• 21| [Plan A] •

160 10 0
                                    

Setelah lama nggak nulis karena mood, akhirnya bisa kelar part ini:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah lama nggak nulis karena mood, akhirnya bisa kelar part ini:)

Happy reading!

-———-

"Bisakah kamu mencuri lebih banyak dari itu, Blair?!"

Suara berat, dalam dan serak itu muncul begitu pintu terbuka, di belakang seorang yang asik menyantap makanan curian. Tatapan Carter menajam, sementara Blair refleks menjatuhkan makanan kaleng di genggaman. Pria itu mundur ketakutan. Napasnya entah kenapa memburu.

Ketegangan merambat naik.

Ini baru pagi hari, terlebih ini hari pertama Cass berada di tempat antah berantah tengah hutan. Cass tidak bisa memposisikan diri sebagai Blair yang ketakutan akan kedatangan Carter. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sebuah janji diingkari, dan bagaimana sebuah ingkar tertangkap basah.

Blair membuka mulut untuk menjawab, sebelum menutupnya lagi. Mungkin terlalu gugup dan tidak tahu apa yang sebaiknya dikatakan. Karena dari iris mata Carter seperti tidak ada pengampunan.

"Car ... a-aku ... minta maaf, Carter. Kalian ... gak beri aku se-suatu untuk di ... makan." Sepertinya dia tahu, bahwa Carter benci suatu permasalahan tanpa alasan. Minimal pertanyaan dijawab.

"PEMALAS! Kamu lebih pecundang dari anak di bawah umur, Blair! Itu alasan kami berpikir dua kali untuk memberi mu makanan, sialan!" Satu kaki berada di depan kaki lainnya.

Blair menunduk mengalihkan pandangan, jangan sampai menatap matanya. Tanpa dia sadari bersembunyi dibalik alibi tolol yang tidak bisa ditoleransi membuat seorang Carter makin terbakar emosi.

"Dan kamu lemah, tidak bisa berpegang teguh pada perjanjian! SESUATU YANG BISA MENGHANCURKAN KOMUNITAS INI!"

Bugh!

Pukulan yang didapat rahang Blair cukup kuat untuk membuat pemiliknya tersungkur keras ke tanah. Setelah jatuh telungkup, Carter menginjak kakinya. Berulang kali. Tak ada bunyi patahan ketika salah satu kaki berbentuk janggal. Tangisan terdengar berlomba dengan teriakan, memancing walkers di luar pagar. Tapi Carter yakin ini cukup aman.

Tidak bisa dihitung berapa kali Blair mencoba mengulang kalimat yang sama. Maaf, beri aku kesempatan. Mohon, berhenti—tapi si pencuri tidak pernah bisa mengakhirinya. Hantaman mendarat keras di wajah, bulir-bulir merah gelap dan kental mengalir dari hidungnya.

"Too-long ...!"

Bruk!

Wajah membentur dinding meninggalkan bercak darah tatkala Carter menarik rambut lalu menghempasnya. Blair kembali jatuh. Tangan kurus kering tidak bisa melakukan perlawanan, kaki yang patah membuatnya tak bisa berdiri. Dia nyaris seperti walker. Ditambah suara serak diam-diam menenggelamkan dalam rasa sakit tiada habis.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang