Menginap

1 1 0
                                    

Geral meraih ponselnya, matanya kembali terpejam saat menunjukkan pukul sepuluh malam. Setelah dari rumah anak-anak jalanan kemarin ia langsung pulang dan tidur. Entah mengapa cowok itu merasa tidak enak badan. Sepertinya tertular Dini karena Geral sempat suap-suapan di sendok yang sama dengan anak kecil itu, agar Dini mau makan.

Tangan cowok itu bergerak meraih selimut, ia merasa hawa kamarnya sangat dingin, padahal seingatnya ia tidak menyalakan ac kemarin.

Geral kembali terbangun ketika mendengar ponselnya berbunyi. Cowok itu kembali meraih ponselnya dan segera mengangkat panggilan.

"Halo, Al lo dimana? Nggak ke markas?" tanya orang dari seberang sana.

"Mager" jawabnya serak khas orang bangun tidur.

"Lo baru bangun tidur?"

Geral merubah posisi tidurnya dari yang tengkurap menjadi terlentang, "Ketiduran dari sore, anak-anak ajak sini ae, Le. Gue mager ke sono" jawabnya masih dengan serak dan lemas.

"Oke dah, gue sama anak-anak ke sono"

Geral menegakkan tubuhnya, tangannya bergerak memegang kepalanya yang pening. Cowok itu kemudian beranjak menuju kamar mandi, sepertinya ia harus mandi agar kembali segar dan tidak pusing.

~

Ocha menaruh beberapa bungkus camilan lagi di karpet. Malam ini dengan sangat tiba-tiba Sesil dan Sena ingin menginap di rumahnya. Mereka bilang kangen karena Ocha sering kali izin kelas. Dan di jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam ini, mereka masih asik mengobrol.

"Yang ini belom habis, Cha" peringat Sena karena Ocha terus mengeluarkan camilannya.

"Chiki lo banyak amat. Bisa gemuk gue nginep disini sehari aja" ucap Sesil sambil mengunyah chikinya.

Ocha kembali duduk di sebelah Sena, mengambil remot dan mengubah saluran tv.

"Abang lo kemana dah, Cha, daritadi nggak kelihatan?" tanya Sesil.

"Main sama temennya"

"Yah, padahal gue mau pdkt" ucap Sesil dibuat seperti kecewa.

Sena menggeplak kepala Sesil pelan, "Kelakuan ye. Emang abangnya Ocha mau sama lo?"

Sesil mengibaskan rambutnya centil, "Pasti mau lah, orang cantik gini," cewek itu kemudian beralik menatap Ocha, menghiraukan Sena yang mencibir, "Abang lo udah punya pacar belum, Cha?"

Ocha mengendikkan bahunya, "Belum kali, nggak tau"

Sesil berteriak girang, "Yes, ada kesempatan" teriaknya heboh.

Sena yang sejak tadi mencibir, kembali menggeplak kepala Sesil, "Berisik, nanti orangtuanya Ocha bangun, bego" ucap Sena langsung membuat Sesil menutup mulutnya.

"Orangtua gue nggak di rumah, santai aja" jawab Ocha, cewek itu mulai merebahkan tubuhnya dengan paha Sena sebagai bantalnya.

Sena menunduk menatap Ocha, "Kemana?"

"Kerja" jawabnya singkat.

"Jadi dari tadi kita cuma bertiga di rumah sebesar ini. Kok gue jadi merinding ya" ucap Sesil yang mulai medekat pada Sena.

Ocha mengulurkan sebungkus chiki pada Sesil, "Dibawah ada bibi sama satpam"

Sesil kembali menegakkan tubuhnya lega, Tiap hari begini?"

"Iya" jawab Ocha, Sesil mengangguk-angguk saja.

"Cha bentar, gue mau angkat telpon" ucap Sena membuat Ocha bangun dari paha Sena.

Cewek itu kemudian bangkit sedikit menjauh dari Ocha dan Sesil.

"Gue numpang kamar mandi, Cha" ucap Sesil ikut bangkit dan melangkah menuju kamar mandi.

Ocha menatap televisi, melihat acara tv yang entah mengapa mendadak menarik malam ini, membuatnya tidak merasakan kantuk. Jujur saja Ocha sangat senang dengan adanya Sesil dan Sena yang menginap, rumahnya jadi tidak sepi. Bohong jika Ocha tidak merasa kesepian setiap hari, cewek itu bahkan sangat kesepian. Devan juga tidak pasti di rumah karena harus membantu mengurus bisnis Papanya.

"Dingin banget" ucap Sesil yang baru keluar dari kamar mandi.

"Kayak Ocha, dingin, cuek" sahut Sena lalu terkekeh melihat Ocha. Cewek itu sudah selesai mengakat telpon.

"Abis telpon sama siapa lo, jauh-jauh?" tanya Sesil.

Cewek itu duduk menyender pada lengan Ocha, "Okha. Nganterin martabak kerumah tapi rumah gue nggak ada orang"

Sesil mengangguk-angguk, sudah biasa mendengar informasi itu. Tetangga super cakep Sena itu memang sangat loyal pada Sena.

Sesil membaringkan tubuhnya pada paha Ocha, "Anterin sini aja"

"Udah gue suruh kasih satpam komplek aja, kesini jauh, Sil"

"Pacar lo ya?" tanya Ocha tiba-tiba.

Sena memutar badannya, menghadap televisi, "Bukan, tetangga gue. Yang waktu itu main futsal, Cha"

"Tetangga rasa pacar ya, Na" goda Sesil.

"Pacar pacar apaan, nggak ye, Sil!" tangan cewek itu menyentil, dahi Sesil pelan.

"Lagian lo kenapa nggak jadian aja sih sama Okha, cakep banget gitu lo anggurin aja"

Sena menunduk menatap Sesil tajam, kemudian kembali menatap televisi, "Lo tau kan gue gimana? belum bisa, Sil"

"Cih, dasar manusia-manusia gamon. Jalan kok mundur, maju dong!"

Sena tak peduli, sudah biasa dengan ejekan Sesil tentang dirinya yang gagal move on.

"Gamon?" tanya Ocha.

Sesil mengangguk, "Gagal move on sama mantannya dia. Padahal mantannya juga udah punya pacar lagi"

"Udah kenapa, Sil. Jangan dibahas lagi!" ucap Sena.

Sesil mencibir, "Padahal juga mendingan Okha kemana-mana"

"Nggak mungkin gue sama dia. Gue udah anggap dia itu kayak saudara sendiri," Sena ikut merebahkan dirinya di paha Okha, "Gue anak tunggal dia juga cuma sama Ayah Bundanya. Jadi ya kita saling cari temen aja," Sena menjeda kalimatnya, "Sebenernya dia punya kakak sama adik sih, tapi nggak disini"

"Maksudnya?" tanya Sesil.

"Dia bukan anak kandung Ayah sama Bundanya, yang gue tau dia itu anak saudara Ayahnya. Karena tetangga gue ini belum juga punya anak, akhirnya mereka rawat Okha dari umur enam tahun"

Sesil manggut-manggut, "Gue baru tau"

Sedangkan cewek cuek yang kedua kakinya berubah fungsi jadi bantal itu terdiam.

_______

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang