• 03| [Supply Runner] •

254 20 0
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


----


Sorry kalo ada typo yaa...
Kalo ada playlist yang vibesnya kaya dystopian boleh share di komen

----

"Aku nggak mungkin sependek ini!"

Cass tidak bisa berhenti mengeluh. Air bening mulai lolos begitu saja dari kedua matanya. Gadis itu tetap mencoba untuk melompat menyelamatkan diri seraya menyikut, melempar pukulan, namun sangat sulit baginya memukul dari arah yang berlawanan.

Mungkin sekarang dia bisa menyerah.

"ROLEX! AKU MAU KAMU TAU, AKU SUKA SAMA KAMU UDAH DARI DULU!"

Crasshh!

"Shit!"

Awalnya gadis itu mengira walkers lain mengikuti suaranya. Tidak. Jelas-jelas dia mendengar seorang berlari dari belakang dan setahunya walkers tidak berlari. Nampaknya seseorang melompat untuk menusukkan sebilah pisau di leher walker itu dua kali dan pada tusukan yang ketiga tepat di mata kanan walker berbadan besar itu. Darah hitam menyembur mengenai rambut cepak milik Cass.

Badan tinggi dan gempal itupun runtuh seketika bersama pisau yang tertancap di matanya. Cengkraman dilepaskan sebelum gigi kotor menyentuh kulit lengan gadis itu. Cass juga ikut terjatuh, namun dengan sigap meraih senjata dan berbalik arah untuk melihat siapa yang membunuh walker itu.

Jane dengan tangan berdarah hitam dan Lingga yang tampak pucat pasi berdiri di belakang bersender rak. Jane menarik kembali pisau yang masih tertancap di mata walker lalu berjalan mendahului Cass tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Umm ... thanks?" ucap Cass ragu jika sepertinya Jane tidak peduli dengan itu.

Dia pernah berkata bahwa 'terimakasih' itu bukan apa-apa, suatu saat mereka akan menjadikannya kambing hitam atas sikap buruk dan 'terimakasih' sudah tidak bernilai. Cass langsung menghampiri Lingga dan mengajaknya mengikuti kemana gadis punk itu melangkah.

Aku nyesel bilang tadi-batin Cass mengeluh. Untung saja yang mendengar itu hanya Jane yang tidak peduli dan Lingga yang hanya sebatas memahami, bukan Dixon apalagi Jack, kalau dua orang itu mendengar jika Cass menyukai Rolex bisa jadi badut bulanan dirinya.

"Aku tau Jane emang ganas, tapi kamu jangan muntah dulu!"

Cass cukup prihatin melihat kondisi Lingga memegang perut dengan tatapan yang sayu dan wajah pucat, sepertinya ingin muntah saat itu juga.

"Emang kenapa kalau muntah sekarang?"

"Karena aku udah nahan muntah dari tadi, aku rela nelan muntahan ku sendiri. Jadi kamu jangan muntah atau aku bakal ikut-ikutan." Tak ada yang lebih mengganggu dari Cass yang memperagakan bagaimana ia menelan ludahnya sendiri membuat Lingga jadi semakin mual. Padahal gadis itu hanya memberi lelucon untuk menyemangati Lingga.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang