• 34| [Closed Door] •

64 9 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Rolex!"

Jack melempar asal senapannya, lagipula dia belum tahu cara menggunakan benda itu. Melompat dua meter ke lantai di mana tempat Rolex menunggu. Laki-laki yang dipanggil beranjak menghampiri Jack dan jeriken merah di tangannya.

"Here's the thing." Jack yang ini sedikit beda dari yang terakhir mereka bertemu. "Kamu ke ruangan Carter, curi kunci yang gantung deket lemari besi. Di sana juga ada sistem PA yang bisa kita pake untuk hidupin speaker di luar."

Laki-laki itu mendekati tepian, memandang para walker di luar benteng tanpa tujuan. "Untuk mancing mereka dateng ke sini. Setelah semua anggota Dominator ke atas nembak mereka, baru kita bisa keluar."

Rolex mengangguk paham sebelum dia bertanya, "Lewat mana?"

Jack berjongkok di samping dinding setinggi dua meter itu. Tangannya menyentuh pipa besi berbahan aluminium yang merekat pada sisi bangunan, menjuntai ke bawah. Meski samar Rolex masih bisa melihat ada retakan serta lubang besar yang mengarah ke salah satu ruangan.

Matanya memicing. Ada sesuatu yang menghalanginya.

"Kamu lihat itu! Lubangnya ditutupin sama poster iklan." Jack menggoyangkan pipa memastikan benda itu masih kuat. "Kamu bisa ke sana." Laki-laki itu melangkah berbalik arah, pandangan dipaku ke satu spot.

Lalu mengangguk. "Mumpung Carter masih di pos depan sama sebagian pasukannya."

Rolex menyatukan alis kritis. "Gimana kalo ada orang yang masuk untuk matiin speakernya?"

"Kamu sembunyi, Lex. Jangan keluar sampe aku dateng ngajak orang itu ke atas."

Rolex mendadak menatap tajam. "Kasih tau aku kalau ini bukan permainan mu lagi kaya sebelumnya." Masih terbesit rasa tidak percaya di setiap tindakannya.

Yang benar saja. Jack menatap jengah. "Kalo waktu itu aku nggak main-main, mungkin aku nggak akan bisa kesana-kemari. Mungkin aku nggak bisa bikin rencana. Mungkin aku nggak bisa nolong kalian."

Ada sedikit jeda.

"Cass nggak bakal percaya kalo dia tau aku yang buat rencana. Kamu pikir Dixon nggak bakal ngehajar aku kalo dia ada di posisi mu?! Kamu pikir Owen si bapak-bapak itu bakal selamat kalo dia petakilan?!"

Jack menarik napas.

"Kamu satu-satunya yang netral, njing."

Rolex menyatukan alis, menimbang semua informasi yang sudah dirangkum. Mencari seluk beluk kebohongan dalam mimik wajah si dirty blonde. Jack ini manipulator handal, nyatanya semua penjaga di rooftop pergi entah kemana karena termakan kata-kata—

"Fine! Sampe kamu bohong—"

"Silahkan bunuh aku."

***

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang