• 20| [Broken Finger] •

147 10 0
                                    

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat membaca!

***


Cass sudah mengerti dirinya praktis sepanjang hidup. Terkurung dalam penjara bak kriminal itu bukan gayanya, begitu pun juga yang lain. Beruntung Cass bukan korban penculikan yang berteriak tanpa didengar, seonggok tubuh yang belum dipotong sebelum dimakan, atau korban pelecehan seksual.

Dia mengejar kebebasan dalam kehidupan. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari itu. Berdiam diri di rumah sungguh menguras energi. Sendirian. Setidaknya di bawah sini mereka tidak.

Terlalu banyak jika disebut satu per satu. Tentang kenangan, masalah, berbaring di lantai. Persis seperti saat pertama kali tahu ibunya sudah meninggal jauh waktu tangisannya pertama kali terdengar.

Sekitar empat tahun lalu ayahnya menjadi korban mingguan kemarahan anak gadisnya. Cass duduk lalu merosot ke lantai setelah lelah mengobrak-abrik isi kamar. Akhirnya, dia tidur di sana.

Disinilah dia mengingat kejadian itu. Berbaring di dasar dinginnya lantai penjara. Hanya beda tempat. Cass semakin melemah, energi habis terkuras kegelapan. Carter babi!-pikirannya tak bisa berhenti menyumpah. Netra terpejam. Jemarinya mengepal.

Tap!

Tap!

Mata dibuka tatkala derap langkah kaki samar-samar menggema disepanjang lorong. Cass buru-buru bangkit dari tubuh yang awalnya berbaring. Tangannya meraba dinding, kakinya tersandung seseorang.

"Aw!"

"Sorry."

Dingin serasa menusuk ketika kulit menyentuh jeruji besi. Mencuri pandang di sudut mata, siapa tahu mereka datang. Atau mungkin itu hanya halusinasi.

Gadis itu menghela napas panjang. "Kalian nggak papa, kan?" Sembari memijit pelipisnya.

Cass tidak yakin Rolex dan Mary di seberang bisa mendengar. Kenapa orang-orang gila itu tidak menempatkan satu sel sesama gender. Kalau begini, Cass bisa terkena patah hati. Dia tidak tahu apa yang mereka lakukan di sana, mentang-mentang gelap gulita.

"Kamu amnesia, Cass? Kamu lupa apa yang terjadi sama kita semalem?" Jack mencebik. Terlalu gelap untuk mengetahui persis di mana manusianya.

"Good job, Dick-son! You get us killed," lanjut laki-laki itu kemudian.

Brak!

Cass terlonjak sekilas ketika pintu di ujung kanan dibanting terbuka. Gadis itu buru-buru menoleh. Kerincing kunci terdengar bersamaan dengan lentera yang mendekat. Suara derap semakin membesar. Seperti hantu.

Pria itu berhenti begitu sampai tepat di depan pintu jeruji seberang, dimana Rolex dan Mary sudah berdiri di baliknya. Mereka berdua keluar setelah pintu dibuka sepenuhnya. Melirik Cass yang masih menunggu. Kini giliran pintunya yang dibuka, dan Jack menabrak punggung Cass mendahului karena sudah terlalu muak.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang