Completed story✓
Setelah upaya bertahan hidup dari maraknya wabah mematikan mayat berjalan-yang mereka sebut walkers. Bangkit mutasi baru yang menciptakan makhluk perangkak yang tinggal di kegelapan. The Night Crawler.
Salah satu dari mereka berkhia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Finally ada waktu up lagi. Happy reading!:3
-———-
"Kamu kalo gila pergi tidur aja sana!" tandas gadis rambut cepak. Dia beranjak untuk menggertak. Matt, Dixon dan Ruby terkesiap.
"Kamu mau selamanya ada di sini, Cass? Karena aku bakal pergi," desak si pirang. Nadanya direndahkan ketika menyadari terlalu keras untuk sebuah rahasia.
Cass menyatukan alis. "Tapi, kalo kamu mau gabung mereka, tandanya mungkin kamu harus butuh kor—"
"Korban! Aku tau!"
"Kalo gitu, kenapa kamu masih mau pake cara itu?! Siapa yang bakal kamu korbanin, Jack?!" Cass menyilangkan tangan bersender pada kursi.
"Kamu ini nggak maksud, ya Cass?!" Laki-laki itu mengerang lalu mengacak rambutnya. Sedikit frustasi. Sementara Dixon, Matt dan Ruby hanya memantau perdebatan—jangan sampai mereka adu jotos.
"Kalo kamu nggak ngorbanin satu orang, kamu mau semua orang mati waktu kita berencana kabur?! Mereka itu butuh distraksi!" Jack menahan napas sebelum menuju poin selanjutnya.
"Masalahnya, satu korban itu, Jack. Siapa yang rela? Kita semua temen, anjing!"
"Kamu pikir kalo kita nyelonong pergi gitu aja, nggak bakal ketahuan penjaga?! Bahkan kamu nggak tau dimana mereka naruh kunci sialan ini!"
"Bahkan kamu juga nggak tau rencananya bakal—"
"AKU TAU!" sela Jack buru-buru. Hening perlahan merambat tatkala tatapan mereka tidak lagi bertemu.
"Apa susahnya, sih Cass? Hah?! Kamu tinggal minta izin ke Carter—buat dia percaya. Jalanin trial. Dapet senjata dan direkrut jadi bagian dari bajingan itu. Buat distraksi—kamu nggak bisa buat distraksi kalo kamu dikurung di tempat ini semaleman. Curi kunci. Keluar malam biar nggak ketahuan. Heather's trick—"
"Aku ikut."
Jack, Cass, Ruby dan Matt nampak sedikit tersentak saat dua kalimat keluar dari mulut Dixon.
"Setelah ngejalanin training dan bisa pegang senjata, aku bunuh mereka semua." Tatapan tidak jauh dari api di depannya.
Jack memalingkan wajah, kening berkerut. Ragu? Jelas. Setelah Dixon si gegabah mengambil pukulan pada penjaga, alhasil mereka berakhir di penjara bawah tanah— membuat keraguan berada tingkat lebih tinggi dari sebelumnya. Tapi, whatever.
