• 19| [Solitary Confinement] •

154 10 0
                                    

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!

-———-

Decit rem berkumandang jelas meski mereka berada di dalam. Cass membiarkan dirinya terhuyung menabrak tubuh orang disampingnya. Padahal mata sudah ingin terlelap.

"Hey! Aku tau orangnya nggak punya SIM, dia bahkan nggak bisa nyetir. Bisa nggak kamu duduk sendiri, Cass? Disini nggak ada sabuk pengaman soalnya."

Kebetulan yang di sebelah Cass itu Jack. Jadi dia masih bisa mendengar celotehan sarkastik laki-laki itu. Minimal tahu kalau masih sehat.

Pintu kargo dibuka. Yang mendongak bukan hanya Cass. Tak ada yang lebih ironis dari kelamaan terkurung menjadi sandera dalam kargo gelap dan bau, dengan tali yang mengikat pergelangan tangan, apalagi si pengemudi berstatus noob.

"Keluar!"

Pria itu anggota Dominator. Rambut gondrong kumelnya persis seperti orang gila. Begitu setelah Cass melirik senapan di tangan, ternyata dia lebih dari gila.

Tidak banyak yang bisa diapresiasi di tempat antah berantah ini. Lapangannya memang luas, sangking luasnya hanya sekitar empat mobil berada di parkiran, termasuk yang mereka tumpangi. Dilapisi kawat sebagai pagar, namun hanya di beberapa spot. Cakaran walkers dibalik lubang yang dilapisi plang kayu masih terdengar.

Teman-temannya datang menghampiri, sekitar empat orang bersenjata, berikut membebaskan mereka dari tali yang masih mengikat. Sementara Cass dkk tidak bisa berhenti mengamati tempat dimana mereka spawn.

Dari bangunan lantai dua, Cass mengira ini terlalu kecil untuk ukuran bekas penjara. Masuk akal ketika yang memegang persenjataan adalah petugas atau prajurit, tapi dari wajah orang-orang ini lebih mirip sebagai tawanannya.

Dan sekarang giliran mereka yang menyandang status sebagai tawanan kriminal.

Shit.

Yang makin bikin heran, mereka masih memiliki energi listrik untuk memberi beberapa spot lampu di beberapa tempat. Sisanya obor dan lentera tidak banyak seperti biasa orang gunakan.

"Ikut kami!"

Cass, Rolex, Mary, Jack, dan Dixon beriringan mengikuti bapak-bapak galak sekitar 40 tahun itu. Tempat ini memiliki banyak lorong, dan ada ruang siaran yang tembus pandang di lantai dua. Bahkan Carter terlihat tenang membaca koran di balik kaca. Mungkin itu kantor pribadinya.

"Lihat makanan mereka!" Jack bergumam tepat di sebelah Cass. Suaranya hampir terlalu kecil untuk didengar.

"Aku yakin dari bunuh orang dulu, mustahil kalo nggak."

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang