran karena terlalu fokus membalas pesan Deovan pun tidak menjawab.
"Wajah Kak Aran menarik banget, kok. Ganteng banget!!" sahut Sesil yang mendengar ucapan Aran.
Aran mengalihkan pandangannya pada Sesil dan tersenyum canggung, ia sedang bertanya pada Ocha bukan temannya, "Makasih"
~
"Balikin" Dua hari ini kesabaran Ocha benar-benar diuji oleh cowok berandal di dengan baju dikeluarkan yang sekarang ada di depannya ini.
Geral menghalangi jalan Ocha menuju parkiran, "Gue mau balapan lagi, yang kemarin nggak adil karena gue pakai motor lo, motor lo nggak enak"
Sungguh Ocha tidak paham, apa dia bilang? Tidak adil? Bukannya Geral sendiri yang meminta memakai motornya? Ocha menggelengkan kepalanya, "Nggak, balikin kunci motor gue"
Geral tak bergerak sama sekali, "Gue nggak akan balikin kalau lo nggak mau balapan lagi" ucap cowok itu kemudian berlalu dari sana.
Ocha berdecak, hendak menyusul cowok itu namun seseorang lebih dulu menarik keras rambutnya dari arah belakang.
Ocha refleks memegang dan memelintir tangan yang menjambaknya, "Akh aw lepas" ucap sang pemilik tangan, Mentari.
Mentari menghempaskan tangan Ocha kasar sampai cekalannya terlepas, "Berani ya lo?!!"
"Jangan sentuh rambut gue" Ocha berkata dingin.
"Kenapa kalau gue sentuh rambut lo? Ada guna-gunanya? Lo pakai susuk kan sampai Aran mau respon lo? Cih, dasar ganjen!! Gue peringatin sama lo sekali lagi, jangan ganjen sama Aran!!"
Ocha menghiraukan kakak kelas yang menurutnya kurang kerjaan itu, Ocha berbalik dan berlari cepat menuju parkiran, menghampiri motornya.
"Minggir gue mau pul-" bersamaan dengan itu seember air got mengguyur Ocha dan sedikit mengenai Geral yang sedang duduk diatas motor Ocha dan menelungkupkan kepalanya di stang motor.
"LO!!," Geral berteriak, meninggalkan kunci motor Ocha yang menancap kemudian mendekati Mentari dan kedua temannya yang terkejut, "Baju gue kotor, anjing!!" cowok itu bergerak maju mencengkram kerah seragam Mentari, "Maksud lo apaan?!!"
"Sorry sorry Al, gue nggak maksud nyiram lo, gue nggak-"
"MAU MATI LO HAH?!!"
Mentari menciut akan menangis, "Gue nggak sengaja Al, sorry" teman-temannya tidak ada yang membantu, bahkan mereka sudah kabur duluan.
Geral menghempaskan kerah seragam Mentari kasar, membuat cewek itu mundur membentur tembok, "Pergi sebelum lo habis sama gue" tanpa berpikir lagi Mentari berlari pergi.
Ocha memandang seluruh tubuhnya yang basah dan kotor bergerak melepas tasnya untuk di pindah kedepan, hari ini ia tak membawa jaket. Ia harus cepat-cepat pulang.
Ocha berhenti saat akan menaiki motornya, ia merasa sebuah jaket tersampir di pundaknya.
"Pakai" setelah mengatakan itu cowok itu langsung pergi.
_______

KAMU SEDANG MEMBACA
Ocha
Novela Juvenil"Orang bilang lo itu dingin, saking dinginnya gue malah ngerasa hangat" Ocha, cewek dingin dengan wajah datar dengan segala kepeduliannya. Pindah sekolah membuat banyak kejutan di hidup Ocha. Bertemu kembali dengan seseorang yang sangat ia rindukan...