• E p i l o g u e •

126 10 2
                                    

_______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_______

Koridor lantai tiga itu bising oleh suara teriakan, pekik ketakutan, dan pertanyaan gila siswa-siswi Edward's Boarding School. Semua murid berlarian mengumbar panik setelah beradu perdebatan. Sebagian besar dari mereka demo meminta kembali ponsel yang disita di ruang kepala sekolah demi melihat berita awak media atau menghubungi pihak keluarga.

Begitu Cass, Dixon dan Lingga sampai ke dalam gedung utama, koridor sesak hingga membuat Cass terbentur pintu loker biru yang terbuka.

"Ini sebenarnya ada apa, woy?!" Napas Cass memburu. Dia berdecak kesal saat tahu murid-murid lain berebut ingin melihat sesuatu di luar dari jendela.

Padahal Cass sudah dari luar gerbang, itu pun tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, main diseret Dixon masuk ke area EBS untuk mengamankan diri. Pengamanan diri dari apa?! Genggamannya mengerat pada botol isotonik yang baru dibeli di minimarket seberang jalan. Air minum bermerek sama dengan yang tadi Rolex juga beli.

Setelah laki-laki itu tidak me-notice dirinya, orang-orang makin membuat jengkel dengan main blokade jalur menuju ke kelas.

"Banyak orang gila di luar, njing! Dah dibilangin dari tadi juga, TANYA TERUS!" bentak si topi hitam menahan emosi.

Cass menarik napas tajam. "YA, ORANG GILA APA?!"

"Guys! Aku ke kelas dulu, yaa!" pamit Lingga ketakutan. Cass mengangguk.

"Mereka gigit satu sama lain, tolol!" Dixon frustasi. "Mana aku nggak sengaja bunuh salah satu dari mereka lagi."

"Kamu bunuh siapa?"

"Bunuh orang gila itu, Cass! Yang gigit orang-orang itu, lho! Sampe tanya lagi awas aja kamu!" Dixon mengacungkan jarinya. Bicara dengan Cass seperti tes kesabaran untuk dia yang grusah-grusuh.

"Mereka kanibal?" Cass tidak bisa tidak khawatir. Kemudian tanpa menjawab Dixon langsung mengenyahkan orang-orang yang berani menutup jalannya.

"MINGGIR, BANGSAT!"

Mereka serentak memberi celah untuk laki-laki bertopi hitam lewat, Cass mungkin juga dapat keberuntungan berteman dengan Dixon, tidak ada yang berani menganggu nya atau sekedar menyebut 'Cass perempuan jadi-jadian'. Apapun itu, Dixon berhasil menembus keramaian dengan sikap bar-bar dan toxicnya. 

"Jack?!"

"Ngapain dia keluar?"

"JACK!"

"Dia nekat mau pulang tanpa dijemput?!"

Cass mengerutkan kening seiring berita itu masuk dalam telinga. Mereka tidak salah saat dia lihat sendiri dari jendela koridor bahwa laki-laki berambut pirang yang Cass dengar namanya—Jack itu menabrak para polisi yang kewalahan menangani orang-orang dengan sikap aneh mereka.

HEREAFTER ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang