• 16| [The Day Has Passed] •

159 11 0
                                    

-———-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-———-


Braakk!-

Ketika pintu tidak kunjung dibuka. Mungkin dalam hati Jack yang sombong dan selalu merasa benar, terbesit doa agar dugaannya kali ini salah. Sebelum itu Cass juga sudah menyuruhnya segera membuka pintu. Namun, disini lah mereka, terperangah tepat ketika menginjakan kaki di lantai ini.

Setelah Dixon mendobrak pintu secara paksa, setelah tidak ada yang tersisa di sudut ruangan, dan dalam lemari besar hanya berisi satu botol air dan dua potong roti. Dari minyak tanah, tambang, beberapa botol air dan makanan kaleng untuk stok minggu depan habis di bawa pergi.

"Sial! Aku nggak tau harus gimana lagi." Untuk mengetahui itu secara pasti membuat Cass cukup frustasi.

Gadis itu bersender pada tembok sebelum akhirnya merosot ke bawah. Tatapan sayu bahkan terlihat seperti menitikkan air mata dibalik poni yang acak-acakan.

Semua upaya yang mereka lakukan untuk mengumpulkan supplies nyatanya sia-sia jika salah satu dari mereka adalah penghianat.

"Tapi, nggak papa. Akan selalu ada penghianatan."

Rolex mengedarkan pandangan untuk melihat reaksi teman-temannya, haruskah dia memimpin untuk terus bangkit meskipun dia juga memiliki jiwa pesimis? Hingga tatapannya bertemu dengan Heather, sudah beberapa kali harus diakui bahwa anak itu benar.

Dan sekarang, lelaki itu harus beradu antara otak dan hatinya. Dimana otak yang memimpinnya untuk terus bangkit, karena tanpa makanan dan air mereka tidak akan bisa bertahan. Tapi ketika hatinya melihat mereka membuat dirinya yakin tidak ada harapan.

"F*CKING B*TCH!!!" teriak Dixon tak kuasa menahan amarah. Lelaki itu melempar topinya ke sembarang arah, lalu menendang meja di sekitar membuat Mary yang diam-diam menangis terlonjak kaget.

Braakk!

Bruk!

Bruk!

Patahan meja lapuk berceceran tatkala Dixon dengan kekuatan kaki menginjaknya berulang kali. Melampiaskan segala emosi pada benda tak bersalah di sekitarnya. Mata laki-laki itu merah, menatap nyalang semua hal, urat-urat di lehernya mulai terlihat, dan rahang yang mengeras.

"KALO KITA KETEMU LAGI, AKU SUMPAH AKU MAU MEMPERK*SA KAMU MESKI KEPALA MU KU PENGGAL SAAT ITU JUGA!"

Semua tertegun. Jane mulai menyulut api di ujung rokok sebelum pergi meninggalkan ruangan itu. Dengan santai menuju ke rooftop-tempat dirinya bisa menenangkan diri.

Seberapa jauh mereka bisa menerima, seberapa jauh mereka mencoba untuk kuat, pada akhirnya mereka tetap mampu menyerah pada keadaan.

***

Tidak perlu menjadi penjaga kasir untuk tahu siapa pemilik jejak sepatu kotor yang datang dari luar menuju lemari es. Gadis itu mengambil minuman isotonik, berjalan ke kasir langsung meneguk minuman sekaligus memberi uang pada wanita di depannya.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang