Jadian?

4 1 0
                                    

Hari ini dengan terpaksa Ocha berangkat bersama Aran. Kakak kelasnya itu bersikeras mengajak berangkat bersama, bahkan tanpa Ocha beri tau alamat rumahnya Aran sudah sampai di depan rumah Ocha dengan sendirinya.

Tapi, tentu jangan harap mereka akan semotor atau semobil bersama, tentu saja Ocha naik motor sendiri, dan Aran mengikuti menggunakan mobil. Iya memang berangkat bersama, tapi kan tidak begitu maksud Aran.

Setelah Aran memarkirkan mobilnya di parkiran khusus mobil, cowok itu langsung menghampiri Ocha di parkiran motor yang ternyata juga ada Geral.

"Cha, ayo!" ajak Aran

Ocha menoleh, "Lo duluan, gue ada perlu"

"Ada perlu sama cowok berandal ini?" tanya Aran yang mendapat anggukan dari Ocha.

"Iya, kenapa?! Gue ada perlu sama dia. Lo pergi dah! Jangan ikut campur" usir Geral.

"Nggak, gue tunggu disini. Gue nggak akan biarin lo macem-macem sama dia!" tegas Aran lalu menoleh pada Ocha, "Boleh kan, Cha?" tanya Aran.

Ocha mengangguk saja lalu kembali menatap Geral, "Ada perlu apa?"

"Nggak jadi!!" ucap Geral ketus lalu pergi.

"Ayo, Cha" ajak Aran lagi.

Aran mengantar Ocha sampai di depan kelasnya, membuat pandangan mata hampir semua siswa mengarah pada mereka berdua. Terdengar juga bisik-bisik memuja dari siswa maupun siswi disana.

Ocha masuk ke dalam kelas menghiraukan Aran yang ingin berbicara. Jujur saja, cewek itu sedikit tidak nyaman dengan pandangan beberapa guru yang mulai memperhatikan mereka juga.

"Cha, demi apapun!" heboh Sesil saat Ocha baru saja masuk kelas.

"Nggak usah lebay, Sil" ucap Sena.

Sesil mencebik, "Ini tuh keajaiban, Na!"

Ocha memutar bola matanya, "Makin lebay"

"Na, ih!!"

Sedangkan yang dibicarakan sejak tadi sudah tidur dengan menelungkupkan kepalanya di meja, tak menghiraukan perdebatan mereka berdua.

~

Ocha meletakkan paper bag diatas meja Geral, cewek itu terpaksa mengembalikan jaket Geral dengan cara seperti ini karena Geral membolos sejak pagi. Hanya tasnya yang tersisa di kelas. Kata Sesil cowok itu hanya akan masuk kelas saat ada ujian saja.

"Ayo, Cha!" ucap Aran setelah Ocha keluar dari kelasnya. Mereka berdua kemudian berjalan bersama menuju parkiran.

"Nanti malam ada acara?" tanya Aran

"Enggak"

Aran tersenyum, "Keluar yuk, pumpung malam minggu, rame"

Ocha nampak berpikir, "Gue izin dulu"

Aran menggangguk masih dengan senyumnya, "Iya" sepertinya rencananya akan berhasil.

~

Disinilah Ocha sekarang, di sebuah cafe bernuansa putih yang sangat ramai oleh pengunjung. Aran bilang cafe ini sangat hits di kalangan anak remaja di kota ini, jadi tidak heran jika ramai. Hal itu ditambah dengan hari ini adalah malam minggu, dimana banyak remaja yang berkunjung. Jujur saja Ocha sedikit tidak nyaman berada di keramaian seperti ini, tapi ia tidak enak dengan Aran yang sudah mengajaknya.

"Jadi, kenapa alasan lo pindah ke sini?" tanya Aran membuka obrolan.

"Ikut orang tua"

Aran mengangguk-angguk mengerti, "Bakal pindah lagi?"

