• P r o l o g u e •

676 34 1
                                    

Selama kurang lebih tiga tahun dunia sudah tidak sama seperti dulu lagi. Tidak peduli seberapa banyak mimpi yang harus terkubur, tidak peduli seberapa banyak kehilangan orang tersayang, dan tidak peduli seberapa banyak yang terluka dan kelaparan di luar sana. Semua kesedihan melebur menjadi satu.

Beberapa orang memilih mengakhiri hidup, sisanya memilih untuk mempertahankan karena memang tidak ada masa depan yang cerah. Hidup hanya untuk bertahan setidaknya hingga napas mereka ditelan oleh takdir dan melahirkan mereka kembali dalam bentuk yang berbeda.

Debu mengudara terbawa arus angin yang lumayan kuat. Terlihat beberapa bangunan dengan kaca pecah tidak akan ada lagi orang yang akan mengorbankan diri untuk merenovasinya. Jalanan yang penuh dengan bangkai mobil terlihat menghalagi lalu lintas. Beberapa tempat nampak terbakar bersama para mayat yang mulai menghangus di dalamnya.

Terdengar suara letusan dari sebuah senapan berulang kali yang mengundang beberapa makhluk yang dulunya manusia itu berjalan tertatih-tatih mengikuti suara tersebut. Makhluk itu tidak lagi hidup maupun mati. Mereka berjalan tidak punya tujuan, menginfeksi siapapun manusia yang masih tersadar pada pikirannya. Virus yang tidak diketahui darimana asalnya itu sudah menyebar hampir ke seluruh belahan dunia. Hanya perlu kematian untuk mengubah manusia menjadi makhluk tersebut.

Mereka menyebutnya walkers.

***

Seorang gadis berambut cepak tengah duduk di depan sebuah cermin yang memantulkan wajahnya. Terlihat beberapa goresan kering di sekitar pelipis dan rahangnya yang didapat minggu lalu akibat mempertaruhkan diri di luar sana mencari pasokan makanan dan minuman hanya untuk bertahan hidup. Seseorang lain memasuki ruangan yang dipenuhi oleh rak buku tersebut dimana gadis berambut cepak itu berada.

"Cass, mereka udah siap. Sebenarnya aku mau ikut, tapi mereka minta aku stay di sini lagi sama Cleo."

Gadis berambut ginger itu masuk membawa tas berisi perlengkapan seperti sebotol air dengan sepotong roti sisa dan beberapa pisau atau benda tajam lainnya.

"Thanks, Mary."

Gadis yang diketahui bernama Marilyn Franklyn dengan panggilan singkat 'Mary' itu mengangguk. Cass melewatinya begitu saja mengambil senjata yang akan dia gunakan : pemukul baseball dengan puluhan paku menancap di ujungnya. Gadis tomboy itu keluar dari perpustakaan menyusuri koridor untuk bertemu teman-teman yang juga akan ikut dengannya.

"Jangan ada yang kena! Aku nggak mau ada yang mati lagi." Vokal Mary dari depan pintu perpustakaan memantul di sepanjang koridor menarik atensi Cass sebelum menuruni tangga.

"Then, let's war."

---

Selamat datang di cerita pertama ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang di cerita pertama ku. Cerita yang aku tulis ulang di akun yang berbeda

Semoga suka. Gak usah komen kalo males ketik, cukup tekan bintang aja udah buat penulis seneng.

See you in next chapter!🔥

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang