• 41| [Imbroglio] •

69 9 0
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_______

DOR!

Cass memejamkan mata. Ketika membuka, semua orang tidak bergeming. Setidaknya saat mereka melihat siapa yang akan mati tertembak kali ini. Atau mati karena infeksi yang menyebar ke urat nadi.

Jack.

Tahu-tahu pemuda itu sudah berbaring di tanah rerumputan kering. Sebentar lagi dia pergi, sama seperti semua orang yang Cass tidak ingin mereka pergi.

"Jack?!" Rolex mengedarkan pandangan untuk melihat sniper mana yang melakukan hal tersebut.

"Take cover!" titah Heather sembari menarik pergelangan tangan laki-laki itu untuk menyadarkannya.

Mereka hanya berbalik ke sisi yang berbeda, masih di sekitar bangkai mobil karena sang penembak diduga berasal dari bangunan yang sudah porak-poranda. Sejauh apapun Rolex mencuri pandang, setajam apapun netra menembus mustahil dia tahu siapa pelakunya.

Mereka merunduk. Seolah ada perjanjian menatap satu spot yang sama—sementara yang ditatap balik memandang angkasa, seiring merasakan peluru merobek kulitnya, darah merembes keluar, dan virus perlahan menyatu dalam tubuhnya. Merebut otak dan nyawa satu-satunya. Dada naik turun dengan tempo cepat segera meraup oksigen yang ada.

Sakit.

Angkasa kian menggelap, bahkan bintang pun enggan menampakkan diri untuk dilihat terakhir kali—oleh orang yang selama ini mungkin salah.

"Apa yang harus kita lakuin?! Apa kita harus nolong dia?!" Ruby setengah panik. Niko menangis lagi. Rolex dan Heather saling adu pandang nampak sulit memutuskan.

Empat meter dari mereka, ada orang yang menitikkan air mata, siap menyambut ajal.

Cass tetaplah Cass. Sebenci apapun gadis itu pada Jack—sampai ingin menghajar habis—dia tetap tidak bisa menyaksikan temannya mati lagi. Tidak setelah Dixon dan Mary tak kunjung kembali dengan raga utuh mereka.

Gadis itu meremas tanah. Cass tarik semua ketidakpercayaan dan kebencian yang sempat singgah.

"Jack nggak manggil kita untuk minta pertolongan ..."

Semua orang menoleh.

"... karena dia tau ..." Cass menelan ludah, "terlalu mustahil untuk selamat."

Kemudian gadis itu beranjak. Tidak peduli akan ditembak pengecut mana yang bersembunyi ditemani seonggok senapan.

"Cass!"

Cass menjatuhkan diri di samping Jack yang berbaring lemah. Wajahnya lebam penuh luka tak karuan. Masih sulit bernapas. Urat-urat kehitaman nampak menonjol dari kulitnya. Kedua mata Jack nyaris diselimuti selaput berwarna abu-abu, padahal ada air mata yang baru saja tumpah.

Persis seperti para makhluk yang kini bergemuruh mengelilingi pagar berkawat Dominator.

Gadis itu terisak.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang