-----
Jane jadi yang pertama bereaksi. Ditendangnya keras kepala walker itu hingga terlentang lalu mengambil sebuah batu. Dia menginjak leher walker itu lalu memukul kepalanya menggunakan batu yang dia pungut. Tidak cukup satu benturan, hingga cairan berwarna hitam pekat keluar dari sisi kepala yang remuk akibat tumbukan dari batu tersebut. Darah berwarna hitam itu mengalir keluar memberi cipratan di sepatunya.
Cass dan Lingga meringis jijik melihat hal tersebut, meski beberapa kali meyakinkan bahwa itu harusnya sudah menjadi hal biasa. Tak terasa ketika mereka ingin kembali ke tujuan utama, para walkers telah berjalan tertatih ke arah mereka lantaran mendengar teriakan dari Jack yang terlalu keras mengundang mereka.
Ketika ada salah satu walkers yang sudah berjarak satu meter, barulah Rolex menyerang meggunakan kapak sebagai senjata.
"JACKASS! LAGI-LAGI BUAT ULAH!" Dixon memaki dan mendorong tubuh Jack hingga lelaki itu terhuyung ke belakang.
"Kamu juga, DICK-SON! Mereka kesini karena kamu teriak-teriak!" Jack yang tidak mau kalah membalas membiarkan Jane, Cass dan Rolex melawan para walkers yang mulai mendekat.
"Woy! Udah! Ini nggak penting!" Lingga berusaha melerai dengan kepanikan. Saat itu juga bajunya ditarik oleh salah satu walker membuatnya berbalik dan langsung refleks menusukkan besi tajam yang sudah diasah tepat ke mulut walker itu. Sebelum akhirnya muntah di tempat.
"Cari cara masuk ke dalam! Aku sama Rolex, Dixon sama Jack dan Lingga ikut Jane aja. SEKARANG!" Cass berlari diikuti oleh Rolex di belakangnya meninggalkan mereka berempat.
Sampai akhirnya mereka juga ikut memisahkan diri sebelum para walkers mengepung dan memakan mereka hidup-hidup.
***
Mereka memaksakan otak bekerja untuk jauh lebih fokus dari biasanya. Meski tidak sepenuhnya mudah, Cass dan Rolex harus mempercepat lari saat melihat peti kayu besar di bawah balkon lantai dua. Beberapa kali Rolex melayangkan kapaknya ke arah walkers yang berjalan mengikuti mereka dari belakang, begitu pula Cass yang memukul kepala lalu menendang makhluk di depannya agar pemukul baseball dengan paku itu tidak tersangkut. Membiarkan darah hitam bercucuran kemana-mana.
Mereka berdua berencana mencari jalan pintas dengan mendorong peti kayu besar sebagai pijakan menuju lantai dua. Ketika mereka sedang berusaha secepat mungkin, Cass jelas menyadari beberapa langkah para walkers dari dalam mall. Dengan cepat gadis itu menutup pintu kaca dari luar.
"Cass! Lompat!" panggil Rolex yang sudah berada di atas peti kayu tersebut dengan tangan yang terulur. Dengan gerakan cepat, Cass melompat lalu mengeratkan genggaman pada pergelangan tangan Rolex yang berhasil menariknya ke atas sebelum walkers mampu melakukannya.
Peti kayu itu bergetar ketika para walkers berebut juga ingin mendapatkan makanannya. Sayang sekali, hari ini mungkin bukanlah hari yang menguntungkan bagi Rolex dan Cass. Pasalnya, dua tumpuk peti kayu besar itu tidak bisa mengantarkan mereka ke lantai dua. Bahkan Cass bisa melihat para walkers yang berhasil mendobrak pintu kaca dari dalam.
"Sekarang gimana!?" Cass bertanya pada Rolex yang juga sama bingungnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa jantungnya berdegup kencang, namun jangan berharap akan seindah kupu-kupu dalam perut pada cerita romansa.
Netranya tidak jauh memandang ke bawah dimana terdapat enam walkers meraung sekaligus masih dengan keinginan yang sama. Meraih mereka berdua. Mereka tetap tidak bisa menyentuh permukaan lantai dua. Sementara itu walkers yang berada di bawah senantiasa semakin bertambah.
"Shit! Kita dikepung!"
Rolex mulai menunjukkan jiwa-jiwa pesimis yang telah lama ia kurung, namun aksi tidak menunjukkan bahwa dia ingin berakhir hari ini. Laki-laki itu melompat mencoba mendapatkan sesuatu yang bisa digunakan untuk memanjat. Cass sedang berusaha membunuh para walker menggunakan kapak milik Rolex.
Tetap saja tidak ada perubahan karena jumlah mereka yang melampaui batas dan terus berdatangan. Setidaknya sampai seseorang berteriak merebut atensi mereka.
"WOY! ADA PRASMANAN BERJALAN, NIH! PADA MAU NGGAK!?"
Teriak Jack dari atas kap sebuah mobil di tengah jalan raya bersama dengan Dixon mencoba memancing segerombolan walkers agar mengikuti mereka. Rolex mengerutkan kening. Cass tahu Jack hobi menarik perhatian para guru dengan sikap sok pintarnya, dan Dixon yang hobi menarik perhatian para siswi cantik di sekolah mereka.
Jika dua orang aneh itu benar-benar waras, perhatian para walkers harusnya bukanlah hal yang mereka inginkan.
Nampaknya walkers menjauhi mereka satu persatu, dan dari situ juga mereka menyadari adanya peluang agar bisa turun.
"WOY! SINI KALAU KALIAN BERANI! JALAN DOANG MAKHLUK LAMBAT KALIAN!" Dixon makin meramaikan suasana.
Rolex berpikir, mungkin setelah ini dua orang 'tidak becus' itu akan memilih menguras energi dengan berlari mengitari gedung lalu kembali yang endingnya diikuti walkers seperti sebelumnya.
Apapun itu Rolex dan Cass tidak tinggal diam. Mereka memanfaatkan ini dengan sebaik mungkin. Perlahan turun dari peti kayu setelah memastikan Dixon dan Jack berlari pergi entah kemana. Rolex bersiap dengan kapak berlumuran darah di tangannya ketika berhadapan dengan salah satu walker yang tertinggal teman-temannya. Lelaki itu melayangkan kapak tepat di mata kanan walker membuat makhluk itu tumbang seketika.
Lelaki itu menoleh ke belakang, dimana ada Cass yang menginjak leher walker yang sudah dalam keadaan mati lalu menarik tongkat baseball yang tersangkut di matanya.
"Maaf, aku sebenernya nggak bermaksud." Gadis itu mengusap keringat yang membanjiri pelipisnya.
Mereka mulai berpencar. Rolex meninggalkan Cass begitu setelah melihat eskalator mati yang menuju lantai dua. Sementara Cass yang masih berada di bawah langsung berlari menuju rak berisi roti dan makanan kalengan meski beberapa dari benda itu berserakan di lantai. Dia memungut dan memasukkan ke dalam ransel hitam yang dibawa.
"Nggak papa, udah kadaluwarsa."
Cass berjalan tergesa-gesa mencoba tidak menimbulkan suara sembari melewati beberapa blok tikungan dari rak yang berjejer. Hal yang mengejutkan tiba-tiba terjadi. Cass bertabrakan dengan walker membuat dirinya tersungkur dan tongkat baseball berduri itu terlempar.
Cass terus mencoba merangkak untuk meraih senjatanya. Hanya perlu jarak sedikit lagi namun walker yang memakai seragam satpam kotor itupun menarik vest denimnya dari belakang lalu mencengkram erat lengan kiri Cass hendak menggigitnya.
"ROLEX! TOLONG AKU! SIAPA PUN!"
Tidak ada pilihan sangking paniknya. Cass meronta mencoba melepaskan diri, namun kekuatannya tidak sebanding dengan walker yang berbadan tinggi besar tersebut. Bahkan untuk saat ini dia tidak mendengar siapa pun yang bersedia menolong.
Kedua kaki hampir terangkat ketika walker itu menariknya ke atas. Bau busuk dari kematiannya sudah semakin dekat. []
-----
Gimana bagus nggak? Kalo kurang bagus nggak papa, sih. Aku lebih usaha in lagi.
Kalo males ngetik, minimal kasih bintang lah😌
Oh, iya nanti aku buat visual karakternya. Tapi ilustrasi.
See ya in next chapter! 🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
HEREAFTER ✓
PertualanganCompleted story✓ Setelah upaya bertahan hidup dari maraknya wabah mematikan mayat berjalan-yang mereka sebut walkers. Bangkit mutasi baru yang menciptakan makhluk perangkak yang tinggal di kegelapan. The Night Crawler. Salah satu dari mereka berkhia...