"Belum tau"

"Cha" panggil Aran

Ocha mengangkat kepalanya dengan isyarat bertanya ada apa.

"Lo cantik"

Ocha mengernyit kemudian menatap dirinya sendiri, "Biasa aja" ucapnya datar.

Aran tertawa renyah, "Lo emang beda," aran menjeda kalimatnya, "Biasanya kebanyakan cewek kalau dipuji cantik sama cowok bakal malu-malu," Aran menyeruput kopinya kemudian kembali berbicara, "Gue jadi makin yakin"

Ocha mendengus dalam diam, pujian klasik. Tidak kreatif.

"Yakin apa?"

Aran dengan cepat menggeleng, "Enggak apa-apa, yakin aja kalau lo emang beda" kemudian tersenyum manis.

Ocha hanya mengangguk-angguk saja, pandangannya fokus pada pertunjukan mini live music di cafe tersebut.

Aran mengikuti arah pandang Ocha, "Lo suka musik?"

"Suka" jawab Ocha datar.

Aran tersenyum kemudian kembali bertanya, "Lo bisa nyanyi?"

"Enggak"

"Kalau gue nyanyiin mau?" tanya Aran sambil tersenyum manis.

Ocha reflek menengok pada Aran mendengar pertanyaan cowok itu, "Lo bisa nyanyi?"

Aran tertawa renyah mendengar jawab polos Ocha, "Lumayan, nggak bagus-bagus banget juga. Lo mau gue nyanyiin?"

"Boleh" jawa Ocha seadanya.

Aran tersenyum, "Gue kesana dulu. Lo dengerin disini" setelah mengatakan itu Aran berjalan menuju mini stage tempat live music tersebut.

Aran nampak berbicara dengan sang vokalis kemudian mengambil alih duduk di tempat sang vokalis tersebut. tidakan cowok itu langsung mendapat sorakan antusias dari para pengunjung perempuan.

Aran memperbaiki duduknya, "Gue persembahkan lagu ini buat orang spesial yang menemani gue malam ini" ucapan Aran menambah volume sorakan dari para pengunjung.

Pemain gitar mulai memetik gitarnya, khas pertunjukan akustik. Menampilkan intro lagu yang langsung membuat para pengunjung berteriak.

"Waktu pertama kali"

"Kulihat dirimu hadir"

"Rasa hati ini inginkan dirimu" Aran memfokuskan pandangan matanya pada Ocha yang juga menatapnya.

"Hati tenang mendengar"

"Suara Indah menyapa"

"Geloranya hati ini tak ku sangka"

"Rasa ini tak tertahan"

"Hati ini slalu untukmu"

Para pengunjung cafe melambai-lambaikan tangan mereka, menikmati suara Aran yang jauh dari kata biasa, suaranya sangat merdu dan indah di dengar. Menikmati lantunan tulus dari hati cowok yang menyanyikannya.

"Terimalah lagu ini dari orang biasa"

"Tapi cintaku padamu luar biasa"

"Aku tak punya bunga"

"Aku tak punya harta"

"Yang kupunya hanyalah hati yang setia"

"Yang kupunya hanyalah hati yang setia"

"Terimalah cintaku yang luar biasa"

"Tulus padamu" Aran mengakhiri lagunya dengan tersenyum manis menatap Ocha.

Tepukan penonton riuh terdengar, puas dengan nyanyian luar biasa dari Aran yang sangat menyentuh hati mereka.

Aran berdiri dari duduknya masih dengan membawa microphon, "Aku tau kita kenal masih sebentar," Aran menatap Ocha lekat, "Tapi dalam waktu sebentar itu, aku ngerasa cinta ini hadir," Aran menjeda kalimatnya, "Dan seperti cinta-cinta yang lain, aku ingin cinta ini sampai pada labuhnya", Aran terseyum manis, "Aku ingin cinta ini merasakan bahagianya,"

"Can you be my girlfriend, Ocha?"

_______

OchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang