• 33| [Gasoline] •

71 8 0
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______

"Woy! Ada sesuatu yang mau aku kasih tau ke kalian!"

Setelah pintu gerbang dikunci dengan sempurna, shutter ditutup, langkah kaki dari luar terdengar menjauhi kamar. Cass harus memastikan si penjaga yang mengantar pergi dahulu sebelum membicarakan sesuatu amat rahasia.

Sebagian dari mereka duduk di depan fire pit, sisanya memilih berbaring di atas kardus melepas penat seharian dipekerjakan. Tentunya dengan segala cercaan dan umpatan, seolah tidak sengaja batuk pun langsung diterjang smack down.

Apalagi ditambah banyak makanan tergantung seberapa keras orang di sini bekerja. Maka Cass tidak heran mereka murung hampir setiap saat. Setiap malam. Mereka membuat ilusi indah dalam kepala sebelum khayalan itu ditindas oleh mimpi buruk, sekaligus realita tatkala pagi mulai datang.

Dan saatnya merubah itu semua.

"Kita bisa keluar dari sini!"

Tidak ada yang mengindahkan sampai kalimat itu muncul ke permukaan. Rolex, Mary, Dixon, Ruby dan lainnya menoleh nyaris bersamaan. Sulit dipercaya, harapan dan kegagalan apalagi yang akan bertamu setelah satu orang mati?

Cass menarik salah satu kursi yang mengelilingi api. Dixon sudah duduk di sana sejak pertama kali mereka dienyah ke dalam. Kursi berdecit. Rolex, Mary serta Ruby juga mengambil tempat duduk masing-masing.

"Apa maksud mu?" Rolex mengernyit.

Cass sedikit mencondongkan tubuh. "Jane sama Heather ada di sini."

"The fuck?! Serius kamu, Cass?!" Dixon langsung bersemangat seiring berita itu masuk dan dicerna dalam otaknya.

Rolex balas menautkan sebelah alis. "Heather?"

"Yeasss!" Mary juga ikut memekik kegirangan. "Dimana? Dimana? Please, bilang mereka baik-baik aja!" Gadis itu mengeratkan kedua telapak tangan. Semoga dua orang yang sedang jadi perbincangan aman di suatu tempat.

Cass mengangguk mantap. "Mereka baik-baik aja di gudang belakang. Di samping kebun." 

"Wait. Heather? Jadi kamu lama di gudang karena mereka?"

Seluruh pasang mata mengarah ke Ruby. Gadis itu seperti sedang memikirkan satu hal begitu nama yang tidak asing disebutkan.

"Kamu kenal Heather?"

Atau mengingat sesuatu. "Heather Edward?" Jelas Ruby memastikan bahwa orang yang mereka maksud itu sama. "Bocah? Rambut pendek? Pinter tapi nggak sopan?"

Mereka mengangguk kompak saling menatap satu sama lain.

"Oh! Kurang ajar. Dia pasti adik mu." Dixon menunjuk Ruby, menyembur dengan asumsi yang kelewat salah tapi juga percaya diri.

Si kuncir ekor kuda mengelak. "Enggak, bukan, dia bukan adik ku, tapi aku kenal dia."

"So?" Kini seluruh perhatian mereka diajukan pada Rolex. "Apa yang harus kita lakuin untuk keluar dari sini?"

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang