• 10| [Temporary Stop] •

177 12 0
                                    

Selamat membaca:D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca:D

-——-

Cass tidak bisa tidak menatap bingung, apalagi memperhatikan seluk beluk Netto. Sudah sekitar delapan menit ke sana kemari di tempat yang tidak luas ini, dan nampaknya semua barang yang dibutuhkan sudah pergi. Tidak perlu menjadi penyintas lain untuk mengetahui; bensin, makanan kaleng, tali, kotak P3K dan lain-lain sudah habis dirampas.

Cass terhenti, sekedar meratapi nasib. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Alasan tidak mengetahui Netto itu khusus menjual apa—dikarenakan dia jarang pergi ke tempat ini.

Mungkin Jack benar, tempat ini memang freak! atau mungkin pemiliknya.

Tatapannya jatuh pada sudut ruangan yang dipenuhi ban sepeda, di sampingnya terdapat rak berisi jas hujan. Penyintas mana yang mau mengambil barang-barang tersebut?

"Anjir, lah! Gini amat idup. Nggak adil," keluhnya.

"Hidup emang nggak adil, Cass. Kita harus terbiasa." Vokal itu datang bersama Rolex dan seutas tali satu meter digenggaman.

"Guys! Aku tau gimana caranya!" seru Jack tiba-tiba datang seraya mengajak mereka semua berkumpul.

***

Ketukan jari menyapa telinga, di atas meja kayu ruang kepala sekolah. Gadis itu duduk, terdiam bukan pilihan, hanya saja tidak ada bisa diajak bicara. Kedua kaki naik turun, tatapannya kosong untuk koridor. Tidak ada yang lebih mengkhawatirkan dari teman-temannya yang tidak kunjung pulang.

Mary menghembuskan napas jengkel. "Kenapa The Horseman belum balik?!"

Jane hanya bisa melirik dari tengah ruang. Mary melangkah keluar, melihat dari jendela koridor. Ke tempat yang biasanya beberapa remaja melompat masuk. Mengecek arloji yang hampir menunjukkan pukul 17.30, ini sudah kelewat batas maksimal. Sementara Cleo juga tidak nampak batang hidungnya sedari tadi.

"Marilyn!"

Marilyn Franklyn memutar hadapan. Siapa yang memanggil namanya se-formal itu selain Jane dan Cleo? Sedangkan Cleo tidak di sana bersamanya. Gadis itu masuk kembali ke ruang kepala sekolah, mendapati Jane berusaha melepaskan diri.

"Lepasin aku!" titahnya.

Mary mengerutkan kening seiring kedua tangan Jane ditarik dengan paksa dan kasar oleh pemiliknya sendiri.

"Tapi, Cleo pasti nggak terima," ujar gadis itu seraya berjalan mendekat. Jujur terlalu banyak yang ingin dia lakukan, termasuk melepaskan Jane dari ikatan tersebut. Di satu sisi dia menyadari, bukan dirinya yang berwenang di sini.

"Kamu mau nunggu mereka sampe mereka mati?"

Mana yang lebih menyeramkan? Mendengar omelan Cleo, berhadapan dengan pembunuh yang lepas, atau hal buruk yang menimpa keempat temannya. Mary mendengus pasrah. Alasan Jane memang masuk akal, bersedia menolong empat nyawa—sesuatu yang tidak mampu dia dan Cleo lakukan.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang