• 40| [The Final Sacrifice] •

66 8 0
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_______

Geraman para mayat hidup berbondong-bondong mendekat ke suara letusan, mengikuti mereka hingga ke parkiran. Dengan berat hati, mereka harus berpindah dan meninggalkan mayat Owen yang terkulai di aspal dengan genangan darah mengalir dari perutnya, serta kacamata yang jatuh pecah.

Mati di tempat.

Pergi mendahului orang-orang yang lebih muda darinya. Tidak ada yang terdengar lebih menyakitkan dari isak tangis Niko. Semua orang berusaha membekap mulut masing-masing saat mereka menukik di sebelah truk kontainer. Kate hanya berusaha untuk menenangkan Niko, karena bocah itu yang paling dekat dengan Owen.

Kate mengerti Niko sudah menganggap Owen sebagai sosok figur ayah. Sayangnya fakta itu sudah diketahui Cass, Ruby dan Rolex. Mereka semakin tidak mampu untuk membuat semua tampak lebih baik.

Pria tua itu telah melindungi mereka semenjak Rolex mulai menyerang, berada di titik-titik pertumpahan darah. Sejak letusan itu terdengar, perkelahian Rolex dan orang bersenjata menggiring Owen untuk melangkah menjadi perisai di depan Cass dan yang lainnya.

Sekarang orang baik itu telah pergi.

"Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan dari pengorbanan seseorang!"

Gadis kecil berambut pendek itu jadi orang  pertama yang mengaburkan lamunan mereka.

"Kamu bener." Rolex kemudian berpindah tempat dengan merunduk ke tepi mobil seberang. Mengedarkan pandangan untuk mencari sosok gadis dengan busur panah.

Cass menelan ludah kasar. Di kanan ada Ruby yang tengah bersandar lelah seakan kehilangan bagian dari diri sendiri. Di kiri ada Niko dan suara tangis semakin terpukul saat Kate mengusap pundaknya. Bergumam—Owen pasti pergi ke tempat yang jauh lebih baik.

Sementara Cass diam-diam bisa menebak, mungkin Owen telah bertransformasi menjadi bagian dari para mayat berjalan, entah itu karena mati kehabisan darah atau serbuan gigitan para walker.

Tempat ini masih terkepung dipagari para mayat berjalan dan mereka masih bingung harus keluar lewat mana. Gejolak api di atap bangunan masih membara, mengirim penerangan satu-satunya pada mereka.

Butuh pintu yang lebih besar untuk membawa mereka pergi dengan cara berpencar. Tujuannya jelas untuk meminimalisir kecurigaan dari makhluk predator mengerikan yang tidak lebih sekedar tengkorak berjalan.

"Itu dia!" Rolex setengah berbisik saat matanya menangkap seseorang hendak membuka gerbang utama tampak kesulitan.

Rolex mematri langkah cepat mendatangi Jane. Heather mengekor di belakang. Sementara Cass harus membantu Ruby dan Niko untuk segera bangkit dari keterpurukan. Gadis itu menggenggam erat kedua tangan mereka saat setelah Kate berjanji akan setia di belakangnya.

Wanita muda itu masih duduk di tempat yang sama. Memandang Rolex, Jane dan Heather berusaha untuk menghancurkan sesuatu yang menjadi penghambat pelarian. Di belakang ada Cass yang menyusul sembari menggandeng Ruby dan Niko.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang