67: Be mine

159 6 4
                                    


"Ya, jadi terlihat tulang rusuknya retak, Anda bisa lihat gambar ini"
Dokter memberikan hasil Rontgen setelah mereka menunggu tadi.

Arin ikut di sana dalam penjelasannya.
Melihat hal ini ia jadi merasa begitu sedih, pasti benturan karena kapal yang membuat ini terjadi.

"Ah pantas saja dada ku sakit"

"Kenapa gak bilang dari awal!" Marah Arin pada Evans di saat itu juga. Ini bisa berakibat buruk jika tidak di ketahui.

"Apa alat vitalnya baik-baik saja dok?"

"Syukurnya iya, tapi beberapa luka lama yang terbuka terlihat sulit mengering. Aku harap tuan Evans berhenti dulu makan yang manis-manis, karena itu bisa menghambat penyembuhan luka"

Benar, jika di pikir lagi Evans terlalu banyak makan permen beberapa bulan ini untuk mengatasi sakaunya.

"Akan ada obat yang aku buat resepnya, akan lebih baik banyak makan buah tuan Evans"

"Baik dokter terimakasih banyak"

Setelah mendengar penjelasan dokter Arin berada pada perasaan lega juga khawatir, pria gila ini yang notabenenya suami idaman mengabaikan rasa sakit dan hal darurat. Jika  sesuatu terjadi pada Evans bagaimana? Apa pria ini tahu ia sangatlah khawatir? Nampaknya tidak.

"Kenapa kamu gak bilang kalo dada mu sakit?" Protes Arin sudah mulai keluar.

"Karena rasanya cuma nyeri"
Jawaban santai Evans makin menyulut emosinya.

"Tapi rusuk mu paataaahh!"
Geram Arin kesal, jika semakin parah akan Arin tahan dia di rumah sakit apapun keadaannya. Evans bodoh.

"Iya iya baiklah maafkan aku, aku akan mengatakan apa yang aku rasakan nanti" Untungnya ia tahu bagaimana cara untuk menyelesaikan hal ini.

Meskipun begitu, setidaknya ada banyak hal yang bisa Arin syukuri. Evans meraih tangan Arin dan menggenggamnya saat mereka masuk ke dalam lift.

"Kita akan menebar bunga di laut besok, kamu mau ikut?"

Arin mengangguk, sebagai bentuk duka kepada mereka. Evans memberikan ganti rugi untuk keluarga yang telah di tinggalkan.
Mereka berharap roh mereka akan di terima Tuhan dan sampai pada tempat terbaik.

"Caya akan menikah dengan Felix Nealson. Kita akan datang ke pernikahan mereka"
Sekadar memberi tahu saja, Arin tidak mungkin akan lupa.

"Benarkah, kamu sudah pastikan wanita itu tidak menjadi tameng. Jangan lupa aku pernah bilang jika Felix adalah gay"

"Berhenti berpikir buruk. Jika dia mau menikahi Caya berarti dia normal Evans"

Evans hanya menatapnya dengan pandangan ketidaksetujuan. Sedangkan Arin langsung membuka pintu saat sampai di apartemen mereka.

Baru tiba dan ia merasa lapar, mereka memang belum sempat mengisi perut di jam makan siang. Itu bagus, karena Evans juga harus meminum obatnya untuk pemulihan.

Arin membuat kimbab, untuk saat ini hanya itu makanan termudah dan tercepat yang bisa ia masak, lagipula ia juga sudah merasa kelaparan.

Mereka memulai makan setelahnya.

"Kamu tau, aku tidak terlalu menyukai rumput laut"

"Benarkah, kenapa? Ini enak padahal"

"Mungkin bukan seleraku. Tapi ini memang Enak. Kamu tau saat aku tinggal sendiri aku lebih sering memasak spaghetti dan bola daging. Itu terasa lebih masuk akal di lidah dan perutku"

Ah benar, Evans menghabiskan masa remajanya di Italia, dia lahir di sana kan.
Meskipun begitu Evans tetap melahap semuanya, dia makan dengan baik meskipun sedang sakit.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang