_______"Dixon! Udah! Ini terlalu berlebihan!"
Dixon tidak pernah mengindahkan apa yang dua perempuan ini sedang bicarakan. Tentunya mereka ingin Dixon menghentikan aksinya. Padahal laki-laki itu tidak pernah meminta ditemani. Dixon memandang sebagian lobi yang luas ini sudah terbakar dengan kobaran api meninggi.
Laki-laki itu mendengus kesal. Mereka baru saja ingin pergi dari sana, meski sejujurnya dia belum merasa puas. Masih banyak yang ingin dia bakar, bukan hanya sekedar sisi kanan lobi dan kardus serta rak kayu di sana, sementara sisi lainnya masih tidak terkena kerusakan parah.
Dixon tidak bisa bertindak lebih semenjak Ruby mulai batuk-batuk karena asap yang ditimbulkan.
Mereka berbalik hendak pergi sampai Dixon akhirnya berhenti lagi. Dia menoleh ke kiri, terdapat satu spot aneh yang tertangkap di sudut mata.
"What again?" Mary menoleh ke belakang.
Dixon ikut berbalik badan untuk memperjelas pengelihatannya. Mereka sedikit tersentak tatkala mendapati Jack berdiri di seberang kobaran api. Sehabis turun dari tangga. Menatap tajam ke arah Dixon. Jack tidak menampakkan keterkejutannya saat ada yang menyulut api di dalam bangunan ini. Tentu saja bukan ulah Rolex seenak jidat memerintah, tapi laki-laki itu yakin memang si ceroboh Dixon yang menginginkannya.
"Jack?!" Ruby melotot kaget begitu juga Mary.
Sekarang apa? Diantara Dixon dan Jack, mereka malah sibuk memaku tatapan membunuh satu sama lain. Mary jadi lebih khawatir, bagaimana pun juga dia paham masalah Jack-Dixon lebih menyesakkan daripada yang orang kebanyakan tahu-bahkan Cass sekali pun.
Ruby dan teman-teman baru hanya memandang Jack dan Dixon sebagai sahabat lama yang beruntungnya tidak terpisahkan semenjak datang wabah mematikan.
Namun, Mary lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua jauh sebelum ini.
Masalah pribadi yang sudah lama dipendam berlalu-lalu ...
"Dixon?" lirih Mary di belakangnya. Sementara tangan laki-laki yang dipanggil terkepal kuat.
... akhirnya terbuka lagi menjadi awal yang baru.
Dan gadis itu melihat dari sorot matanya sendiri, bahwa reaksi Dixon kini sama seperti dulu. Sama seperti saat-saat sebelum pandemic dimulai. Sama seperti saat Dixon memiliki mahkota dan lima pasukannya.
Untuk membunuh psikis Jack setiap kali ada kesempatan.
***
BRAKK!
Pintu rooftop bergetar hebat tatkala satu tendangan menerabas. Lemari tumbang bergeser saat seseorang dari luar mendorong paksa. Pria tanpa jaket kulit yang sering menemani, dengan luka bakar di setengah tubuh jangkungnya. Memaksa untuk masuk ke dalam sembari berteriak kesakitan.
Dengan background sisa api membakar setengah rooftop serta bangkai para crawler. Pria itu masuk ke dalam kegelapan. Berjalan sempoyongan karena luka bekas goresan kuku crawler ada pada dada bidangnya.
Carter beruntung cabikan pada tubuhnya tidak sedalam dan selebar hingga nyawa melayang. Namun, itu cukup untuk membuat dirinya pendarahan. Sebagian kulit wajah melepuh akibat luka bakar. Pria tua itu bersandar pada dinding gelap.
"Look at you ... ."
Napas Carter tersengal-sengal. Dari Sorot matanya menyimpan dendam. Sementara tangan menggenggam erat revolver dengan tiga peluru sisa, sebelum melanjutkan kalimat dengan vokal parau.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEREAFTER ✓
AventuraCompleted story✓ Setelah upaya bertahan hidup dari maraknya wabah mematikan mayat berjalan-yang mereka sebut walkers. Bangkit mutasi baru yang menciptakan makhluk perangkak yang tinggal di kegelapan. The Night Crawler. Salah satu dari mereka berkhia...